Download App
33.33% BEDA RASA

Chapter 2: Si Tulus Rucika

"Jeongyeon" panggil bibi Kim yang memegang bahu kanan Jeongyeon. Mendengar namanya dipanggil, Jeongyeon langsung mendongakkan kepalanya melihat bibi Kim dan detik berikutnya ia langsung memeluk tubuh wanita paruh baya itu dengan erat.

"Bukankah kau ada kelas pagi sekarang?" Tanya bibi Kim, mendapat anggukan Jeongyeon lalu bibi Kim menangkup wajah Jeongyeon sambil tersenyum dan berkata "lalu kenapa masih disini, cepat langsung bergegas, heum" ucap bibi Kim sambil tersenyum dan melepaskan pelukannya, "akan bibi ambilkan bekal untuk Kun, Okey?" Lanjut bibi Kim dan detik berikutnya Jeongyeon tersenyum.

Melihat punggung bibi Kim yang berjalan ke dapur membuat Jeongyeon kembali merasa sedih. Di rumah yang mewah ini Jeongyeon seperti tertekan hanya bibi Kim lah yang mengerti dirinya. Orang tuanya bahkan hampir tidak meluangkan waktu untuk Jeongyeon sejak ia menduduki bangku sekolah menengah.

Mengingat orang tuanya adalah orang yang sibuk membuatnya tersenyum getir. Ayah seorang pebisnis dan ibunya seorang mantan model yang sering menghadiri acara fashion terkenal, membuat mereka jarang ada waktu di rumah.

Jeongyeon sangat memaklumi pekerjaan orang tuanya itu. Bahkan sering acara sekolahnya saja bibi Kim yang menghadiri, sangking sibuknya kadang ia sendiri yang datang tanpa orang tua atau pun wali. Tak apa Jeongyeon sudah terbiasa akan hal yang seperti itu.

Lamunannya buyar kala suara ayahnya terdengar sedang berbicara dengan ibunya.

"Berapa lama kau akan berada di Paris?" Ucap sang ayah sembari mendekat ke meja makan.

"Mungkin sekitar 3 hari" jawab ibunya dengan mengoleskan selai strawberry ke roti yang sudah ada di tangannya lalu memberikan roti itu kepada suaminya.

"Aku akan ke Jeju malam ini" mendengar perkataan kepala keluarga, membuat nyonya Jung menghentikan aktivitas oles-mengolesnya dan menatap suaminya, mengerti akan tatapan itu tuan Jung langsung melanjutkannya "ah hanya 2 hari, untuk mengecek tanah yang akan di jadikan apartemen" mendengar perkataan suaminya, ia langsung mengerti " baiklah, akan aku siapkan perlengkapanmu"

"Apa tadi kau bertengkar lagi dengan Eonnie mu?" Baiklah sekarang Jeongyeon tau kepada siapa pertanyaan itu tertuju. Jeongyeon mendongak "Tidak ada pertengkaran Dad" jawab Jeongyeon.

"Lalu?" Tanya sang Daddy dengan menaikkan sebelah alisnya, lalu melanjutkan aktivitasnya yang sedang memakai roti.

"Hanya salah paham sedikit" jawab Jeongyeon.

Dari arah dapur bibi Kim datang dengan membawa kotak bekal. Jeongyeon harus mengucapkan terima kasih kepada bibi Kim nanti karena telah menyelamatkannya.

"Ini bekalnya Jeongyeon" ucap bibi Kim dengan memberikan kotak bekal itu. Jeongyeon langsung mengambilnya dan bangkit dari duduknya untuk pergi dari meja makan. Namun, sebelum dia benar-benar pergi, Jeongyeon mendengar perkataan ibunya.

"Jangan lupa Jeongyeon, Eonnie mu adalah orang yang sensitif" mendengar kalimat itu Jeongyeon berhenti sejenak lalu tersenyum, "Iya, Mommy mana mungkin aku lupa" jawab Jeongyeon setelah ia benar-benar berlalu dari tempat itu.

Bahkan Jeongyeon lupa untuk sekedar berpamitan kepada orang tuanya. Apa itu penting? Tentu saja tidak. Walaupun begitu Jeongyeon tidak akan pernah melupakan sopan santunnya kepada orang tua yang sudah menghadirkannya ke dunia ini. Jeongyeon harus menerima apa pun perilaku yang terlontarkan, sebab ia tak mau jadi anak yang durhaka, meski pun rasanya tidak adil.

Jeongyeon langsung bergegas pergi menggunakan mobil menuju ke kampus. Sesampainya di kampus ia langsung masuk ke dalam kelasnya dengan satu tangan menenteng bekal yang akan diberikan untuk Kun.

"Apa Kun sudah datang?" Tanya Jeongyeon ke salah satu teman perempuan yang duduk ddipojokan kelas. "Eoh... Tidak" jawabnya sedikit terkejut karena kehadiran Jeongyeon.

Sambil tersenyum Jeongyeon langsung mengangguk "Baiklah, terima kasih" sambungnya.

Jeongyeon duduk di dekat jendela sambil melihat beberapa orang yang sedang duduk di taman kampus. Lalu Jeongyeon mengedarkan pandangannya ke arah lapangan basket, sekumpulan orang –tim basket kampus seperti lagi berdiskusi, dan matanya menangkap sosok tampan yang selalu menjadi dambaan hatinya selama ini.

Si ketua basket penuh karisma sedang berdiri sambil memegang sebuah bola dengan tangan kanannya. Benar-benar ber-damage, siapapun akan pangling saat melihatnya.

Terlalu larut dalam penglihatannya, Jeongyeon tertawa kecil ketika melihat kelompok yang sedang bersenda gurau itu saling mendorong satu sama lain, seperti anak kecil pikirnya. Hingga sebuah suara mengagetkannya dan langsung melihat ke samping.

"Kau terlalu menyukainya ya?" Goda Kun sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. Saat ini Kun sudah duduk di sebelah Jeongyeon yang membuat si gadis itu terkejut.

"Sejak kapan kau disini?" Tanya Jeongyeon. "Eum... Sekitar tiga detik? Atau lima detik yang lalu" jawab Kun dengan meletakkan jari telunjuknya di kepala pertanda bahwa ia sedang berpikir. Lalu senyum dimple-nya terbit lagi.

"Kau tak menjawab pertanyaan ku Jeongyeon" tanyanya lagi. "Pertanyaan apa! Kau datang tiba-tiba mengagetkanku tau! Lagi pula aku tak berniat" jawab Jeongyeon kesal, Kun yang mendengarnya langsung terkekeh ia tau maksud dari kalimat terakhir itu —tak berniat untuk menjawabnya.

"Baiklah baiklah... Kenapa kau marah sekali pagi pagi begini, apa ada masalah" ujar Kun.

"Tidak ada" Jeongyeon menjawab dengan malas dan melihat kembali ke arah lapangan basket itu dan nihil, tak ada siapapun lagi disana. Lalu Jeongyeon menghela nafasnya kasar dan menyandarkan kepalanya di tembok. Kemudian ia melihat ke atas mejanya bahwa bekal yang di bawanya belum diberikan kepada Kun.

"Itu untukmu" ucap Jeongyeon singkat sambil menunjuk bekalnya. Kemudian Kun mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Jeongyeon, "Uwahhh... Kau memasak lagi?" Tanya Kun sambil memegang kotak yang berisi bekal itu lalu membukanya.

"Apa jam masuk masih lama?" Tanya Kun sambil mengambil satu potongan mentimun Untuk ia makan. Jeongyeon melihat jam tangannya lalu menegakkan badannya. "Masih ada 10 menit lagi" ujar Jeongyeon dengan semangat "Cepat makan dan katakan bagaimana rasanya" sambungnya lagi.

Melihat itu Kun langsung terkekeh, "Aku akan memakannya nanti" ucap Kun seraya menutup bekal itu kembali dan detik itu juga langsung mendapat pelototan dari Jeongyeon. "Cepat makan! Dan katakan!" Tegas Jeongyeon sambil berkacak pinggang yang malah terlihat tidak galak tapi gemas.

"Hahahaha... Baiklah aku akan makan sekarang" kata Kun mengambil sendok lalu memasukkan nasi goreng Jeongyeon itu ke mulutnya. Jeongyeon yang melihat itu tak sabar menunggu jawaban dari teman kecilnya itu. "Bagaimana?" Tanya Jeongyeon dan langsung mendapat jempol dari Kun.

"Delicious" ucap Kun sambil tertawa. "Rasanya juga tidak aneh seperti sebelumnya" lanjut Kun.

"Aish... Sudah kukatakan itu kecerobohan, jangan mengingatnya kembali! Atau akan ku pukul kau!" Ujar Jeongyeon yang tak terima Kun mengingatkan kecerobohannya tempo lalu.

"Yaa ampun maafkan aku" kata Kun dengan sedikit drama.

"Cepat makan sebentar lagi akan masuk" ujar Jeongyeon

Setelahnya hanya hening diantara keduanya, Kun larut dengan makanan yang Jeongyeon buat dan Jeongyeon larut dalam pikirannya sendiri. Entah apa jadinya hidupnya jika tidak ada Kun yang sampai saat ini masih sedia menemaninya.

Bukankah Tuhan adil akan dirinya yang memiliki teman seperti Kun yang selalu siap menjadi pelindungnya dikala ada yang mengganggunya. Siap menjadi teman curhat Jeongyeon saat ia mendapatkan masalah dan mencari solusi bersama. Siap menjadi bodyguard yang akan menemani dan mengantarkannya ke mana pun ia mau.

Tak ada kata pamrih, tapi tulusnya selalu mengalir seperti rucika. Ah tidak tidak Jeongyeon terlalu lebay untuk mengekspresikan betapa baik hatinya seorang Qian Kun ini.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login