Download App
100% Moistars

Chapter 2: 1. Bukan perjodohan

Sinar mentari telah masuk di sela sela Gorden, Hal itu sama sekali tak mengusik seorang gadis yang tengah terbuai dialam mimpinya. Namun ketenangan itu tak berlangsung lama.

Pyurrr

Sampai satu baskom air mendarat di wajah gadis itu.

"Astaghfirullah.....ih Mami apaan sih!" gerutu gadis itu sembari mengusap wajahnya yang disiram air. Bayangan mimpi di nikah Haechan pun sirna dalam sekejap.

"Ih Mimi ipiin sih. Kamu yang apaan ini udah siang" marah wanita paruh baya itu, dengan tangan yang diletakkan di pinggang dan sebuah lap di Selempangkan di bahu.

"Ini tuh libur mi, Nasya capek begadang semaleman" ujarnya beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk mencuci muka dengan langkah lunglai. Tapi belum sampai beberapa langkah Mami tersayangnya itu sudah mengomel lagi.

"Nasya, Mami gak suka ya sama pacar kamu itu. Apaan dia bawa anak orang pulang malam. Mana gak izin lagi" nada suara paruh baya itu berubah serius mengungkit kejadian semalam, saat Nasya dilarikan oleh pacarnya lewat jendela kamar. "Kamu inget, kamu anak semata wayang Mami Papi. Mami gak mau kamu terjebak pergaulan bebas" Nada suara single mother itu berubah lembut.

"Iya Nasya minta maaf" ujarnya malas. Tapi dalam hatinya membenarkan ucapan ibunya itu. Leon memang keterlaluan membawa Nasya keluar tanpa izin maminya. Parahnya Leon membawa Nasya ke bar. Untung saja Maminya tidak tau kalau semalam Nasya dibawa ke bar.

"Ck Mami mah gitu masih pagi aja udah marah marah pantesan cepet tua" ujar Nasya masih bisa didengar Maminya. Tapi ia tidak menyahuti anaknya lebih baik ia pergi dari pada darah tingginya kambuh.

Nasya Fela Alifa, anak semata wayang dari pasangan Irawan dan Sarah. Bisa dipastikan ia akan manja, keras kepala dan baperan. Dibalik sifat itu ia adalah gadis pintar disekolahnya. Tapi sayang pintarnya cuman dibidang akademik, Aletha bodoh soal percintaan.

***

"Morning mamiku" ujar Nasya yang baru saja tiba di dapur. Gadis itu sekarang sudah rapi.

"Hmm"

"Ih Mami Sok dingin banget pake hmm segala" timpal Nasya berusaha memperbaiki mood Maminya. Karna pagi ini ia akan hangout bersama sahabatnya, jadi ia harus mengambil hati maminya agar diberi uang jajan.

"Kamu makan dulu gih. Mami mau ngajak kamu pergi abis ini" ujar Sarah tak menggubris ucapan anaknya tadi.

"Kemana?"

"Ikut aja. healing" Aletha hanya mengangguk sebagai jawaban. Lebih baik ia pergi dengan maminya siapa tau dia mau diajak shopping.

***

Sesuai dengan janji Sarah, Mami Nasya tadi ia akan mengajak anaknya pergi keluar, katanya sih healing. Awalnya Nasya sempat berpikir Maminya akan membawanya ke mall untuk shoping nyatanya mall yang biasa dikunjungi Nasya dan maminya itu sudah lewat.

"Mi itu mall nya udah lewat. Mami melamun ya?" ujarnya memecah keheningan pasalnya sejak masuk mobil tadi Sarah tidak mengizinkan Nasya untuk berbicara.

"Siapa bilang kita ke mall?"

Sepanjang perjalanan Nasya terus berpikir kemana Mereka pergi. Apa menginap di villa? Atau Mami akan membuangnya Karna terus membantah?. Pikiran buruk mulai bersarang di otak Nasya. Jangan sampai Sarah membuangnya. Pikiran buruk itu pun seketika sirna saat mobil yang mereka naiki berhenti di sebuah perusahaan.

"Mami tungguuuu" ucap Nasya saat Sarah meninggalkannya sendiri di dalam mobil.

Angkasa Property adalah sebuah perusahaan milik Papi Nasya, perusahaan yang telah dirintisnya dari nol. Jujur saja Nasya baru pertama kali ke sini. Karna ia tidak pernah mau peduli dengan urusan bisnis Papinya. Sekarang papinya sudah tiada mungkin Mami membawanya kesini untuk membagi atau membicarakan harta warisan.

"Maaf pak kami telat" ujar Mami Nasya sembari berjabat tangan dengan dua orang pria paruh baya. Sekarang mereka berada di salah satu ruangan di perusahaan itu, Nasya yakin ini adalah ruangan Papinya dulu. Dua pria yang dijabat tangannya itu mengangguk berbeda dengan seorang laki laki di tengah mereka ia hanya fokus pada hp.

"Baik Karna semua sudah berkumpul disini dan untuk menghemat waktu, saya akan menjelaskan mengenai harta warisan dari almarhum bapak Irawan" senyum Nasya seketika mengembang saat pria yang diduga notaris itu berbicara, sudah dipastikan kepada siapa warisan itu diberikan. Tapi, kenapa notaris ini juga membawa pria lain kesini, apa mungkin itu manager perusahaan. Nasya berusaha berpikir positif mengenai pria dan laki laki disamping notaris itu.

"Sebelumnya ibuk dan adek perkenalkan dulu ini bapak Jordy dan anaknya Lintang" lanjut notaris tersebut. Sarah tersenyum manis ke dua lelaki itu.

"Pak, ini mau bagi warisan kan?" Tanya Nasya tanpa rasa malu. Hal itu membuat Sarah ingin menendang anaknya, berbeda dengan dua pria itu ia terkekeh mendengar pertanyaan Nasya.

"Matre" batin Lintang.

"Adek dengerin saya dulu ya. Sebelumnya silahkan kalian baca ini dulu". Ujar notaris itu sembari memberikan selembar surat. Sarah mengambil surat itu dan membacanya bersama Nasya.

"Whatttttt" Nasya shock setelah mengetahui isi surat itu."aku dijodohin Mi, terus harta papi jatuh ketangan mereka gitu" tambah Nasya menunjuk Jordy dan Lintang, yang ditunjuk hanya menatap datar Nasya.

"Nasyaaa" ujar Sarah mencubit lengan anaknya.

"Awwss, sakit Mi!" Keluh Nasya. Tapi tidak dihiraukan Sarah.

"Pak, jelasin ke kita dulu ya. Anak saya masih kurang paham masalah ini"

"Jadi ibu dan adek, pak Irawan sudah menandatangani penyerahan hak milik perusahaannya kepada bapak Jordy, Dan Lintang akan meneruskan perusahaan ini" ujar notaris itu.

"Tapi kenapa kepada bapak ini?"

"Saya sahabat Irawan dari kecil. kita pernah ketemu, mungkin ibu lupa. Dan untuk anak kita ini bukan perjodohan, kita hanya mendekatkan anak kedua anak kita. Kalau mereka berjodoh syukur" ucap Jordy. Dari ucapan itu Sarah berpikir kalau Lintang dan Nasya tidak menikah maka harta almarhum suaminya akan jatuh ke tangan orang lain. Lagian ini cara bagus juga untuk membuat Nasya putus dengan pacar bangsatnya itu. Sarah tersenyum memikirkan itu.

"Pak saya gak mau ya Deket sama anak bap... Awwwss" ucapannya terhenti saat Sarah kembali mencubitnya.

"Apasih mi" ucap Nasya menatap datar maminya tapi tak dihiraukan Sarah.

" Pak tunggu sebentar ya. Saya mau menjelaskan semuanya dulu kepada anak saya" Jordy mengangguk mengiyakan perkataan Sarah

Sekarang anak dan ibunya itu sedang berdiri di luar ruangan. Cukup sepi karna ruangan ini masih kawasan direktur dan hanya karyawan tertentu yang dapat masuk. Nasya masih cemberut saat Sarah mengajaknya pergi padahal ia ingin sekali membantah ucapan Jordy yang ingin menjodohkannya." Bilangnya bukan perjodohan tapi kenapa malah disuruh dekat" batin Nasya.

"Nasya kamu harus mau Deket sama anaknya om Jordy itu" ucap Sarah menyadarkan Nasya dari lamunannya.

"Mi, mami tau kan aku itu punya pacar. Aku ga mungkin selingkuh mi" gerutu Nasya rasanya ia ingin menangis.

"Ck kamu itu punya otak di pakai. Pemikiran kamu itu terlalu pendek Nasya"

"Mami ngatain aku ga pakai otak. Gimana sih mi?, Aku kurang pakai otak kayak apa coba? Aku itu pinter, cerdas, selalu juara kelas, juara olimpiade kurang dipake gimana lagi mi" Sarah memutar bola matanya malas mendengar ucapan anaknya itu.

"Gini loh kalau kamu ga Deket sama Lintang kita dapat uang dari mana Nasya. Coba kamu pikir! Mami ga kerja dan ga bisa kerja. Satu satunya harapan kita cuman Lintang. Mami juga yakin Lintang itu lelaki yang tepat buat kamu dari pada si bangsat itu" Nasya masih mencerna ucapan Maminya ia perlu waktu untuk perkataan orang dewasa.

"Tap.."

"Kamu masih bisa pacaran sama si bangsat itu tapi jangan sampai ketahuan sama Lintang. Gimana setuju?" Tambah Sarah mengakhiri ucapannya.

"Hmm iya deh mi" ujar Nasya lemah.Lagian kan kayaknya Bintang cowok cupu pasti mudah di kibulin. Gue pastiin sebelum nikah sama dia hartanya udah jatuh ke tangan gua" ucap Nasya dalam hati.

"Pak, saya setuju untuk mendekatkan anak kita" ujar Sarah sembari tersenyum manis hal itu membuat Nasya menghela nafasnya. Matanya beralih menatap Lintang, cowok pendiam yang ia kembali masuk ke ruangan ini terus memandanginya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ngapain Lo liatin gua kek gitu! Terpesona ya mas nya" ucap Nasya angkuh.

"Lo terlalu pede" timpal Lintang datar.

Nasya semakin kepanasan mendengar jawaban dari Lintang. Cowok ini kenapa rese'?. Baru kali ini ada lelaki yang menolak pesona seorang Nasya Fela Alifa. Lintang memang cowok aneh.

"Udah sekarang kalian kan belum kenal, ayo kenalan!" Seru Sarah sebelum Nasya kembali membalas ucapan Lintang.

"Dih ga usah kenalan mi, Nasya udah tau dia siapa" balas Nasya ketus.

Lintang kembali menatap Nasya tangan kanannya terulur berharap Nasya menjabat tangannya. Dengan sedikit terpaksa Nasya membalas jabat tangan Lintang.

"Lintang" ujarnya dengan suara serak.

"Nasya" jujur Nasya sedikit terpesona dengan Lintang kalau di lihat dengan jarak dekat Lintang memang tampan. Jabat tangan kedua nya terlepas, keduanya sibuk dengan pikiran masing masing.

"Nasya, dia cukup menarik tapi..."

"Anjir dia ganteng juga kalau di liat liat. Tapi dia kek cupu dan pendiam gitu. Ah pendiam atau emang cowok dingin sih. Pokoknya gue harus bisa ngambil hartanya" batin Nasya.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login