Download App

Chapter 3: Snow Queen

Jam menunjukkan pukul 19.30 waktu Malaysia.

Maya terbangun di sebuah kamar hotel.

Perjalanan dari Indonesia ke Malaysia kali ini cukup menguras tenaganya.

Karena pekerjaan, Maya sudah sering bepergian menggunakan pesawat, namun tetap saja dia masih harus terbiasa dengan jetlag yang dialaminya.

Merasa kelaparan karena tak sempat makan siang, setelah membersihkan diri, Maya turun ke restoran hotel. Memesan Nasi putih dan aneka seafood.

Usai menyantap makan siang sekaligus makan malamnya, Maya melangkahkan kakinya menuju lobi hotel. Berniat jalan-jalan sebentar di sekitar hotel untuk sedikit membantu melancarkan pencernaannya.

Di sisi lain lobi hotel, Maya melihat sekelompok orang mengenakan jaket yang di salah satu sisinya menampilkan sebuah logo perusahaan yang sangat akrab bagi Maya.

Logo berwarna Merah Putih tersebut nampak begitu kontras dengan jaket hitam yang mereka kenakan. Maya mengenalinya sebagai logo perusahaan tempatnya bekerja.

‘Jadi mereka adalah pembalap dari tim yang disponsori perusahaan.’ Maya bergumanan sendiri.

Maya terus melangkah santai sambil sesekali menggerakkan tangannya meregangkan tubuh.

“Kak... Maaf.” Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakang Maya.

Saat membalikkan badan, Maya melihat seorang laki-laki mengenakan jaket hitam berlogo tengah menatapnya.

Maya memperhatikan sekilas laki-laki di depannya, dari struktur wajah, caranya menatap dan penampilannya mengingatkan Maya pada seorang aktor Thailand yang baru-baru ini memerankan series F4, Bright Vachirawit, namun dengan warna kulit sawo matang khas Indonesia.

“Ada apa ya?” tanya Maya kemudian.

“Perkenalkan.. Aku Langit kak... yang tadi siang menabrak kakak di bandara.” Laki-laki yang mengaku bernama Langit itu menyodorkan tangan kanannya.

“Oh ya, Maya...” Jawab Maya seraya menyambut uluran tangan Langit, mereka bersalaman sekilas.

“Kakak menginap di hotel ini juga?”

“Begitulah.”

“Bisnis?”

“....” Maya terdiam sejenak.

“Tugas dari kantor.” Jawabnya kemudian

Tampak langit mengangguk-angguk paham.

Sejenak suasana tiba-tiba hening. Kening Langit tampak mengernyit memikirkan sesuatu, sepertinya ada yang ingin dia tanyakan namun ragu mengatakannya.

“Besok, kamu ikut bertanding di arena balap?” tanya Maya memecahkan keheningan.

Langit menatap Maya sedikit terkejut.

“Kulihat tadi di Lobi beberapa orang mengenakan jaket yang sama denganmu, mereka dari tim balap Indonesia kan?” kata Maya menjelaskan.

Langit memandang Maya takjub.

“Iya kak benar... Besok pertandingan pertamaku di luar Indonesia.”

“Semoga dapat juara ya.” Ucap Maya tulus.

“Hehe.... bisa menyelesaikan finish tanpa terjatuh saja, aku sudah sangat bersyukur Kak. Aku belum berani berharap lebih.”

“Kenapa? Kurang percaya diri?”

“Salah satunya itu sih... ini pertandingan pertamaku di event sebesar ini. Jujur aku gugup sekali.”

“Tapi kamu sama sekali tidak terlihat gugup.” Kata Maya seraya mengamati Langit.

“Itu karena aku menyembunyikannya.” Langit menjawab grogi, sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Maya tersenyum tipis melihat reaksi Langit.

“Sampai kapan kakak disini ?”

“3 hari.”

“Kakak berniat menonton balapan?” Langit bertanya dengan antusias.

“Entahlah.... lihat saja nanti.”

Mendengar jawaban Maya, Langit sedikit kecewa.

“Aku balik dulu ya... besok harus bangun pagi untuk urusan kantor.” Maya berpamitan seraya melangkah menuju hotel.

“Kak boleh minta no HP nya?” Langit memberanikan diri bertanya.

Maya hanya tersenyum tipis dan menatap langit sekilas kemudian meneruskan langkahnya.

“Yahhhh.... gagal deh.” Kata langit sendiri.

*****

Jam 7.30 waktu Malaysia.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Maya melangkah mengikuti rekan-rekan kerjanya sesama Head Office dari perusahaan tempatnya bekerja.

Diantara 5 orang yang mendapatkan penghargaan dari perusahaan, hanya Maya sendiri yang perempuan.

Setiap tahun, perusahaan **T** selalu memberikan penghargaan kepada 5 Head Office terbaik yang berhasil mencapai penjualan tertinggi.

Dari 135 cabang sales office, cabang yang dipimpin Maya menempati urutan kedua penjualan tertinggi tahun ini.

Bila tahun-tahun sebelumnya, penghargaan berupa liburan ke Bangkok atau Singapura, tahun ini penghargaan berupa liburan ke Malaysia dan mendapatkan tiket gratis untuk menonton pertandingan balap motor tingkat dunia itu.

Karena tahun ini, perusahaan **T** menjadi salah satu sponsor terbesar bagi tim balap Indonesia.

Bersama dengan Head Office lainnya, sambil mengenakan Topi dan T-Shirt berlogo seragam, Maya duduk di tribun urutan kedua dari depan.

Dari sana Maya melihat dengan jelas para pembalap yang tengah mempersiapkan diri di tenda timnya masing-masing.

*****

Sementara itu, dari salah satu tenda, Langit menatap tribun penonton.

Kehadiran seorang wanita bertopi dan mengenakan T-Shirt berlogo mengambil alih perhatiannya.

Dengan seksama Langit memperhatikan logo yang tertera di topi dan T-Shirt Maya.

Dia yakin bahwa itu adalah logo yang sama yang ada di seragam balapnya.

Bahkan T-Shirt yang dikenakan Maya sama persis dengan yang dia kenakan sekarang.

“Bang... Abang tahu wanita di tribun no 2 dari depan itu?” tanyanya pada Bang Aziz, kepala mekanik dari perusahaan **T** yang bertanggung jawab atas motor balapnya.

Bang Aziz yang tengah memeriksa kondisi motor yang akan dipakai Langit bertanding, segera menghantikan kegiatannya. Dia menatap tribun yang ditunjuk Langit.

“Ooo... itu Ibu Maya. Kenapa? Naksir?” tanya Bang Aziz menyelidik.

“Abang kenal?”

“Kalo Bu Maya mungkin gak tau siapa Abang. Tapi dia sangat terkenal di perusahaan **T**.”

“Oh ya...?” tanya Langit tak percaya

“Tahun lalu... saat acara penandatanganan sponsor dengan perusahaan **T** ada kejadian yang melibatkan Bu Maya. Makanya dia jadi dikenal hampir semua karyawan **T**.”

“Kejadian apa Bang?”

“Ada rekan kerjanya sesama Head Office yang mencoba melecehkan Bu Maya.”

“Oh ya... terus Bang?” Langit antusias

“Kamu bisa menebak apa yang terjadi?”

“Mmmm..... “ langit tampak berpikir

“Gak Bang.” Jawabnya kemudian

“Bu Maya menghajar rekan kerjanya itu sampai salah satu tangannya patah. Hhahaha....” Bang Aziz terbahak-bahak

“Serius Bang?”

“Seriuslah..... Siapa yang menyangka kalo wanita secantik Bu Maya ternyata jago beladiri. Untung saja Bu Maya hanya mematahkan tangannya, coba kalo mematahkan selangkangannya, bisa gak punya keturunan dia. Hhahahaha..... “ Bang Aziz tak berhenti tertawa mengingat kejadian tahun lalu.

“Trus bagaimana akhirnya Bang?”

Bang Aziz menghentikan tawanya dan memperbaiki letak topinya yang bergeser karena terbahak-bahak.

“Bu Maya mengambil jalan damai, tidak meneruskannya ke ranah hukum. Tapi meminta perusahaan untuk menyelesaikannya secara internal dan menuntut keadilan atas perlakuan yang di terimanya. Melalui pemeriksaan CCTV di hotel, memang rekannya itu terbukti bersalah, akhirnya perusahaan memecat pelaku dengan tidak hormat dan menutup kasusnya.”

“Tapi sepertinya gak ada berita yang tersebar di media tentang itu ya Bang?”

“Jelas lah... Perusahaan sebesar **T** pasti akan terpengaruh kalo ada berita seperti itu. Sedikit banyak akan mencoreng nama baik perusahaan. Ada sanksi tegas bila ada yang membocorkannya ke Media. Makanya kasus ini benar-benar ditutup rapat, dan hanya karyawan di **T** saja yang tahu.”

Langit mengangguk-angguk paham.

“Jadi kalo kamu naksir Bu Maya, Sebaiknya berhenti saja.”

“Kenapa Bang? Dia sudah bersuami ya Bang?”

“Sepertinya sih masih lajang... Bu Maya itu terkenal sebagai Snow Queen. Karena orangnya tegas sekaligus dingin sama semua laki-laki. Dia benar-benar menganggap laki-laki hanya sebagai rekan kerjanya saja. Tidak lebih.”

“Darimana Abang tahu?”

“Karena beberapa rekan kerja Abang sudah pernah mencobanya, dan tanggapannya benar-benar sedingin salju.”

“Ah Abang bisa saja.”

“Sudahlah... lebih baik kau bermimpi jadi juara di pertandingan ini, itu lebih realistis.”

Bang Aziz menepuk bahu Langit dan kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

Bukannya menyerah, Langit justru semakin merasa tertantang sekaligus takjub melihat Maya.

Hingga pertandingan akan dimulai, matanya tak pernah melepaskan sosok Maya.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login