Download App

Chapter 127: ●Gelombang Hitam (4) : Nadisu dan Kavra

"Kerahkan mantra terbaik para hulubalang, Sin!" teriak Kavra.

"Panglima! Para prajurit bertumbangan!"

"Satukan barisan para hulubalang! Jangan mundur!"

"Para hulubalang mulai berjatuhan, Panglima!"

Teriakan kesakitan.

Pekikan kematian.

Jeritan ketakutan atas maut yang tak pernah diperkirakan bagi wangsa yang selama ini menjalani hidup ribuan tahun.

"Kuatkan diri kalian!" Kavra berteriak geram. "Kubantu dengan mantra Raja Nadisu dan Ratu Mihika yang dititipkan kepadaku!"

Kavra memainkan tombak saktinya. Memutarkan membentuk perisai yang makin lama makin membesar. Mantra raja dan ratu membantunya memperkuat serta menambah luas perlindungan. Lapisan penahan bagai pintu tak tertembus serangan apapun.

"Lemparkan panah-panah akar bahar!" teriak Kavra.

Sin memerintahkan para prajurit melepaskan panah-panah mereka yang liat kehitaman. Hujan senjata menuju ke Mandhakarma yang tampak bagai gelombang pasukan hitam.

"Lemparkan lontaran racun lebah Ara!" teriak Kavra.

Para hulubalang meneriakkan para pelontar untuk melemparkan bola-bola senjata racun lebah Ara yang mematikan dalam jumlah besar. Bola-bola itu melayang, memberikan siutan panjang bagai mengiris gendang telinga. Percikan besar menyala membentur Gelombang Hitam Mandhakarma.

Teriakan.

Jeritan.

Erangan panjang yang menciutkan nyali.

Mandhakarma sama sekali tak berhenti lajunya!

Kavra menambah kekuatan mantra.

Mantra Nadisu, mantra Mihika, mantra Kavra, bersatu membentuk payung pelindung yang luarbiasa besar.

"Demi Jagad Gangika!" pikir Kavra tegang. "Kekuatan apa yang dimiliki Mandhakarma?! Kami bahkan tak melihat satu sosok pasukanpun tapi mereka seolah memiliki prajurit tak tampak yang mampu membunuh dengan kejam!"

Aaaaaarrrggggh.

Eaaaaarrrrh.

Aaaaaaaaaiiiiikkkh.

Pasukan Gangika bertumbangan.

Tubuh prajurit yang dimasa hidupnya tegap kuat, terhisap kekuatan hitam hingga tersisa sosok kering kerontang. Sebagian melepuh, meleleh, bahkan hanya tertinggal senjata berasap.

"Panglima Kavra!" Sin tampak sangat tegang. "Apa yang akan kita lakukan??"

"Jangan biarkan terus berjalan! Kulihat gerak lajunya terhambat dengan serangan dan pertahanan kita!" teriak Kavra.

"Siap, Panglima!"

"Jangan kendorkan mantra! Jangan biarkan makin menembus Gangika!"

"Siap, Panglima!"

Lapisan terdepan maju, rontok tak lama kemudian.

Lapisan tengah menyerang, berjuang sekuat tenaga, lumat tak lama.

Lapisan berikut bergerak, berusaha mendesak. Pertarungan berlangsung lebih liat. Melawan pasukan tak kasat mata yang seolah memiliki senjata, perlengkapan, rencana dan taktik yang sama tangguhnya dengan wangsa Akasha dan Pasyu.

Kavra melihat sekeliling. Para hulubalang dan prajurit bagai dedaunan kering di musim kemarau panjang. Matanya mencoba menelaah cepat atas apa yang terjadi, walau tak dapat menemukan jawaban pasti. Sang panglima melihat ke arah pasukannya yang mulai terbelah : ingin bertarung atau melarikan diri.

Kavra berpindah ke daratan, tepian sungai. Ia mengucapkan mantra pemanggil lebah-lebah pohon Ara.

"Membesarlah kalian!" bisiknya.

Lebah-lebah itu berkali lipat memperbesar ukuran, membentuk barisan rapi, sebelum membumbung ke atas membentuk anak panah raksasa yang menyerang. Ribuan kelebatan bayangan menyasar Mandhakarma dengan cepat, tampak samar bagai jajaran jejak ekor bintang jatuh. Kavra menahan napas, matanya tajam menatap gumpalan Gelombang Hitam. Berharap serangan kali ini semakin melumpuhkan lawan. Senyap sesaat. Hening. Seolah kebinasaan menjadi kabar bagi semua.

Buih hitam beranak pinak di angkasa.

Curah hujan berasap turun cepat, ratusan bahkan ribuan titik bara api yang padam meluncur segera ke bumi. Ke tepi sungai Gangika. Mata Kavra terbelalak menatap lebah-lebah pohon Ara terpanggang kering kerontang. Kemarahan menyerang seketika.

"Keparat kalian! Apapun bentukmu, kami tak akan takut melawan kalian!!" Kavra menghunus senjata, menunggang angin, naik menuju Mandhakarma.

"Jangan gegabah, Kavra," sebuah suara tenang dan berat berada di sisinya.

Kavra menoleh cepat, tak percaya, "Paduka?"

"Aku tak bisa membiarkanmu sendiri."

"Terlalu berbahaya! Paduka harus tetap di istana!"

"Aku akan mengerahkan mantra untuk membawa semua kekuatan Gangika ke sini, membantu kalian!" Nadisu memerintahkan.

"Baik," Kavra mengangguk. "Hamba akan membawa pasukan naik ke Mandhakarma."

"Berhati-hatilah!"

Nadisu mengerahkan mantra, mengumpulkan seluruh kekuatan sungai yang berada di bawah kekuasaannya. Membentuk gelombang kecil jernih yang memutar cepat, bagai ujung-ujung tombak seukuran puncak-puncak bukit yang siap menembus dinding pertahanan lawan. Kavra menghunus tombak sakti bermata dua, mengupayakan kesaktian dan kekuatan, dibantu para pasukan Gangika yang berbaris rapat di belakangnya.

Tombak-tombak aliran sungai Gangika bergerak lekas menuju Gelombang Hitam, tanpa memiliki nyawa mereka tak memiliki rasa takut sama sekali.

"Seraaang!" teriakan Kavra membahana.

Tombak bermata dua milik Kavra meluncur deras ke arah Mandhakarma, seluruh senjata prajurit menghujani dengan deras Gelombang Hitam, berikut aliran seluruh sungai Gangika membentuk mata senjata raksasa yang menembus dari beberapa titik.

Heaaaaaaaa!

Arrrrgggggh.

Heiiiikkkrrrgh.

Tombak-tombak air dari mantra Nadisu, memasuki wilayah Mandhakarma. Terpilin di dalamnya, tertelan warna gelapnya. Terpotong-potong bagai tak punya daya. Kembali ke bumi dalam bentuk curahan titik-titik air hitam yang meracuni wilayah tepian sungai dan aliran sungai Gangika. Bukan hanya lolongan prajurit, rakyat Gangika yang berada di bawah curahan hujan hitam Mandhakarma menjerit melolong melengking.

"Demi Jagad Gangika!" bisik Nadisu tak percaya. "Musuh apa ini? Apakah leluhur kami pernah berbuat dosa besar hingga menciptakan gelombang kematian seperti ini??"

Tombak Kavra terhisap masuk. Sang panglima bertahan untuk tak melepaskan senjata saktinya.

"Lepaskan, Panglima!" teriak Hulubalang Sin panik.

"Tak bisa! Aku tak bisa!"

"Lepaskan saja dari tanganmu!"

"Demi Paduka Nadisu dan Ratu Mihika! Aku tak bisa melakukannya, Sin. Arrrghh…kekuatan ini menarikku masuk!"

Kavra memegangi kedua tombaknya. Mencoba bertahan. Di bawah kakinya, para prajurit Gangika meregang nyawa, membelalak menyaksikan kebengisan Mandhakarma yang tak dapat dijabarkan. Penunggang angin seolah kehilangan kemampuan terbang dan daya lesatnya. Kavra terombang ambing di angkasa, bertahan pada tombaknya yang terus tertelan kegelapan Mandhakarma.

❄️💫❄️

Tenda-tenda di tepian sungai luluh lantak. Hujan hitam dari langit bagai panah-panah api berbau busuk yang merusak pepohonan, tumbuhan dan apapun yang dimiliki.

Mereka berlarian ke luar. Mencari perlindungan pada pohon-pohon, atau tebing-tebing di sekeliling sungai.

"Nami! Aku takut!" Usha terisak.

Aji memegang pakaian Nami erat-erat.

"Ssssh! Dengarkan!" Nami memeluk Aji dan Usha sesaat. "Kalian harus berani. Kalian sudah berlari jauh dari Giriya dan tinggal di Gangika. Hanya Nistalit hebat yang bisa melakukannya dan kalian adalah segelintir Nistalit hebat yang perkasa!"

Dupa berlari mendekat ke arahnya.

"Apa yang terjadi?" Nami berseru.

"Aku tak tahu. Sepertinya terjadi pertempuran antara panglima Kavra dan pasukannya dengan …ah, entah apa."

"Siapa musuh mereka? Akasha? Pasyu?"

"Aku tak tahu!"

Nami melihat sekeliling. Berpikir cepat.

"Mana Soma dan Suta?" tanya gadis itu.

"Mereka di bendungan. Para Nistalit juga siap siaga!"

"Senjata apa yang kau punya?" tanya Nami.

"Hanya kapak dan pisau. Kau?"

"Firasatku, ini bukan peristiwa biasa," ujar Nami. "Siapkan semua senjata. Ayo, kita bawa tombak-tombak juga."

Nami mendekati Aji dan Usha.

"Dengarkan nasihatku! Jangan membantah!" ujar Nami.

❄️💫❄️


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C127
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login