Download App
be my crush be my crush original

be my crush

Author: cloudlyy

© WebNovel

Chapter 1: Tersedak emosi

Suasana baru mulai terasa bisingnya suara kendaraan, orang berlalu lalang tanpa henti. Sampailah Hara dan Sena di depan gerbang kampus, tempat baru mereka untuk menambah ilmu, relasi dan pengalaman juga kenangan. Seakan-akan gerbang kampus itu sedang menyambut mereka dengan kalimat "selamat datang di dunia baru menuju fase dewasa".

"Hehh... bengong aja lu!" sentak Sena.

Hara terkaget dengan suara Sena lalu tertawa lirih.

"Suara lu lebih nyeremin dari cekikikan kunti, Sen. Bikin jantungan aja, bener dah!" ucap Hara sambil tertawa terbahak-bahak.

"Asem lu. Gue kepret juga lu, Ra."

Hara dan Sena tertawa terbahak-bahak di dalam mobil sambil terus berjalan menuju parkiran kampus yang kosong untuk memarkir mobil mereka. Akhirnya, mobil berhasil terparkirkan dengan aman dan nyaman.

Hara dan Sena menuju gedung untuk mencari kelas mereka. Mereka satu kelas yang sama yang tentunya jurusannya juga sama yaitu ilmu komunikasi. Entah mengapa takdir terus menyatukan kedua sahabat ini sampai bisa lulus di kampus yang sama dan kelas nya pun sama.

Hara tiba-tiba terdiam di tempat layaknya patung ditengah jalan.

"Lah, lu ngapain si?" tanya Sena.

"Lu, yang gimana masa' lu parkir mobilnya jauh dari gedung sih, Sen. Lu lupa apa kalau gedung kita masih jauh dari tempat parkir tadi. Ah elah lu masa OSPEK jualan gorengan apa gimana si bisa lupa."

"Ha, kok gue baru inget ya. Yaudah udah terlanjur jalan masa' balik ke parkir an." sambil cengengesan dengan wajah tak merasa bersalah.

Hara pun pasrah dan terus berjalan kaki bersama Sena.

"Dihh, nggak asik lu. Oiya lu sama temen sekelas udah pada kenal belum, Sen?" tanya Hara.

"Mmmbb, nggak terlalu. Lama kelamaan juga kenal kan bakal sekelas ketemu terus dan bisa satu kelompok jadi ya bakal kenal lah sama satu kelas."

"Iya si, bener."

"Tinggg..." bunyi nada notifikasi whatsapps Hara dan Sena.

Hara dan Sena langsung membuka pesan secara bersamaan.

"Ini pada rajin amat ya,udah pada di kelas. Yuk lah kita cepetan jalannya." seru Hara.

"Namanya juga masih mahasiswa baru cuy, lama-lama juga ketahuan mana yang rajin beneran."

"He'em kek lu rajin banget molornya makanya suka telat. Rajinnya lu tergantung situasi dan kondisi." celetuk Hara menjahili temannya.

"Anj*r, padahal gue ngomong buat menjelaskan prasangka lu tapi berasa buka aib sendiri."

Hara langsung tertawa mendengar jawaban Sena. Sena hanya melirik sinis sambil berjalan cepat hingga berlari meninggalkan Hara tertinggal di belakangnya. Melihat Sena mulai berlari Hara mulai mengejarnya. Walaupun sama-sama usil dan jahil tapi mereka sangat mengerti satu sama lain, saling mencela adalah ungkapan humor namun juga bisa kalimat manis bagi Hara dan Sena.

Terlihat beberapa sedang duduk di tempat duduk yang disediakan. Ada juga beberapa orang yang berlalu lalang baru turun dari tangga, berjalan masuk dari pintu masuk gedung, dan berjalan keluar ke pintu keluar. Hara dan Sena berjalan menghampiri orang-orang yang sedang antri di depan lift dan ikutan antri dibelakang orang-orang itu.

"Masuknya jam 08.40, ni bakal makan waktu lama nggak si antrian liftnya. Mana ramai banget lagi." ucap Hara melihat jam tangannya sambil melihat sekelilingnya.

"Ya kalau pagi pasti ramai kek gini lah."

Pintu lift terbuka Hara langsung menarik tangan Sena agar segera masuk lift. Saat pintu akan ditutup ada 3 orang masuk yaitu satu orang ibu paruh baya yang berpakaian rapi menenteng tas laptop ditangannya jika melihatnya saja tentu itu pegawai atau bahkan seorang dosen dan 2 orang perempuan mahasiswa dari pakaiannya sudah kelihatan kalau mahasiswa yang ber ootd.

"Permisi ya!" ucap ibu paruh baya tersebut.

Semua yang ada di dalam lift langsung memberi ruang sebisa mungkin. Saling bergeser dan saling mepet jadi solusinya. Karena sangking banyaknya yang naik lift, pintu lift nggak bisa di tutup karena kelebihan orang. Beberapa saat hening dan tidak ada yang mau keluar dari dalam lift.

"Ini tidak ada yang mau keluar ya? yaudah kalau begitu." seru ibu paruh baya dengan mulai melangkah keluar.

"Biar saya saja bu." Jawab Hara, lagipula tempat Hara berdiri itu tepat di depan tombol lift jadi mudah baginya untuk keluar lift daripada malah membuang waktu tidak ada yang mau keluar dan ada baiknya yang muda mengalah.

Sena kaget dengan mata sedikit melotot kepada Hara. Seakan-akan mata Sena berkata bentar lagi masuk kelas. Dengan sigap Hara langsung menuju tangga karena jika menunggu lift malah semakin lama karena antriannya. Kelas Hara ada di lantai 5 jadi, itu lumayan sangat melelahkan jika naik tangga. Di lantai 3 Hara sudah kepayahan dan memperlambat jalannya. Sambil terus berjalan menelusuri tangga Hara membuka hp nya dan mengirim pesan whatsapps kepada Sena.

"Sen, kalau udah sampai kelas tolong kursi samping lu kosongin ya!. Awas, kalau lu nggak ngosongin kursinya. Gue bakal bakar idup-idup ikan kesayangan lu abis itu gue kasih kucing gue, awas aja!" ancam Hara dengan wajah sinis.

Sambil terus berjalan menuju lantai 4 Hara bertemu seorang cowok yang tengah berdiri di samping tangga dengan tangan di masukkan ke kantong celananya seperti sedang menunggu sesuatu. Hara sepintas melihat cowok tersebut dan mengalihkan pandangannya dengan melihat hp nya untuk mengecek apakah Sena membalas pesannya dengan sambil berjalan dan sampailah ke lantai 4. Namun saat Hara baru melangkahkan kakinya ke lantai 4 itu Hara malah terpeleset.

"Awwww..., lah kok lantainya basah." ucap Hara sambil menyentuh lantai yang masih basah yang menandakan lantainya baru saja di pel.

Hara heran kalau lantainya licin seharusnya ada plang peringatan tapi Hara tidak menjumpai plang itu. Hara lalu melihat belakang dan benar saja ada plang peringatan. Langsung saja berdiri dengan kesal karena seharusnya cowok yang tengah berdiri di samping tangga itu memberitahunya tapi dia malah diam membisu seakan-akan mau jatuh dengan kepala pecah pun dia nggak peduli.

"Heyyy..., harusnya bilang dong kalau lantai licin! bukannya diem aja disana. Kalau ada korban dengan luka parah gimana." seru Hara dengan nada keras.

"Salah lu main hp terus, plang aja nggak lu liat. Emang sebegitu pentingnya hp sampai lupa nyawa sendiri ya." jawabnya dengan nada dingin.

"Ya nggak bisa gitu dong, sesama insan juga saling bantu. Kita hidup bersama bukan untuk saling acuh satu sama lain sampai nyawa manusia lain nggak berharga di mata lu."

Cowok tersebut diam sambil melihat Hara dengan tatapan dinginnya.

"Oke gue salah." jawabnya sambil berjalan meninggalkan Hara sendiri.

"Anj*r pagi-pagi dah bikin emosi aja. Gue sumpahin kursi yang dia tempati patah, biar juga ngerasain pantat sakit jatuh di lantai." umpat Hara sambil melihat cowok itu berjalan meninggalkannya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login