Download App

Chapter 3: Secuil tapi bahagia

"Yakin nggak mau cerita nih!" tanya Sena yang kepo dengan peristiwa yang terjadi.

"Ah, males gue bikin badmood kalau diingat-ingat lagi." jawab Hara dengan wajah masamnya.

Sena cuman mengangguk mengerti untuk tidak bertanya lebih nanti malah membuat sahabatnya lebih badmood lagi.

Sena dan Hara berjalan menuju lift terdekat dari kelas mereka. Setelah masuk lift, Sena memencet tombol ke lantai 1 sedangkan Hara hanya berdiri diam dengan wajah masih masam seakan-akan dunianya sedang tidak baik-baik saja.

"Argghhhh... Ra jangan murung gitu lah!. Gue jadi nggak mood juga tau." ucap Sena sambil menggelayuti tangan Hara seperti anak kecil yang meminta uang jajan kepada mamanya.

"Nggak mood?" tanya Hara dengan kening mengerut.

"Iyaaa... nggak mood. Nggak mood makannn...!" jawab Sena dengan nada seperti anak kecil.

Hara mendengar ucapan sahabatnya itu langsung tertawa. Dia menyadari bahwa hal kecil saja bisa membuatnya bahagia sedangkan hal yang menurutnya sepele tadi malah membuatnya emosi.

"Mmmbb... ya juga. Hal tadi kan sepele cuman ketidak sengajaan aja. Mungkin Tuhan tadi sedang memperingatkan jangan terlalu terlena dengan dunia sampai nyawa sendiri lupa. Oke Hara lupakan kejadian terpelesetmu tadi!" batin Hara dengan senyum tipis di wajahnya.

"Makasihhhh Sena ku sayanggg. Aku jadi nggak badmood nih!"

"Lah yang benerr...!" seru Sena dengan wajahnya yang mulai mendekati wajah Hara untuk mencari kepastian akan jawaban Hara.

"Yapss.." jawab Hara sambil mencubit pipi Sena.

"Nah gitu dong, sebagai gantinya beliin nasi padang. Biar gue juga balik mood makannya"

"Lah any*ng, gue ibarat kek ganti rugi aja ya nyonyaaa."

Kedua sahabat itu saling tertawa menertawakan pembicaraan mereka sendiri. Hingga ada bunyi pintu lift terbuka dari lantai 4 yang membuat mereka berdua berhenti tertawa dan saling melihat siapa yang akan memasuki lift bareng mereka itu.

"Lah fans gue ternyata yaa!" ucapnya sambil menunjuk Hara.

Sena yang tidak tahu apa-apa langsung melihat Hara dengan penuh tanda tanya.

"Ternyata kita bertemu lagi ya. Haduhhh... lu nggak apa-apa kan jantungnya. Takutnya deg-deg an deket gue. Lu pingsan kan nggak lucu bestie." ucapnya dengan nada jahil.

"Hehhhh denger ya Mahendra Raymon Arsenio! GUE NGGAK SUKA SAMA LU, APALAGI MINAT JADI FANS LU. JELAS OGAH!" pungkas Hara dengan nada kesalnya sambil menatap cowok tersebut.

"Lah kan sampe hafal nama gue lho! jangan manggil yang panjang, panggil aja Mahen."

"Terserahhhh mau Mahen, Morgan, Lohan juga gue nggak peduli. Pokoknya gue bukan fans lu. Jangan pernah manggil gue fans lu, atau gue sedot ubun-ubun lu!" Seru Hara dengan penuh emosi.

"Lah tadi kan lu yang bilang..." Mahen yang belum menyelesaikan perkataannya langsung disambar oleh Hara.

"Gue tadi cuman bilang cakep yaa bukan DEMEN ATAU SUKA sama lu. Bisa bedain nggak si. Emang setiap gue ngomong cakep itu suka ke orang ya nggak kan. Gue bilang cakep atau cantik ke orang yang emang mereka punya wajah yang menarik dipandang dan itu berarti harus disyukuri karena pemberian Tuhan."

"Iyaa yaa... gue cuman bercanda kali. Ah elahh." jawabnya dengan nada lemas.

"Bercanda lu nggak tepat malah bikin badmood orang."

"Lah gue malah jadi NYAMUK!!" celetuk Sena dengan nada tak terima.

"Eh, maaf Sen. Ah panjang ceritanya bukan nggak mau cerita lho."

"Jadi kalian berdua saling kenal?" tanya Sena.

"TADII!!" jawab Hara.

"Iya tadi." jawab Mahen.

Pintu lift berbunyi yang menandakan lift telah sampai di lantai tujuan. Hara langsung menarik lengan Sena untuk segera keluar dari lift. Mahen yang ada di sana hanya diam dan melihat kedua gadis itu keluar layaknya mama yang mengajak keluar anak dari toko mainan incaran sang anak.

"Padahal seru jahilin dia. Tapi keknya lagi badmood tu orang. Hahaha." batin Mahen dengan senyum tipis diwajahnya.

Setelah sampai parkiran Hara melepaskan genggaman tangannya dari lengan Sena.

"Lu ngapain si pakai narik lengan segala." ucap Sena sambil merapikan lengan kemejanya yang kusut akibat ulah Hara.

"Yaa maaf, Sen. Abis gue sebel sama dia, mending cepet-cepet menjauh dari dia."

"Lah emang dia yang bikin lu kepeleset?" tanya Sena dengan menaikkan satu alisnya.

"Bukan dia orangnya."

"Lah terus dia ngapain bisa bikin lu badmood gini."

Akhirnya Hara menceritakan semuanya kepada Sena selama perjalan pulang mereka. Sena yang mendengarkan cerita Hara itu sangat antusias dan seringkali tertawa saat mendengarkan sahabatnya bercerita. Sangking fokusnya mendengarkan ceria Hara sampai tak terasa sudah sampai di depan rumah Hara.

"Haduhhhh, sial banget ya hari ini, Ra."

"Iya gue! lu kagak." celetuk Hara tak terima.

"Iya yaa lu doang." jawab Sena dengan diiringi suara khas tawanya.

"Tawa mulu lu, kering tuh lama-lama gigi lu. Udah ah gue pulang dulu, Hati-hati di jalan jangan sampe lu sial juga hari ini."

"Lah nyumpahin gue lu ya."

"Lah sensi, gue niat bilang hati-hati malah disangka nyumpahin."

"HAHAHAHA... iya ya bercanda ah sewot lu perkara kepleset jadi gini nih otak lu jadi bersuhu panas."

"Ngomong mulu lu, gue kepret juga lu."

"Wleee..... balik dulu yeee." ejek Sena

TINNNN...TINNNNNN...TINNNN....

"Sena pulang dulu ya pak Sam, Pak Udin!" teriak Sena dengan nada tingginya.

Pak Samsul dan pak Udin yang ada di pos langsung menjawab dengan serentak.

"Iya neng Sena, hati-hati di jalan!" jawab mereka dengan kompak.

"Neng Hara kenapa nih mukanya ditekuk mulu kek baju belum disetrika." seru pak Samsul yang tengah menyeruput kopinya.

"Badmood pak." jawab Hara.

"Nggak kebagian cendol dawet ya neng." celetuk pak Udin.

"Ohhh ni pasti gara-gara pak Udin nih Sena jadi cendol dawet trus pikirannya."

"Lohh pak Udin kan cuman ngasih neng nggak pelet Neng Sena buat jatuh cinta sama cendol dawet."

"Besok besok kalau pak Udin beli cendol dawet jangan kasih tuh si Sena. Kasih aja ke Hara, pak. Hehehe" ucap Hara dengan cengengesan

Pak Udin dan pak Sam langsung tertawa mendengar ucapan Hara. Hara pun tertawa dengan kedua bapak-bapak yang suka membuatnya tertawa.

"Yaudah Hara ke dalam dulu ya, pak. Kalau ngopi mulutnya pak, jangan bajunya. Hahaha" seru Hara sambil berjalan meninggalkan kedua bapak-bapak tersebut.

"Siap neng!" jawab mereka dengan kompak diiringi tawa renyah mereka.

Hara memasuki ruang tamu dan berjalan melewatinya dan menuju tangga. Sebelum melangkah ke tangga dia berpapasan dengan bi Ida.

"Neng mau bi ida siapain makanan sekarang?" tanya bi Ida.

"Nanti aja bi." jawab Hara dengan senyum di bibirnya.

"Oh ya, neng."

Setelah itu Hara berjalan lagi untuk naik tangga menuju ke kamar tercintanya. Zona ternyamannya adalah kamarnya sendiri.

Setelah sampai di kamarnya, Hara langsung meletakkan tasnya dan menuju ke kamar madni untuk mandi karena badan dan pikirannya sudah lelah jadi dia ingin menenangkannya dengan mandi setelah itu bersantai. Selang beberapa menit Hara keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Dia berjalan keluar kamar mandi dan mencari pengering rambutnya untuk mengeringkan rambutnya.

"Segarnyaaa... kan pikiran dan hati jadi adem juga kalau kek gini. Oh ya aku mau nulis kata-kata tadi ah." seru Hara kepada dirinya sendiri.

Dia mematikan pengering rambutnya dan berjalan menuju tas nya untuk mengambik pen dan sticky notesnya.

JANGAN TERLALU MEMIKIRKAN HAL YANG MEMBUATMU SENGSARA.

BAHAGIA ITU SEDERHANA TERGANTUNG ORANG DAN RASA SYUKURNYA.

-hracloud


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login