Download App

Chapter 4: 1.4

Karma Dari Sang Pelakor

BAB 4 : Gadis Cilik

******

Setelah resmi berpacaran, Dion menjemput Mira untuk mengabiskan waktu berdua. Karna  sebentar lagi , libur semester yang  Mira miliki akan berakhir . Karna Mira harus kembali ke kota Y untuk menjalani rutinitasnya sebagai Mahasiswi. 

*****

Di sebuah bukit di Desa G. 

Suasana yang tenang, di pekatnya malam. Bersama dengan gesekan ranting yang saling bertautan di sertai bulan yang menjadi penerang di atas bukit nan sunyi. Dion menatap kelap kelip kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana. Begitu pun dengan Mira yang menikmati hembusan angin malam di atas bukit yang silih berganti menyapa tubuh Mira. 

"Kau akan pergi?" 

Tanya Dion di sela hembusan angin di atas bukit. 

"Iya, aku harus pergi.  Bukan'kah kau juga harus kuliah?" 

Sahut Mira yang menoleh ke arah Dion yang sedang duduk di sampingnya yang hanya beralaskan rumput.

"Tapi aku sedang cuti. Karna aku harus mengurusi usahaku," 

"Mmm... Kita kan masih punya ponsel untuk sering memberikan kabar," 

"Tapi rasanya beda jika tidak bertemu. Kita menikah saja." dengan pandangan lurus ke depan.

Ucapan Dion, membuat Mira terkejut," mm... Aku kan masih kuliah. Bagimana bisa aku menerima lamaranmu?" 

"Aku punya usaha, Menikahlah dengan ku. Kamu juga bisa kuliah setelah menikah nanti, Aku tidak akan melarangmu." 

Tutur Dion yang kini menatap Mira dengan mengenggam tangan Mira. Berharap, Mira mau menerima tawaran yang Ia berikan.

"Tidak bisa Dion, aku belum sanggup. Karna aku belum bisa membahagiakan ke dua orang tua 'ku," jawab Mira dengan pandangan sendu menatap Dion yang terlihat kecewa dari raut wajahnya. 

"Aku tidak memaksa, namun kau harus ingat! Setelah sampai di kota Y. Kau tidak boleh merayu pria mana pun, karna kau hanya akan menjadi milikku." tandas Dion kepada Mira. 

Mira mengangguk seraya tersenyum," hatiku ini. Cuma ada satu, kamu pikir hatiku ini sperti tanggo?" Pungkas Mira menatap lekat ke arah Dion. 

Dion mengusap pipi Mira dengan telapak tangannya, "aku benar-benar mencintaimu Mira. Sungguh!" 

Ungkap Dion sembari mendekatkan wajahnya ke arah Mira, lalu mendaratkan bibirnya ke bibir Mira. Mira yang merasakan kelembutan bibir Dion yang kini menyentuh bibirnya, membuat Mira merespon setiap kecupan yang di berikan oleh Dion. Kini , mereka bercumbu di bawah bias rembulan yang temaran. Dengan deru nafas yang terdengar berkejaran di sela hembusan angin di atas bukit dengan hawa yang kian menusuk kulit.

"Jaga hatimu untukku yah," ucap Dion ketika ia melepaskan ciumannya. 

"Selalu, aku akan berusaha menjaga hatiku," sahut Mira yang kemudian mendekap kedua pipi Dion dengan kedua telapak tangannya.

"I Love You Dion!" Ucap Mira tulus.

"I Love You Too Mira! " Sahut Dion yang menatap sendu ke binar mata hitam di depan matanya.

Mira tersenyum seraya tangannya mengusap lembut pipi kekasihnya. Dan Dion membalas usapan telapak tanganya ke pipi Mira.

Malam ini, adalah malam terakhir bagi mereka yang sedang di panah oleh api asmara. Seakan mereka tidak ingin malam ini berlalu. Jika malam ini berganti pagi, maka hari di mana untuk mereka berdua akan berkurang.

"Sekarang sudah larut, Ayo! Aku antar kamu pulang," ucap Dion yang beranjak dari duduknya. 

Mira ikut beranjak mengikuti Dion. Dion kini menggenggam erat tangan Mira lalu berjalan bersama menuju ke arah sepeda motor yang terparkir. Karna Tadi , Dion menjemput Mira menggunakan sepeda motor. Agar lebih mudah untuk menuju ke arah bukit. 

Setelah melaju, Akhirnya sepeda motor yang di kendarai oleh Dion pun  tiba di rumah Mira. Setelah saling mengecup, Dion kemudian berpamitan kepada Mira. lalu Dion pun melaju meniggalkan Mira yang masih berdiri di sisi Jalan. Setelah Mira melihat kekasihnya telah menghilang bersama pekatnya malam, Mira kemudian masuk ke dalam rumah. 

Sesampainya Mira di dalam Rumah, Mira membasuh Wajah. Setelah membasuh, Mira merebahkan tubuh di atas Kasur. Mencoba untuk bermimpi tentang pria yang baru saja masuk ke dalam relung hatinya.

****** 

1 Hari keberengkatan,. 

"Mira, Apakah semuanya telah kau priksa? Ada yang masih kurang tidak?"

Tanya Ibu Mira ketika melihat Mira sedang berkemas untuk menyiapkan segala keperluan yang akan di bawa oleh Mira ke Kota.

"Sudah Ma, cuma aku. Sepertinya lupa membeli sesuatu," sahut Mira. 

"Segeralah pergi ke kota untuk membeli keperluanmu. Sebelum sore, besok kau harus berangkat subuh. Mana bisa ada waktu," cerca Ibu Mira. 

"Iya Ma, ini aku mau siap-siap," 

Mira kemudian pergi untuk memanaskan sepeda motor terlebih dulu. Setelah sepeda motornya telah panas, Mira bergegas untuk bersiap-siap. 

"Ma, mira berangkat!" Ucap Mira saat hendak mengeluarkan sepeda motor.

"Iya! Kamu hati-hati saat bawa motor," Sahut ibu Mira dari dalam ruang keluarga. 

"Iya Ma!!" Teriak Mira.

Mira mengeluarkan sepeda motornya, kemudian ia pun melaju. 

Mira mulai mengendarai sepeda motor, kemudian melaju ke arah kota yang menjual segala macam perlengkapan yang Mira butuhkan. Jarak antara desa menuju ke kota berkisar 75 menit. 

Kini Mira telah memakirkan sepeda motornya di depan Pusat toko swalayan. Setelah motornya terparkir, Mira berjalan masuk ke dalam toko tersebut. 

Di dalam toko, Mira meraih keranjang belanjaan. Lalu menelusuri berbagai rak yang ada di dalam toko tersebut. Saat Mira sibuk memilih dan memilah barang, Mata Mira  tak sengaja menangkap sosok yang sangat Mira  kenal, "Dion?" 

Guman Mira , lalu memfokuskan penglihatannya kepada sosok yang sedang sibuk melihat barang yang tak jauh dari tempat Mira berdiri.

Dengan cepat, Mira melangkahkan kaki menuju ke arah sosok itu. "Dion!" Panggil Mira seraya menepuk pundak Dion. 

Dion menoleh , Seketika raut wajah Dion terlihat panik. "Mira! Kau. . . di sini?" Tanyanya kikuk. 

"Yah! Jika aku tahu kamu ke kota, aku akan menebeng mobilmu," ucap Mira bersemangat. 

"He.. iya! Jika Aku tahu kamu ingin ke kota, Aku akan menjemputmu tadi," Sahut Dion dengan mata yang sepertinya tidak terlihat fokus. 

Mira yang melihat tingkah Dion, mengikuti gerakan mata Dion yang sepertinya mencari-cari sesuatu. 

"Apa yang kau cari Dion? Sepertinya, kau nampak kikuk," ucap Mira yang menatap aneh ke arah Dion. 

"Oh! Tidak ada yang aku ...,-" ucapan Dion terhenti, Ketika seorang Anak perempuan menghampirinya. 

"Papa! Atu udah apat," 

Ucap Gadis cilik berusia sekitar 4 tahun Dengan kalimat yang kurang belepotan. Di sertai tangannya memegang sebuah boneka.

Mira mengerutkan alisnya seraya menatap heran ke arah gadis kecil yang sedang berada di kaki Dion , " Papa?" Tanya Mira kepada Dion, yang terlihat sangat  nampak dari raut wajah Dion , bahwa Dion sekarang ia sedang gugup. 

"Eh! Ini keponakanku. Dia biasa memanggilku Papa, karna dia sangat dekat denganku," Sergah Dion dengan cepat. 

"Aku belum bertanya dia siapa, Namun kamu sudah menjawab dengan begitu cepat ," ucap Mira yang kemudian menghampiri gadis kecil itu yang kini sedang memeluk kaki Dion dengan erat.

"Hei!! Siapa namamu? Kamu terlihat cantik sekali,"

Ucap Mira berjongkok menjajarkan tubuh dengan gadis manis yang ada di hadapannya. lalu memegang dagu gadis kecil itu , seraya di goyang-goyangkan dagu anak itu.

"Namanya Kirana!" Ucap Dion. 

"Nama yang bagus sekali ya!" Ucap Mira seraya mengelus kepala Kirana. " Oh! Iya. Apakah kau sudah makan?" Tanya Dion. 

"Belum!" 

"Ayo makan bareng, kebutulan aku dan Kirana juga belum makan." 

"Tapi aku harus membeli keperluanku dulu,"

"Ya sudah! Aku akan menemanimu,"

Dion kemudian  menggendong Kirana, Lalu berjalan bersama dengan Mira untuk menelusuri rak yang berjejer rapi.

"Ayahnya kemana? Kok Kirana memanggilmu Papa?" Tanya Mira dengan langkahnya yang terus menelusuri Rak.

"Oh. . . Itu, Ayah Kirana menginggalkan Kirana. Saat Kirana berusia baru beranjak 7 bulan, sejak saat itu. Kirana sering bersamaku," jawab Dion. 

Mira memutar kepalanya, lalu menatap Dion yang berada di belakan tubuh Mira, "Bersamamu? Bukankah kamu sedang kuliah?" Mira merasa aneh dengan jawaban Dion. 

"E..mmm, entahlah! Saat aku pulang ke kampung,  Kirana malah memanggilku Papa," Jawab Dion yang terdengar mengambang di telinga Mira. 

"Apakah kamu sudah menikah?" Tanya Mira menyelidik. Dengan tatapan menyelidik.

"Hei! Apakah aku terlihat seperti orang yang sudah menikah?" Sergah Dion dengan cepat, " Kenapa kamu panik? Aku hanya bertanya!" Tandas Mira. 

"Aku tidak panik! Jika kamu tidak percaya, kamu boleh memegang ponselku," ucap Dion, "Untuk apa?" Tanya Mira.

"Agar kau percaya. Jika aku berikan ponselku, Kamu bisa mengotak atik dan mencari tahu kebenarannya sendiri." 

"Tidak perlu seperti itu, Kamu pasti punya lebih dari 2 ponsel kan?" 

Dion terlihat gelagapan,"tidak! Aku hanya memiliki satu. Jika kamu masih tidak percaya, Kamu bisa mengeledah mobilku, sakuku dan apa pun itu," 

"Baik...baik, Aku sudah seselai berbelanja. Aku ke kasir dulu," Ucap Mira. 

"E Tunggu, aku minta tolong kamu gendong Kirana, Aku yang akan ke kasir dan Membayar belanjaanmu,"  dengan cepat, Dion meraih keranjang Mira, lalu memberikan Kirana kepada Mira. 

Mira meraih Kirana ke dalam gendongannya. Kemudian Mira menuju ke arah pintu toko swalayan dan menunggu Dion di depan pintu toko. 

"Anak manis, papamu siapa?" Tanya Mira seraya mengelus Rambut Kirana. 

"Dion!" Tutur Kirana. 

"Mama kamu siapa?" Tanya Mira lagi. 

"Mama putli," sahut Kirana dengan lidah cadelnya.

"Cantik'nya, pasti ayah dan ibumu sangat cantik dan tampan ya!" Puji Mira seraya memainkan rambut Anak Gadis yang sedang barada di dalam gendongan Mira.

"Ayo kita cari makan," Ucap Dion yang datang menghampiri Mira dan Kirana. 

Mira mengangguk dan mengekori Dion dengan Kirana yang masih barada di dalam gendongannya. 


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login