Download App

Chapter 9: RAZIA TUYUL NAKAL & BABI NGEPET

Setelah sholat Isya, kami berkumpul di dalam Majelis untuk melanjutkan Dzikir Waqiah sampai selesai. Setelah itu dilanjutkan dengan Sholawat Al-Barzanji yang dipimpin oleh Kang Gandi. Kami mengikuti nya dengan khusuk.

Setelah selesai, kami makan bersama yang sudah disajikan oleh istrinya kang Tarman, walaupun dengan lauk seadanya, kami sangat bahagia, karena kami berkumpul bersama.

"Kang, Jadi kita narik Tuyul, kebetulan ini banyak yang datang, Alhamdulillah," Ujar kang Adim.

"Ya, jadi nanti sebentar saya lagi chat dengan istri saya," sahutku.

"Oh, emang istri bapak dimana?" tanyanya lagi.

"Istri saya di Jawa Tengah, biasalah ingin saya pulang tapi disana saya serba salah, keluarganya tak merestui dan saya kalo disana tinggal di rumah almarhum suaminya, jadi gimana ya kang, seperti tak enak saja dengan tetangga disana??" kataku menceritakan keadaanku.

"Terus istri tinggal sama siapa?" tanya kang Tarman.

"Istri saya tinggal sama anaknya yang bungsu, dia kan janda anak 3. Anaknya yang pertama dan kedua sudah meninggalkan rumah semenjak saya menikah. Mereka lebih memilih tinggal di pesantren kakaknya tinggal," ceritaku melanjutkan lagi.

"Lah terus piyee kang?"

"Waktu sebelum ke sini saya udah mau pulang ke sana, karena saya gak mau tak tanggung jawab, walaupun hanya bisa memberikan perhatian dan nafkah batin saja untuk sementara, tapi saya ingin bersama dengan dia. Tapi dia melarang saya kembali karena keluarga istrinya terutama adiknya ingin bunuh saya," lanjutku bercerita,

"Jadi ya saya serba salah, liat saja nanti biarkan waktu yang memutuskan kang Tarman," lanjutku pasrah sambil menghisap rokok.

"Kang, sebaiknya diselesaikan masalah dengan istri supaya tidak berlarut-larut, mau lanjut atau tidak? Gitu kang," lanjut kang Gandi.

"Loh, sampeyan itu menikah resmi atau menikah secara agama?" tanya kang Asep.

"Menikah agama saja, itu juga saya masih tanda tanya sah atau tidak karena saya hanya menikah dengan tidak ada saksi dari saya, dan yang menikah kan saya hanya Ustad yang memang biasa menikahkan orang. Yang menjadi sah atau tidak itu kan wali nikah nya kang, kan bapak nya masih ada, jadi saya bingung apakah sah pernikahan saya itu, kang Gandi?" tanyaku ke kang Gandi karena dia kerja di KUA.

"Ya harusnya ada omongan atau pelimpahan hak wali kepada yang menikahkan. Kecuali kedua orangtuanya sudah meninggal dunia," kata kang Gandi.

"Jadinya Gimana tuh kang? Sah atau tidak ya? Makanya saya tak mau balik karena masalah ini, nanti saya Zinah jatuhnya, sedangkan zinah yang saya lakukan itu juga akan menghambat saya dalam beribadah," kataku menjelaskan kepada mereka.

"Ya, yang sabar ajah kang, saya sih tak mau kasih masukan apa-apa kang takut salah, kan kita sudah sama-sama satu guru kang, hehehe," kata kang Gandi.

"Ya, sudah kita siap-siap saja di depan, kita buat video narik tuyul di sini yang berkeliaran alam-malam gini," kataku.

"Kita buat video nya, dimana kang? diluar aja yah? Pakai tikar atau karpet kang?" tanya kang Adim.

"Iya, pakai tikar saja, cuma penerangan nya, Gimana?"

"Pakai lampu tembak atau lampu motor saja kang dari jauh supaya terang" katanya.

"Wah, boleh tuh idenya, sip kalo gitu," kataku

Setelah itu kami semua keluar dan melakukan penarikan Tuyul yang berkeliaran di malam hari. Setelah kumpul dan persiapan selesai,

"Kang, yang jadi mediator saya ajah, yah?" kata kang Adim menawarkan diri.

"Siap kita lanjut," kataku.

Kemudian setelah pastikan semua alat terpasang maka kami lanjutkan pembuatan video penarikan tuyul disana.

Setelah saya protek tubuh kang Adim saya tarik tuyul-tuyul yang berkeliaran dan fokus kapada bayangan tuyul diluar sana, tertangkap oleh tangan saya dan saya genggam dan dimasukkan ke dalam badan kang Adim dan kukunci..Hu'

Tubuh kang Adim langsung merespon dan berguling-guling di tanah seperti anak kecil yang sedang menangis...kami semua tertawa melihat kelakuan kang Adim saat itu,

"Selamat malam, kamu siapa kok begitu sih sikapmu? Ayo kesini duduk yang tenang..." kataku lembut.

"Kamu siapa kok kayak anak kecil gitu sih?"

"Iya..aaakuu...aaanaak kecil-kecil...hihihihihi"

"Maksudmu anak kecil Gimana?"

"Itu loh anak kecil badan nya"

"Ah masa sih, udah sini kamu duduk yang tenang jangan begajulan kayak cacing kepanasan saja..!"

"Iya..iya..aku duduk manis deehh..."

"Hahahahahahaha..." kami semua tertawa melihat tingkah laku dan mimik nya yang lucu.

"Kamu dari mana? Kok malem-malem masih kelayaban saja sih?"

"Hhmmm aku ada dimana ini? Kok gelap dan banyak orang cih?" tampang nya kebingungan.

"Oohhh kamu sedang di halaman rumah kok, ini semua teman-temanku, jamaah disini"

"HHmm aku tatutttt..kamu tiapa cih!!?"

"Perkenalkan, saya kang Narendra, kamu namanya siapa?"

"Akuu Bejo..!"

"Oh Bejo, emang dari mana Bejo?"

"Aku dari canah" sambil menunjuk arah ke utara.

"Oh sana...lah kamu ngapain ini malam-malam kok keliaran di jalan?"

"Aku tadi lagi di taman cana..., kok tekalang ada disini?" sambil kebingungan liat kiri dan kanan dan lihat sekitar tempat ini.

"Kamu saya tanya lagi ngapain di jalan? aku tadi tangkap kamu di jalan!!"

"Ohhh, kamu tangkap saya????!! Aduh ampunn, jangan tangkap saya, saya nanti tatut digebukin sama majikan sayaaaa, hua hua hua hua" dia menangis lagi sambil tiduran lagi dan menggerak-gerakkan kakinya ke atas mengamuk lagi. Otomatis kami semua tertawa lagi terbahak-bahak.

"Aduhh kamu lucu deh... sini duduk dulu kayak tadi, tenang ya, saya gak jahat kok"

"Hmm, gitu yah?'

"Iya, saya cuma mau nanya-nanya saja ke kamu, kamu tuyul, ya?"

"Iya, kok kamu tau saya tuyul??"

"Iya, kamu kan kayak anak kecil kata kamu tadi. Kamu punya majikan dan ada temanmu gak di sana? di rumah majikanmu?"

"Ada...ada tiga lagi"

"Wah, banyak banget, jadi sama kamu empat tuyul begitu?? terus kamu targetnya berapa dan kenapa malam-malam, bukan siang tugasmu?"

"Aku targetnya lima latus libu. Kan aku balu kelual tadi jam enam sole" sambil bermain-main tangannya sendiri.

"Oh gituu...satu tuyul 500 ribu? emang sekarang kamu sudah dapat uang?"

"Udah dongggg...udah dapet selatus libu!"

"Hah seratus ribu? Kamu dapet darimana itu? Ayo kembalikan ke orangnya sekarang!!"

"Gak mau, enak ajah main kembalikan, kan aku dah dapat uangnya" sambil dia menggenggam tangannya.

"Ya udah deh, mau nanya lagi, kalo kamu dapat target kamu dikasih apa sama majikanmu?"

"Nenen nenen nenen nenen...." sambil gayanya seperti mengedot ke dot bayi.

"Hahahahahahahaa," kami semua tertawa lagi terbahak-bahak..

"Ini botol nya, coba kayak Gimana nenen nya?" kukasihkan botol dot bayi yang kami siapkan.

"Nenen nenen nenen..muaah..nenen.. " gayanya yang lucu kayak bayi yang tiduran sambil nenen dan angkat kakinya ke atas.

"Hahahaahahaha.." kami tertawa lagi, bahkan mbah Marno sampai keluar air mata.

"Sini udah dulu nenen nya, ayo, nenen nya pahit Hu'.." kataku dan dia membuang botol nya ke depannya..

"Puuaaah...puaaahhh...cih...cihh... nenen nya kok jadi pait cih..." katanya sambil mengeluarkan ludah dari mulutnya.

"Sini lagi saya masih mau nanya ini, kenapa kok kamu mencuri uang orang?Apakah kamu gak malu sih? nih tangan nya saya potong kedua nya Hu' " kugerakkan memotong di kedua tangannya dan dia teriak kesakitan,

"Ahhh addduhhh sakittt..tanganku kamu potong sakit....ampuunn..." katanya lagi sambil menjerit kesakitan.

"Ya sini, itu tanganmu Normal lagi Hu', kamu sini dulu jangan jauh-jauh" sambil kutarik tangannya mendekat.

"Telima kacih om ganteng...heheheh," katanya sambil senyum simpul menggoda.

"Iya, sama-sama. Kalo uang yang gak bisa kamu ambil itu uang apa coba? Kalo uang di karetin bisa?"

"Bisa"

"Kalo yang disteples bisa?"

"Bisa"

"Uang di kotak amal mesjid bisa?"

"Tidak"

"Uang yang sudah disedekahkan?"

"Tidak bisa"

"Kenapa?"

"Kalo diambil tanganku terbakar!"

"Uang uang di ATM bisa?"

"Tidak bisa!"

"Kenapa?"

"Ada yang jaga!"

"Siapa yang jaga?"

"Bertaring!"

"Kalo uang haram hasil Judi dan merampok bisa?"

"Hahaha..uang kayak gitu gak perlu saya comot om, malahan langsung masuk ke kantongku cendili," katanya sambil meniru gerakan uang masuk ke kantong.

"Oh gitu..., kamu mau saya masukkan jadi Muslim gak?"

"Gak mau, nanti saya bagaimana sama majikan saya?"

"Ya, saya putus sekarang hubunganmu dan perjanjian mu dengan Majikan mu ya, Hu'..Putus semua perjanjian dengan tuyul ini.." kataku sambil menggerakkan memotong.

"Haaaaaa...aku kok cendilian cih..??"

"Ya, gak apa-apa kan enak sendirian, gak ada yang ganggu supaya kamu itu bisa masuk Islam yah, nanti kalo kamu mau makan tinggal minta saja," kataku menjelaskan kepadanya.

"Sekarang, mau nanya kamu itu asalnya dari mana kok bisa diambil majikanmu?"

"Aku dari gunung di jawa sana"

"Dari dukun atau tuyul liar kamu ini?"

" Aku dibeli dari dukun"

"Emang, berapa hargamu?"

"Saya dibeli dengan halga 3 juta, tapi ada yang halga 5 juta, ada yang satu juta"

"Oh, banyak macam nya yah?" sambil kumanggut-manggut.

"Kamu bukan tuyul seken, yah??"

"Aku udah pernah digunakan oleh majikan saya dulu, waktu aku diambil sama dukun itu di gunung"

"Oh, kamu pantes harganya cuma 3 juta, tuyul seken ya kamu, hahahaha"

"Hehehehe jadi malu aku" sambil menutup mukanya.

Kutembak langsung otomatis Islam dan kumasukkan ke dalam badan kang Adim, dan kang Adim langsung bergerak seperti kedinginan.

"Dingin," katanya.

"Iy,a dingin ya, itu Islam ya, ayo kamu ikutin saya bersyahadat"

Akhirnya dia mengikuti mengucapkan dua kalimat syahadat.

"Itu kamu dah berubah bentuk, sudah menjadi muslim, dan jangan tinggalkan sholat dan berdzikirnya yah, kamu sudah dipassword kalo kamu murtad akan masuk neraka jahanam sampai akhir kiamat Hu'.." sambil kupassword.

"Iya aku udah ganteng sekali, kamu semua kalah ganteng sama aku, Bejo! hahahahaha" katanya sambil tertawa.

"Hahahaha..iya aku kalah ganteng juga sama kamu Bejo. Ya sudah kamu masuk ke dalam mesjid gaib di atas sana ya, biar kamu bisa kumpul dan berdzikir disana," sambil menunjuk ke atas rumah kang Tarman.

"Iya, cip!" katanya sambil mengacungkan jempolnya. Kami semua tertawa melihat semua kelakuan nya adim.

"Oh, iya kawanmu panggil semua ke sini ya bejo!, dan kamu islamkan juga ya!" perintahku ke dia. Kemudian dia melakukan gerakan menarik dan kemudian diislamkan olehnya.

"Alhamdulillah sekarang uangmu kembalikan kembali kepada pemiliknya, kan kamu sekarang udah muslim dan tidak boleh kamu bawa dan pergunakan uang haram," menyuruh dia.

"Iya, saya akan kembalikan! Tenang saja kakak...!" katanya lagi, hahahahaha

"Mau nanya lagi boleh, jawab jujur ya! Kamu kalo lagi berkeliaran banyak gak nemui tuyul kayak kamu disekitar sini?"

"Hm, buanyak banget lah kang, kalo aku main selalu ada 7 sampai 10 tuyul yang main di taman sana," katanya sambil menunjuk ke arah sebuah taman di kota itu.

"Kalo sekarang ada gak? Kalo ada coba kamu tarik mereka dan muslimkan mereka juga," kataku kepadanya. Kemudian dia menggerakkan tangannya dan menarik tuyul yang bisa dia jangkau.

"Ini ada 6 tuyul dan aku kenal semua ini......" katanya sambil diletakkan di bawah.

"Ya, Muslimkan, terus uangnya suruh kembalikan ke pemiliknya" perintahku lagi

"Iya, baik," sambil melakukan apa yang saya suruh.

"Sudah,...mereka sudah aku muslimkan dan uangnya sudah saya suruh kembalikan!"

"Ya sudah, bawa semua kawan-kawanmu, sana ke mesjid gaib disana!"

"Iya, terima kasih akang...Assalamualaikum" sambil kissbay ke saya, dan dia terlihat lucu sekali.

Akhirnya kang Adim sadar kembali. Kami semua yang ada di situ tertawa semua setelah kang Adim sadar.

"Kang, tadi saya liat ada Babi Ngepet disana, lagi berkeliaran!!" katanya sambil memberitahukan letak pastinya.

"Ya udah kita medium lagi saja!" kata kang Gandi.

"Boleh..hhmm...sini kang Asep kita medium Babi Ngepetnya...!!" kataku sambil memanggil kang Asep agar jadi mediator.

"Siap kang atur saja kita mah siap saja, hahaha, ini dipasang disini ya?" katanya sambil memegang microphone nya.

"Siap ya, penerangannya ditambah kang, ini tadi lampu mati lagi. Nyalain ajah dar jauh lampu motornya siapa gitu?" sambil melihat motor yang terdekat.

"Ya, pakai motorku saja kang," kata kang Gino.

"Gak usah sini pake Lampu mobilku saja" kata pak Batik.

"Siap pak, dinyalakan dulu coba mobilnya lampu mobilnya!" kataku kepadanya. Dan setelah Pak Batik menghidupkan mesin mobil dia menyalakan lampunya, dan byar...lampunya terang sekali mengarah ke lokasi kami buat video.

"Kita mulai yah!" kataku.

"Ya kang siap!" kata kang Asep. Setelah kubicara untuk pembuka Videoku maka lanjut kuprotek badan kang Asep dan kutarik sosok gaib Babi Ngepet yang ada disekitar lokasi kami dengan radius 5 kilometer dan setelah kugenggam maka kumasukkan ke dalam tubuh kang Asep.

Dia meresponse, kemudian mendengus seperti seekor babi,

"Selamat malam, kamu siapa kalo boleh tau? Sosok apa ini kalo boleh bicara!" tanyaku kepadanya.

"HHmm nguk nguk nguk ngukk..." sambil bertingkah laku seperti seekor babi.

"Kamu siapa?"

"Aku babi jadi-jadian...nguk nguk nguk"

"Maksudmu dengan babi jadi-jadian apa?"

"Nguk nguk nguk..Babi ngepet..hahahaha..nguk nguk nguk"

"Loh kamu ada dimana ini sekarang, jangan bohong, kalo bohong kamu meledak sekarang ini!!?"

"Aku gak bohong...nguk nguk nguk"

"Kamu lagi dimana? dan asal kamu darimana kok tertangkap saya sekarang?"

"Aku tadi di dekat ampu merah menuju kantor..nguk nguk nguk"

"Oh, deket sini dong, mau kemana kamu disini?"

"Aku mau melakukan operasi cari uang...!! Nguk nguk nguk..."

"Cari uang dimana?"

"Cari uang dimana saja yang penting bisa aku curi"

"Ya, sudah sekarang ilmu mu saya cabut ya!!" kugenggam dan kutarik dari badannya semua ilmu nya dan kubuang ke neraka jahanam.

"Kamu dah gak ada iilmu sekarang, dan sekarang kamu akan saya hancurkan dan ledakkan saja kalau kamu gak kapok!!"

"Ammpuunnn aaamppunn...iya saya akan kembali ke rumahku, aku kapokkkk!!"

"Kamu asal mana?"

"Aku asal disana deket dengan Laut utara," sambil menunjuk dan menyebutkan sebuah nama tempat.

"Ya, sudah kamu sana kembali saja ke rumahmu, nanti kalo saya ketemu lagi akan saya ledakkan kamu dan matikan kamu daripada mencuri terus!!" kataku sambil mengancam nya agar tidak melakukan perbuatannya lagi.

"Iya, sekarang aku pulang dulu" katanya seperti ketakutan.

"Ya, sana pergi!!" kataku. Dan kukeluarkan sosok babi ngepet nya dari tubuh kang Asep. Pas sekali begitu sadar kang Asep, kameraku berhenti merekam karena habis memori nya.

"Wah, pas banget kang ini kok langsung mati kamera nya soalnya memori penuh!" kata kang Gino yang menjadi kameramen nya.

"Ya Alhamdulillah semoga berhasil cara kita untuk mendatangkan pasien dan jamaah ke majelis ini" kataku.

"Iya kang semua itu atas Ridho Allah juga, kang Narendra," kata kang Adim.

Akhirnya setelah semua dibereskan kembali kami semua masuk kembali ke dalam rumah, dan sebagian jamaah pulang ke rumah masing-masing karena memang sudah hampir tengah malam. Dan sebagian lagi masih menjalankan amaliah mandi Tobat di majelis.

***

SANG PENAKLUK PULAU SUMATERA

By . SKI


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C9
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login