Download App
100% the stars

Chapter 3: The First Gather

Destiny. Sebuah kehidupan tak dapat dipisahkan dari takdir. Setiap manusia dalam dunia ini memiliki takdirnya masing - masing. Tidak ada sebuah kebetulan dalam alur kisah hidup yang sudah tertulis, semua yang terjadi adalah takdir yang diberikan sang pencipta pada makhluknya. Hal yang sama dirasakan oleh aqilla, alin, lily, carinee, hera dan antha. Mereka rasa persahabatan mereka adalah salah satu takdir yang diberikan sang pencipta untuk mengisi kisah hidup mereka.

Sebuah takdir itu seperti sebuah benang yang terkait pada beberapa orang anak untuk saling bertemu. Keenam anak yang diepertemukan untuk meraih bintangnya.

Mereka masih meniti jalan cerita. Butuh beberapa benang rasa dalam hidup seperti rasa sedih, amarah, dan bahagia. Sebuah ketidaknyamanan dan kecocokan dalam hidup juga adalah benang rasa. Sebelum takdir mereka berjumpa, mereka menemukan sebuah ketidaknyamanan pada beberapa orang.

Semilir angin menghampiri membuat beberapa ranting menari memberikan keteduhan di bawah terik matahari yang bersorot jelas ke arah bumi. Sesosok anak remaja terlihat sedang duduk dibawah pohon ikut menikmati keteduhan yang diberikan sang flora. Memejamkan matanya sesat saat semilir angin ikut memberinya kesejukan. Seorang anak remaja yang menikmati atmosfir disaat anak remaja lainnya rela berdesakan, untuk mendapatkan pelayananya terlebih dahulu atau hanya duduk bercengkrama sambil menikamti semangkuk bakso mang tarno. Antha. Seorang siswi yang sudah berada di bawah pohon sekitar setengah jam. Jika seseorang bertanya mengapa antha memilih pohon rindang yang berada berhadapan dengan kantin sekolah menjadi salah satu tempat favoritnya. Maka antha akan menjawab, "Karena aku menyukai alam." Mendengarkan alunan musik alam adalah sebuah hal yang menenangkan hatinya.

"Sedang apa lo disini?" suara seseorang yang sangat tak asing membuatnya membuka mata. Ia membuka matanya perlahan dan benar saja seseorang itu adalah hera. Teman kecilnya.

"Istirahat." jawabnya namun matanya teralihkan oleh ketiga orang disamping hera, "Hai, salam kenal. Gue Antha. Antha deandra." sambung antha memberikan senyuman salam perkenalan pada ketiga anak remaja itu. Melihat itu hera tersadar, "oiya, gara gara merhatiin lo disini gue sampai lupa. ini, mereka temen kelas gue. Ini namanya Aqilla, ini alin dan ini carinee."

"Illiana Aqilla." Jelas aqilla sambil melambaikan tangan menerima perkenalan mereka dan dilanjut oleh alin dan carinee.

"Gue alinda putri."

"Gue Carinee althea."

"By the way, kita boleh join kan?" Tanya alin. Antha hanya mengganguk senyum dan melanjutkan aktivitas sebelumnya, menikmati atmosfir alam. "Gue sebenernya merhatiin lo dari hera cerita teman kecilnya, dia nunjuk lo yang lagi disini." tanya carinee. "Iyah, sebenarnya gue juga penasaran lo lagi ngapain?" Sambung alin. "Kayak lagi semedi hahaha" ujar carinee.

"Makanya gue ajak lu semua kesini buat kenalan sama temen kecil gue, dia memang begini. Kalau sudah dekat sama alam, jangan ditanya! Tiba - tiba jadi anak indihome." Jawab hera.

Mereka tertawa.

"Alam itu bisa memberikan ketenangan jiwa. tentunya hanya bagi segelintir manusia yang menyadari betapa indahnya lukisan dan alunan musik alam semesta." Jelas antha.

"Gue juga suka alam, bagi gue. Alam itu terkadang seperti sesuatu yang fana, terlalu indah untuk kenyataan. Bahkan alfabet saja tidak bisa menjelaskan bagaimana keindahannya. Keindahan lukisan - lukisan alam bergantian kala siang dan malam. Namun setiap lukisan memiliki waktunya, keindahan sementara yang memberi kesan bagi para pencintanya. Atmosfir lukisan yang paling gue suka,-" Kata aqilla yang sudah ikut menyandarkan tubuhnya pada sang flora, tak lupa ikut memejamkan matanya seperti antha.

"Senja..." Ucap aqilla dan antha. Mereka membuka mata dan bertatapan lalu tersenyum dan mengalihkan pandangan kepada hera, alin, dan carinee yang memperhatikan kedua temannya dengan wajah kaget dan juga bingung, tak lama mereka tertawa. "Gue rasa gada satupun manusia yang nggak akan terpana melihat keindahan sang jingga." Sambung hera.

Lily POV

Terlihat seorang anak mengenakan ransel berwana biru langit, pakaian sekolah dengan paduan putih - abu juga dasi yang terpasang di lehernya. Memasuki pintu utama sekolah. Waktu pagi hari, saat satu - dua burung gereja yang bertengger di salah satu dahan. Seperti jarum jam yang kelaparan memakan waktu, hingga tak terasa sudah terlewat satu tahun ia bersekolah di bangku sekolah menengah atas. Tak ada yang berubah dalam kurun waktu setahun. Semuanya masih sama. Lily masih melakukan semuanya sendiri, pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan secara bersama pun ia lakukan sendiri. Ah, lily baru saja ingat. Selama satu tahun yang ia dapatkan adalah pengasingan. Entahlah, lily tidak tahu apa yang telah ia lakukan sehingga ia tak mendapat perlakuan adil dari teman - temannya. Karena ia memiliki kehidupan sederhana atau memang takdir buruk yang sedang bernegosiasi untuk ikut andil dalam kisahnya? sekali lagi, lily tak tahu alasan ia masih menjadi sasaran empuk dari teman - teman kelasnya.

Ia berjalan memasuki ruang kelasnya, beberapa pasang mata menatapnya dengan rendah. Seperti biasanya lily tak pernah menghiraukan, ia segera duduk di kursinya dan menunggu jam pelajaran dimulai.

"Ly, lo udah kerjain semua tugas sejarah kita, kan?" tanya belinda yang datang menghampiri tempat duduk lily bersama lena. Belinda dan lena adalah teman kelas lily yang melakukan hal-hal tidak baik terhadapnya. Menyuruh lily untuk melakukan semua perintahnya, menjadikan lily kambing hitam dalam setiap masalah yang diperbuat kedua temannya itu. Itulah mengapa lily menjadi salah satu murid yang rajin keluar masuk ruang bimbingan konseling. Hingga teman-temannya yang lain menganggap lily adalah siswi yang tidak beradap, padahal semua itu bukanlah salahnya.

Lily mengeluarkan dua buah buku tulis dari dalam ranselnya yang sudah terisi milyaran huruf, penuh sekali. Hampir tak ada halaman kosong yang tak terisi alfabet. Belinda dan lena pun mengambil kedua buku itu dengan senyuman puas yang tercetak di wajahnya, "okay, anak pinter. O-iya, jangan lupa besok PR math gue kerjain yang bener lo." ujar lena diiringi tawa puas dan belinda yang berlalu.

Rasa marah, sedih berkecamuk dalam dada. Mengapa harus lily? mengapa hanya lily yang merasakan ketidakadilan ini? mengapa tidak ada satu uluran tangan pun yang menariknya dari ruangan yang sesak ini. lily merasa dunia sedang tidak ramah dengannya. Ia keluar dari dalam kelas, berjalan ke ujung lorong. lily ingin menghembuskan nafasnya sejenak agar ia bisa menggunakan topengnya kembali. Hening. Damai. Tenang. Memejamkan matanya sesaat kala lily mengeluarkan carbon diosida dalam tubuhnya, lily merasa dunia sedang terhenti barang sedetik. Sedetik yang sangat lily inginkan selama hidupnya. Hidup yang tenang.

"Eh-"

Seseorang menepuknya!

Lily membuka mata dan membalikkan tubuhnya agar ia bisa melihat siapa yang menepuknya.

"Suka tempat ini juga, ya?" tanyanya.

"e-eh iyaa. Maaf ya, gue ngambil tempat lu."

Dia tersenyum. "ngapain minta maaf? lo gak salah! ngapain harus minta maaf ke gue, lagian tempat ini kan punya sekolah. semua siswa bebas untuk menjajakan kaki dimana pun. asal jangan di tempat maksiat ya, hahaha." katanya disambung dengan tawa ramah.

Lily tersenyum tipis. sayangnya kalimat itu tidak berlaku padanya, setiap tempat atau ruangan yang yang ia tempati selalu saja terisi dengan kedua manusia yang selalu menyiksanya, lena dan belinda.

"by the way, gue antha, Antha deandra. anak Ipa 2. lo?" kata antha.

"Gue lily.. evanthe lily. Gue anak ips." jawab lily sambil menyambut uluran tangan antha sebagai tanda perkenalan. "Evanthe.. nama lo bagus, kalau nggak salah gue baca di salah satu buku, evanthe itu artinyas bunga yang indah.." jelas antha. "Thank's, nama lo juga bagus dan punya makna yang sama kaya nama gue, bunga." Jawab lily kali ini tanpa sadar kedua sudut bibirnya terangkat. "Salam kenal lily, lain kali kalau lo butuh temen cerita dateng aja ke kelas gue atau lo bisa dateng ke pohon samping lapangan, biasanya gue semedi disana hahaha." ujar antha, antha mendekatkan dirinya dengan lily lalu menepuk bahunya, "sesekali nggak apa apa kok, kalau menunjukkan kalau kita lemah, sesekali nggak papa tanpa topeng. Jangan pernah ngebuat diri lo lupa siapa diri lo sebenarnya. it's okay! life always go on." bisiknya dan menepuk bahunya sekali lagi lalu tersenyum dan berjalan pergi meninggalkan lil. Ia baru merasakan kehangatan kembali dingin yang berkepanjangan.

*****

2 minggu kemudian..

Jarum jam terus berjalan, memakan waktu dengan perlahan hingga berhenti tepat di angka dua belas. Keheningan yang terjadi beberapa jam itu terpecah kala bunyi bell yang menyaring pada setiap sudut ruang. Beberapa siswa dan siswi berhamburan keluar mencari makanan atau sekedar bermain ria di lapangan sekolah. Antha berjalan menuju ruang kelas sahabatnya itu, faktanya setiap jam istirahat antha atau hera akan berkunjung ke kelas masing masing walau hanya sekedar duduk menemani tanpa bicara.

"Ra!" panggil antha diambang pintu kelas. Setelah satu menit dia habiskan untuk mencari wajah sahabatnya yang tertutup salah satu temannya. Tak lama wajah sahabatnya itu menimbul dibalik bahu teman kelasnya yang memang duduk diatas meja hera dengan membawa gitar. Sebenarnya antha sangat ingin memiliki kelas seperti sahabatnya itu, tak pernah sepi saat jam istirahat, entah bernyanyi, bermain atau sekedar bercanda gurau. Namun yang sangat ia sukai adalah alunan gitar yang dimainkan setiap jam istirahat rasanya seperti menarik antha untuk ikut bergabung dalam melodinya. Regan alamsyah. Siswa yang kerap bermain gitar atau piano ini adalah salah satu teman kelas hera.

"Iya ta?" jawab hera dengan mimik muka seperti memberikan pertanyaan ada apa?.

Antha masuk ke dalam kelas hera yang ternyata terdapat alin, aqilla dan carinee yang duduk di lantai kelas, "ohh ada kalian jugaa?" tanya antha kepada teman-teman barunya. Alin hanya menaik turunkan alisnya memberikan jawaban dari pertanyaan antha. "Gue join, ya!"

"Gan, gue request lagu peterpan-semua tentang kita, dong!" pinta antha.

"Okay, sebentar gue cari chord gitarnya."

Jemari regan pun perlahan memetik satu persatu senar gitar hingga mengeluarkan alunan musik. Antha, alin aqilla, carinee dan hera pun ikut bernyanyi mengikuti alur melodi yang tercipta dari petikan jemarinya.

Peterpan-semua tentang kita

Waktu terasa semakin berlalu.

Tinggalkan cerita tentang kita.

Akan tiada lagi kini tawamu.

Tuk hapuskan semua sepi di hati.

Ada cerita tentang aku dan dia.

Dan kita bersama saat dulu kala.

Ada cerita tentang masa yang indah.

Saat kita berduka, saat kita tertawa.

Teringat di saat kita tertawa bersama.

Ceritakan semua tentang kita.

Tepat suara petikan jemari regan yang bermain diatas senar mengakhiri melodi, suara siswi yang menyapa menghentikan aktivitas mereka yang sedari tadi bersenandung.

"Hai.."

Mereka terdiam sejenak memperhatikan seorang

siswi yang berdiri di ambang pintu dengan tersenyum, sampai seperkian detik akhirnya antha membuka suara menjawab sapanya. "hai.." jawab antha dengan tersenyum tak lupa lambaian tangan. "siapa ta?" tanya aqilla. Antha tersenyum kepada teman temannya lalu menghampiri siswi yang masih enggan masuk ke dalam kelas dan mengajaknya berdekatan dengam aqilla, hera, alin, carinee dan regan. "dia lily, evanthe lily. Dia anak ips." "Lily. Ini hera, dia carinee, yang duduk dilantai aqilla dan alin dan yang terakhir yang nggak pernah lepas dari gitarnya, regan." ujar antha dengan memperkenalkan lily pada aqilla, carinee, hera, alin dan regan dan dibalas dengan lambaian dan senyuman dari mereka.

"Lo ada apa cari gue dan tau gue disini darimana, ly?" tanya antha.

"Gue denger suara lo, tadinya gue mau ke pohon dekat lapangan yang waktu itu lo bilang, tapi saat gue lewatin kelas ipa 1 gue denger suara lo." jelas lily. "Kalian kok bisa kenal?" tanya hera. "Ya bisalah dodol garut, namanya juga kenalan. Pertanyaan lo tuh nggak bermutu banget sih ra haha." sambung regan yang mendengarkan percakapan antha, lily dan hera. "yeeee, ikut nimbrung aja lo!" jawab hera tak mau kalah. "Udah woy! ribut aja lo berdua gue kawinin jugaa nih," timpal carinee. "idihhh najis, iya kali gue mau sama laki-laki modelan lemper keinjek kerbau kaya regan-"

"Dihh, dikira gue juga mau sama lo? Gue sih ogah. Sorry ra type cewek gue modelan ariel tatum." "ariel tatum juga mana mau sama lo, gan hahaha" lanjut alin sambil mengupas kulit kuaci yang sudah menggunung di lantai. "yee sirik aja lo." ujar regan yang akhirnya mengalah dan pergi berlalu.

Pertanyaan antha yang belum juga dijawab oleh lily karena perbincangan regan, alin, hera dan carinee membuat lily mengangkat kedua sudut bibirnya. "Lo... nggak papa?" tanya antha kembali pada lily."Gue gak apa apa kok ta." dijawab dengan senyuman lagi oleh lily.

Antha tahu sepertinya ada yang tidak beres dengan teman barunya itu, rasa penasaran yang dirasakan antha makin bertambah saat melihat goresan kecil pada sudut bibir lily. Namun, antha memilih untuk menghargai keputusan lily yang tak bercerita.

"By the way, lily. Nama lo.. lily kan?" kata hera memastikan.

Lily menganggukan kepalanya.

"Lo...-" belum sempat hera melanjutkan kalimatnya. Lily lebih dahulu mengeluarkan suaranya, "gue boleh gabung sama kalian nggak?" pinta lily. Antha menatap hera, aqilla, carinee juga alin seolah meminta persetujuan mereka dalam tatap matanya. "Boleh." ujar aqilla setelah dirasa ada persetujuan dari yang lainnya. "Kalau lo ada apa apa cerita aja sama kita, kesini aja kalau lo lagi ngerasain dunia jahat sama lo. Kita siap tampung setiap nano nano di hati lo, jadi jangan pernah simpan semuanya sendiri. okay?" sambung Hera. Mendengar kata kata hangat yang berhasil menghangatkan jiwanya, kedua sudut bibir lily pun terangkat kembali, kini kedua matanya pun ikut menghilang karena senyum yang mengembang. "Makasih.." ujar lily.

Hening.

"Oiyaa, rencana kita untuk climbing ke gunung gimana kelanjutannya, jadi ga?" tanya alin memecah keheningan beberapa saat.

"JADI!!" jawab antha, aqilla, hera dan carinee serempak.

"Climbing ke gunung pancar, kan?" tanya carinee. "Gue sih ikut climb kemana saja yang penting gue bisa liburan lihat alam." ujar aqilla. "oiyaa.. lo ikut ya ly, biar nggak ganjil. Kalau lo ikut kan pas jadi berenam." pinta hera dan dijawab lily dengan anggukan antusias. "Kenapa nggak ke semeru?" usul antha.

"Semeru ya?"

"hmm- ide bagus! yang lain gimana?" tanya alin.

"Gue ikut!" kata lily.

"Gue juga." kata hera, carinee, Aqilla. "Okay, semua setuju ya! liburan semester ini kita climbing on the mountain of semeru!!" teriak antha. "Jangan lupa buat persiapin semua kebutuhan kita disana, dan terutama izin ke orang tua jangan lupa lo semua biar berkah kita." lanjut antha kembali mengingatkan kepada teman temannya. "Berkah.. lo kira acara tasyakuran rumah, biar rumahnya berkah, begitu? hahaha." jawab hera sambil tertawa canda. "Yailah, lo apa-apa harus mendatail aja. Ya, intinya biar kita aman dari segala macam bahaya yang tidak kita inginkan." jelas antha. "okee siap laksanakan ibu negara!" jawab alin

"Yahhh, ini si dadar gulung palembang ikut ikutan aja lo."

"Hahahahaha" semuanya tertawa.

"Okay, sekarang ada yang mau ke mang tarno? gue laper mau makan mie." ajak antha.

"Ayoo, gue juga mau ke kantin." jawab hera.

"Sama." Sambung carinee dan alin. Aqilla dan lily pun mengikuti antha, hera, alin dan carinee.

Kelas ipa 1 pun sunyi kembali mengeluarkan gema suara, tercipta dari keenam anak yang ingin menciptakan sebuah kenangan persahabatan dipuncak mahameru.

******


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login