Download App

Chapter 26: Bab 8 - Bagian 2

TIIIN!!!

Nick dan Patty kaget. Mereka langsung melihat ke depan. Apakah mereka akan kecelakaan? Tentu tidak. Mobil mereka lagi mengantri di lampu merah, kok.

Ternyata mobil-mobil sedang menglakson mobil yang berada di urutan paling depan karena tidak maju padahal lampu sudah berubah hijau. Kenapa pula ini? Sambil menunggu mobil dapat bergerak, Nick cepat-cepat memindahkan chanel radio. Chanel radio langsung menyiarkan lagu-lagu instrumen jazz. Nah begini lebih baik.

***

Ballroom Hotel Nusan disulap menjadi seperti Candi Plaosan. Tentu saja, karena sepupu Nick, Putri Ambo Cenning, seorang selebgram yang sangat rendah hati, adalah seorang gadis yang hopeless romantic. Ia menginginkan kisah cinta manis yang bertahan selamanya meski ada halangan sebesar apa pun. Ya... tidak salah sih punya mimpi seperti itu tapi terkadang kita harus realistis juga, betul?

Nick dan Patty berdiri di salah satu meja di tengah ballroom sambil menikmati kue tart yang sangat lezat. Tentu mereka tidak hanya berdua. Ada saja saudara Nick yang datang menghampiri dan mau tidak mau Patty harus berbasa-basi juga dengan mereka.

"Pat," kata Nick setelah semua sanak saudara Nick pergi, "Aku ke toilet dulu, ya. Kebelet." katanya sekeras mungkin, berusaha mengalahkan kerasnya volume speaker di ballroom itu yang sedang mengalunkan musik-musik daerah.

Patty mengangguk kemudian kembali menyantap kuenya. Tidak lama kemudian, ruang ballroom menjadi semakin remang dan cahaya terang muncul dari atas LED yang sejak tadi menampilkan tampilan interior Candi Plaosan, menyorot lima gadis cantik di atas panggung. Mereka menarikan tarian serimpi dengan sangat anggun mengikuti alunan musik tradisional.

Setelah alunan musik itu mereda, lampu pun mulai terang lagi dan semua hadirin bertepuk tangan riuh. Tarian mereka sangat indah sampai rasanya seperti kembali ke zaman Kerajaan Mataram.

Sang MC, Man Willy, merangkul salah satu penari. Saat itulah baru Patty sadar bahwa gadis itu adalah Putri. Wah, tidak hanya cantik dan photogenic ternyata Putri juga pintar menari. "Wah Putri! Keren banget tariannya tadi!"

"Thank you, Man." kata Putri malu-malu.

"Itu tadi teman-teman SMA kamu, ya?"

Putri mengangguk bersemangat kemudian berkata, "Mereka semua sahabat-sahabat aku dari SMAN 80."

Wah, SMAN 80 kan terkenal SMA Negeri yang berisi anak-anak pintar. Memang Putri ini luar biasa sekali.

Patty memperhatikan keempat teman Putri yang sedang berjalan menuju pintu keluar ballroom. Mereka semua cantik, satu dengan hijab sangat cantik dan anggun, satu sangat tinggi, dan satu lagi sangat mungil, satu lagi terlihat sangat tomboy. Lucu sekali, perpaduan teman yang berbeda-beda tapi rukun. Saat itulah, matanya menangkap sesosok gadis cantik dalam balutan jumpsuit hitam di dekat pintu keluar ballroom. Ia sedang melihat ke arah toilet di belakangnya. Loh itu kan... Ayu?

Patty berusaha mengejar Ayu tetapi ia terhalang oleh beberapa orang.

"Dor!" seru Nick dari belakang, membuat Patty terlonjak kaget. "Kenapa bingung gitu sih?"

"Oh tadi gua lihat Ayu di dekat pintu ballroom."

"Oh ya? Tadi aku juga berpapasan dengan... Satrya." kata Nick yang menyesal telah menyebut nama itu. Apalagi setelah melihat mata Paty yang mendadak berbinar setelah mendengar nama itu. Tapi tidak lama, karena setelah itu, sorot kesedihan terpancar dari mata Patty walaupun berusaha ia tutupi dengan senyuman dan sikap acuh tak acuh. Ia mengangkat bahunya, tertawa dan berkata, "I dont care (nggak peduli). Toh dia juga sudah nggak pernah hubungi gua."

Nick jadi semakin menyesal. Lebih baik Patty terlihat bersemangat seperti tadi walaupun karena Satrya daripada sedih seperti ini. "Tapi... tapi belum tentu yang tadi aku lihat benar-benar Satrya."

"Maksudnya?"

"Aku papasan waktu aku di lorong, setelah keluar dari toilet. Sedangkan cowok itu sedang berjalan menuju toilet di lorong. Waktu aku sapa, dia cuman melirik aku dan lewat begitu saja. Mungkin cuman mirip. Mungkin Satrya yang asli memang benar-benar sibuk entah dimana."

"Gitu ya?" mata Patty terlihat sedikit lebih lega.

Nick tersenyum dan mengangguk lembut. "Iya. Kayanya aku salah lihat deh." Tapi tidak. Nick yakin ia tidak salah lihat. Tentu saja! Siapa sih yang memiliki wajah tampan, tubuh atletis, tinggi, rambut lebat dan panjang di bawah bandu hitam seperti Satrya?

***

Patty memperhatikan deretan pesan yang ia kirim melalui whatsin pada Satrya. Sampai beberapa hari lalu, ia masih berusaha menghubungi Satrya, menanyakan apakah ia berbuat salah padanya. Tidak ada balasan sampai sekarang. Apakah... tadi yang Nick lihat benar-benar Satrya?

Patty mengetik dengan ibu jari yang gemetar. 'bang, kemana?'

Patty mengirim pesan itu kemudian cepat-cepat menutup ponselnya dengan bantal. Tanpa ia sadari, air mata bercucuran di pipinya. Kok Satrya tega sih? Memberi harapan lalu pergi begitu saja? Apa mungkin ini apa yang dirasakan Olive waktu itu? Tapi Olive kan tidak ditinggalkan Satrya begitu saja tanpa alasan.

Ya Tuhan, kalau Satrya memang untuk Patty, tolong buat Satrya balas pesan Patty malam ini.

Patty membalikan tubuhnya dan menangis. Tidak ada bunyi pesan masuk sama sekali. Apa Nick benar? Nick...

Semua ingatan Patty tentang Nick, terutama selama liburan ini, membanjiri otak Patty. Sambil terkenang itu semua, Patty membalikan badannya telentang dan berpikir, "Ya Tuhan kalau memang Nick untuk Patty..." mata Patty perlahan terpejam. Mengingat Nick membuatya lebih tenang.

"Semoga..." napas Patty menjadi teratur. Matanya lelah karena menangis, otaknya lelah karena berbasa-basi selama di hotel tadi, dan badannya lelah setelah berpesta.

"Nick mengirim... whatsin..." Patty tertidur. Sangat pulas sampai ia tidak tersadar kalau ia tertidur. "Malam ini..."

"... juga." Patty membuka matanya. Kamarnya sudah terang. Ia duduk di pinggir kasurnya. Ya ampun, ia tertidur tanpa mematikan lampu atau menutup grodyn. Pukul berapa sekarang?

Patty mengambil ponselnya. Pukul 10. Wah! Tumben Patty sudah bangun pukul 10. Eh? Ada pesan... whatsin dari Nick.

Muka Patty memerah. Ia teringat doanya sebelum tertidur... atau saat tertidur sampai bangun tidur? Entahlah. Tapi yang pasti doanya terjawab bahkan sebelum ia sempat menyelesaikan doanya.

Patty membuka pesan dari Nick yang berbunyi, "Tft ya Pat nemenin aku ke undangan. ga jadi jomblo pathetic deh". Pesan itu dikirim pukul 11.59 malam. Tepat di malam Patty berdoa, tepat 1 menit sebelum malam itu berakhir. Apakah artinya...

("pathetic" dalam bahasa Indonesia berarti menyedihkan, sedangkan tft adalah thank you for today yang berarti terima kasih untuk hari ini)

Patty berjalan keluar dari kamar tidurnya, tepat saat Nick berjalan masuk ke ruang sofa Patty. Nick menatap ke lantai 2, melihat Patty yang baru saja keluar dari kamarnya. Patty melambaikan tangannya malu dan perlahan menuruni tangga. Ya ampun. Patty sangat berdebar-debar. Tidak tahu deh apa ia masih dapat bertingkah normal di depan Nick.

TENTU SAJA BISA!

Buktinya, setelah makan pagi menuju siang (aka brunch), mereka malah asyik bermain PS di ruang sofa Patty. Di tengah mereka asyik menyelesaikan misi bersama, ponsel Patty berbunyi

"Ah hape gua bunyi!" seru Patty sambil memegang stick.

"Angkat saja," kata Nick santai sambil memencet tombol pause. Iya juga, ya. Saat ini di novel ini kan belum zamannya main bareng game di ponsel pintar seperti sekarang. Hm.

Patty mengangkat ponselnya dan melihat nama di layar. Lexa. Entah mengapa hatinya tetap kecewa. Kenapa harus kecewa? Toh Patty tahu tidak mungkin Satrya menghubunginya.

Patty menjawab panggilan Lexa dan menyalakan speaker ponselnya. "Halo?"

"Patty, Patty, my dear. Gua baru balik dari Ukraina." katanya ceria.

"What? Bukannya lu bilang lu mau ke Afrika?" tanya Patty.

"Well, tadinya mau ke Afrika tapi mendadak mommy mau ke Ukraina. She said dia mau ke sana since it is still peacefull (karena masih damai). Well I don't think it will get into some kind of war. Duh. (menurut aku sih Ukraina nggak akan terlibat dalam perang ya. Duh)."

Patty dan Nick dapat mendengar suara wanita di belakang Lexa yang berkata, "Jangan remehkan insting emak-emak."

Tawa Patty dan Nick seketika meledak, membuat Lexa menyadari bahwa Patty tidak sendiri. "Loh? Lu sama siapa?" tanyanya.

"Coba tebak!" seru Nick.

"Ah yang pasti bukan Bang Satrya." goda Lexa.

"Ini Bang Satrya, loh." kata Nick berusaha tidak tertawa agar mirip Satrya.

"Suara Satrya nggak secempreng suara Nicky." kata Lexa menggoda Nick.

"Heh!" seru Nick "Suara siapa yang cempreng?!"

"Anyway, Pat." kata Lexa mengacuhkan Nick membuat Nick protes di belakang Patty, "I have some souvenirs for ya (gua ada oleh-oleh buat lu). Kita nongki sambil susun jadwal kelas bareng, yuk!"

Patty tertawa kecil, membuat Nick berhenti protes dan terpesona memandang Patty, "Mau kemana?"

"Hm… ke amusement park indoor, yuk!" seru Lexa.

"That's not even a place to nongki (itu bahkan bukan tempat untuk nongki)." seru Nick.

"Well I changed my mind (gua berubah pikiran)." kata Lexa kembali menggoda Nick.

"Oh we know very well where that trait comes from (kita tahu banget dari mana sifat itu berasal)." kata Nick.

"Stop it, guys! (berenti deh)" kata Patty pusing mendengar dua temannya berdebat bercanda seperti itu.

"So how? Tomorrow? Bandung's indoor amusement park?" tanya Lexa dengan nada bicaranya yang elegan.

"Sure! Kita ketemu di sana saja, gimana?" seru Patty.

"Berangkat bareng saja! Lu sama Nick ke rumah gua jam 9 pagi, nanti kita berangkat bersama Ilyas." kata Lexa. Sangat khas Lexa. A little bossy.

***

"So, why aren't you with Satrya, Pat? (Kenapa lu nggak barneg Satrya, Pat?)" Goda Lexa saat mereka sudah berada di Jeep Mercedex milik Ilyas. Lexa menoleh ke jok tengah mobil tempat dimana Patty dan Nick duduk.

"Kan kemarin lu bilang gua dan Nick yang datang ke rumah lu hari ini." kata Patty sambil memberikan cengiran terlebarnya.

"Oh come on! You know very well what I'm asking you (lu tahu banget apa yang gua tanya)." kata Lexa sambil memutar bola matanya.

"Well, dia..." Patty menggigit bibirnya dan menatap langit-langit mobil. Tidak ingin menangis. "Nggak ada kontak gua sama sekali."

Lexa mengangkat sebelah alisnya. Sama sekali tidak terkejut. Dasar Satrya. Memang Lexa tahu Satrya seorang player tapi kenapa harus mempermainkan Patty sih? Kenapa bukan perempuan lain saja? Lexa jadi kesal.

Ia berbalik ke depan, mengeluarkan ponselnya dan menelpon Satrya. Ilyas yang sedang menyetir berusaha mencuri lihat apa yang Lexa lakukan. Ia penasaran, begitu juga Nick dan Patty yang hanya dapat berpandangan. Tetapi kebingungan mereka terjawab ketika Lexa akhirnya bersuara.

"Heh, Satrya gila!" semprot Lexa, membuat Patty terlonjak dan cepat-cepat berusaha mengambil ponsel Lexa. Dengan cepat, Nick menahan tangan Patty, ia penasaran apa yang akan Lexa lakukan. Ilyas? Ilyas malah tertawa. Memang Lexa selalu tidak dapat ditebak.

"Kemana saja lu?! ... sibuk?! Sibuk apa?!... whatever! Gua sekarang lagi sama Patty on the way to Bandung's indoor amusement park, wanna join?... no?! You fr**ak (orang aneh)." Lexa mematikan sambungan telepon dengan Satrya kemudian berkata, "Just leave this kind of guy already, Pat (tinggalin saja cowok macam begini, Pat)!"

Patty terdiam. Satrya dapat mengangkat telepon Lexa tapi tidak dapat membalas pesan Patty?

Nick menepuk kepala Patty lembut kemudian berkata, "Ayo kita teriak-teriak maki Satrya sambil naik wahana."

Patty mengangguk sambil tersenyum tapi Nick dapat melihat sorot sedih dai mata Patty. Nick sangat ingin memeluk Patty tapi Nick tahu dia tidak punya hal untuk itu. Bahkan kalau pun mereka sudah berpacaran, Nick tidak ingin memeluk Patty sembarangan. Nick ingin... melindungi dan menjaga Patty.

Jadi itulah yang mereka lakukan. Menaiki wahan-wahana mengerikan sambil berteriak-teriak memaki Satrya. Keempat orang itu, semuanya, tanpa terkecuali, memaki Satrya.

"Ah lega banget!" seru Lexa. Ia mengeluarkan ponselnya dan merekam dirinya yang berkata, "Puas banget teriak-teriak! Ya nggak, hon?"

Lexa kemudian mengarahkan kameranya pada Ilyas yang hanya tersenyum, mengangkat kedua alisnya, dan mengacungkam jempol. Ih tidak seru.

Lexa mengalihkan kameranya pada Nick. Seperi biasa, Nick menyambutnya dengan meloncat-loncat senang sambil mengangkat kedua tangannya dan berseru "Woooo!"

Lexa tertawa kemudian mengalihkan kameranya pada Patty yang hanya melambai malu-malu. Lexa berkomentar, "Aduh si enèng malu-malu. Cantik ya, guys? Masih jomblo, loh. Baru move on dia!"

Selesai berkata seperti itu, Lexa mematikan kameranya dan menertawakan muka Patty yang masih tersenyum kaku nan canggung. "Ya ampun. Kaku banget!"

Lexa berjalan tak tentu arah sambil mengunggah story ke ingstaramnya. Dengan lugunya, ketiga manusia lain mengikuti Lexa begitu saja. Ilyas asyik memperhatikan kecantikan Lexa, Nick asyik mememperhatikan wahana-wahana yang sudah ia naiki, dan Patty... asyik mendengarkan kata-kata Lexa yang terulang terus dalam benaknya. Iyakah? Haruskah ia move on?

Lexa berhenti, diikuti Nick dan Ilyas. Patty yang masih sibuk bergumul terus berjalan pelan. Lexa yang sudah berbalik ke belakang, membuka mulut dan siap untuk mengatakan sesuatu, memperhatikan Patty. Ia penasaran kapan Patty akan sadar mereka sudah berhenti berjalan.

Ternyata, Patty tidak sadar sama sekali sampai ia menabrak badan Lexa. Dengan cepat Patty mengangkat kepalanya dan menatap Lexa, Nick, dan Ilyas bingung.

"Sudah sadar, girl?" tanya Lexa.

Patty tertawa malu. Ia mundur beberapa langkah sambil menggaruk kepalanya. "Kok kita berhenti jalan?"

"Karena... gua mau ajak kita makan. Makan, yuk!" seru Lexa.

"AYO!" seru Nick yang sudah keroncongan sejak tadi.

Mereka berjalan menuju salah satu restoran di dalam amusement park itu. Restoran itu didominasi warna merah, dengan tembok dan neon merah tetapi ubin putih dan meja putih yang dipadankan dengan kursi merah.

Sambil menunggu pizza pesanan mereka datang, Lexa mengeluarkan tablet pintar merek Anggur miliknya dari ransel Edidas Ilyas. Betul, Anggur, merek yang paling bergengsi di dunia novel ini.

"So, Pat," katanya seraya membuka portal GIS, "Lu mau ambil kelas apa saja?"

Patty mengangkat kedua bahunya dan berkata, "Belum tahu."

Lexa memperlihatkan portal di tabletnya pada Patty seraya berkata, "Yah, batas pendaftarannya sampai akhir minggu ini loh. Which is tomorrow (yaitu lusa). Ayo pilih supaya kita satu kelas terus." rengek Lexa.

"Gua benar-benar nggak ada ide." kata Patty.

"Okay, gua yang pilih dan lu ikuti pilihan gua, ya!" seru Lexa "Kalau ada yang lu nggak suka, langsung bilang saja."

Patty tertawa mendengarnya dan berkata, "Bukannya memang setiap semester begitu?"

"Exactly. Our tradition, isn't it?" kata Lexa sama tertawa.

Mereka pun, bahkan Ilyas pun, ikut seru berunding kelas apa yang sebaiknya mereka bertiga ambil. Tidak hanya membicarakan itu, topik mereka pun melebar kemana-mana. Mereka terus asyik mengobrol hingga tidak terasa dua loyang besar pizza dan milkshake mereka masing-masing sudah habis.

"So…" kata Lexa di tengah-tengah sendawanya. "Gimana libur kalian?"

"Bisa-bisanya pertanyaan basa-basi itu keluar di belakang." kata Nick sambil tertawa.

"Itulah luar biasanya Angel Lexa." kata Ilyas sambil menatap Lexa kagum.

"Ah, honey bisa saja."

Duh, pemandangan yang membuat Patty dan Nick ingin kabur. Tapi untunglah tidak bertahan lama karena Lexa langsung bertanya pada Patty. "So?"

"Kabur yuk, Pat!" seru Nick sambil tertawa.

"Yee... jawab saja kali." kata Lexa sambil mencibir.

"Well, kita seringnya cuman main di rumah gua saja." kata Patty sambil tertawa disambut anggukan antusias Nick.

"Kenapa kalian nggak jadian saja, sih? Daripada lu nunggu Satrya yang nggak jelas." kata Ilyas sambil menyenderkan badannya pada kursi.

"Aww honey. Kamu tuh diam-diam menghanyutkan, ya. Sekalinya ngomong selalu ngena di hati." kata Lexa sambil menyender pada Ilyas.

Seharusnya Nick dan Patty geli melihat itu, tapi mereka malah berpandangan. Iya juga, ya. Kenapa Patty tidak berpacaran dengan Nick saja? Patty selalu merasa bahagia saat bersama Nick. Terlebih lagi Patty pun sayang pada Nick, ingin membuat Nick bahagia, dan ingin menjaga Nick. Patty juga tahu Nick merasakan hal yang sama.

Betul, Nick merasakan hal yang sama. Tapi Nick tahu ia tidak pantas untuk Patty. karena itu, Nick berkata pada Ilyas sambil tertawa, "Ya kali! Masa gua jadian sama Patty. Nggak mungkin kan, Pat?"

Patty kaget mendengar itu. Ia membuang tatapannya ke lantai dan berkata, "Ya. Mana mungkin."

Lexa dan Ilyas menatap Nick geram. Nick membalas tatapan mereka dengan polos. Salah apa dia? Nick kira Patty sedih karena memikirkan Satrya jadi ia hanya mengangkat kedua bahunya.

"Gua mau ke toilet." kata Patty sambil berdiri. Melihat Lexa yang sudah mau berdiri dan berkata sesuatu, Patty cepat-cepat menambahkan, "Sendiri."

Lexa kembali duduk. Mereka diam membisu sampai Patty berlalu dari sana kemudian menyemprot Nick dengan omelan.

"Heh! 미쳤어 (michyeosseo (sudah gila))?!" semprot Lexa.

"Woa… you can speak Korean (lu bisa bahasa Korea)?!" puji Nick.

"Mmhmm. Cool eh (keren kan)?" kata Lexa bangga.

Ilyas yang gemas melihat seberapa mudahnya kedua orang ini terdistraksi pun menyela, "Jangan ganti topik, Nick."

Nick menjawab polos, "I didn't (nggak kok). Your girl is just so… (cewek lu memang benar-benar…)"

"Not… that (bukan… itu)." kata Ilyas frustasi sambil memegang kepalanya dengan kedua tangannya kemudian menatap Nick, "Lu bodoh, ya? Lu nggak sadar Patty suka sama lu?!"

"Apa?"

"Oh Nicky," kata Lexa, "Lu benar-benar nggak sadar?"

Nick menggeleng kemudian berkata pelan sambil tersenyum masam, "Nggak mungkinlah. Dia sudah punya cowok kaya Sat…"

"Jangan sebut nama itu lagi, deh." kata Lexa jengkel. "He's like the worst guy Patty can get (dia adalah cowok terburuk yang bisa Patty dapatkan)."

"Even so (walaupun begitu), gua tetap nggak layak buat Patty. Biarlah gua dukung Patty saja untuk mendapat apa yang terbaik buat dia." kata Nick sambil menatap meja.

"Lu ganteng, kok." kata Ilyas dengan polos tanpa tahu apa-apa, "Bokap lu juga…"

Lexa cepat-cepat memegang tangan Ilyas sehingga Ilyas berhenti berbicara. Lexa kemudian berkata, "You're the one who loves Patty the most and whom Patty loves too. That's what matters the most. (lu orang yang paling sayang sama Patty dan yang Patty sayang juga. Itu yang paling penting.)"

Nick menggeleng kemudian berkata pelan, "Nggak. Gua tahu Patty bisa dapat yang lebih baik dari gua. Gua nggak mau menghalangi itu."

"But… kalau Patty sama orang lain, memangnya lu nggak akan sedih?" tanya Lexa lirih.

"Sedihlah!" kata Nick sambil tertawa kemudian melanjutkan sambil tetap berusaha tersenyum riang, "Tapi gua lebih senang lihat dia seperti itu daripada lihat dia harus menderita sama gua."

"Nick," kata Ilyas sambil memijit kepalanya "Gua nggak kuat lihat orang yang merasa dirinya sweet dan romantis." Woaah bang! Coba ngaca dulu!

"Maksud lu?" tanya Nick.

"Nick, lu nggak mau Patty menderita, kan? Itu hanya alasan lu buat nggak berusaha bersama Patty padahal lu tahu dia suka sama lu. Bukannya itu namanya lu kalah sebelum berperang? Gua nggak tahu masalah lu apa sampai lu pikir Patty bakal menderita kalau sama lu, tapi bukannya lebih baik lu berusaha ubah hidup lu supaya lu bisa bahagiakan Patty?"

Nick terdiam sebentar. "Tapi kalau dibandingkan Satrya gua…."

"Ya lu berusahalah. Satrya menang di tampang dan uang saja. Tapi sifat dia jauh dari lu. Siapa tahu beberapa tahun dari sekarang lu sudah sukses? Lu juga bisa teruskan usaha bokap lu. Coba lu pikirkan lagi. Nggak mungkin lu kalah mutlak tanpa lu bisa kasih perlawanan sedikit pun. Jangan play victim dan menutupi semuanya dengan bertindak seolah "heroic" padahal lu cuman enggan berjuang. Memangnya dengan lu biarkan Patty seperti ini, lu nggak buat dia sedih?"

Nick dan Lexa terdiam. Bagaimana mungkin pemikiran itu tidak pernah terlintas di benak mereka? Ya ampun.

"Aww honey, kamu memang pintar banget!" seru Lexa.

Nick terdiam. Iya juga. Ia harus bisa membahagiakan Patty.

Di sisi lain, Patty berjalan sendirian menuju toilet. Tatapan matanya kosong menatapi lantai. Ia sendiri tidak yakin apa yang ia pikirkan, yang pasti ia tidak ingin menagis. Meskipun sakit, tapi itulah kenyataannya. Nick habya menganggapnya sebagai teman favorit. Tidak lebih. Mungkin keberadaan Patty membuatnya teringat kembali ke masa kecilnya yang menyenangkan dan itu membuat dirinya bahagia. Mungkin itulah mengapa Nick selalu datamg dan bersikap baik pada Patty. Patty saja yang kege-eran sendiri.

Tanpa sadar, Patty sampai di toilet. Ia membuka pintu toilet dan masuk ke salah satu bilik toilet itu. Ia tidak menangis, tidak tersenyum.

Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik pesan pada Satrya, "Bang gw udah cape ga pernah dianggap sama lu. Gw ga akan chat lu lagi"

Akhirnya, Patty menumpahkan kekesalannya pada Satrya. Biarlah. Memangnya Satrya peduli?

Patty merasa matanya memanas. Apa ini? Padahal Patty kira ia tidak merasa apa-apa.

Matanya semakin memanas. Cepat-cepat ia menengadahkan kepalanya dan mengipas-kipas matanya.

Tidak. Ia tidak boleh menangis. Sayang kan nanti bedaknya luntur. Mukanya nanti belang-belang.

Nick tega sekali. Tapi Patty tidak dapat menyalahkan Nick. Memangnya Nick salah apa? Mereka tidak ada hubungan apa-apa dan lagi Nick mana tahu Patty suka padanya. Dasar bodoh.

Setelah hatinya mereda, Patty berjalan keluar dari bilik dan menatap bayangannya di cermin sambil mencuci tangan. Bagus. Matanya tidal sembab.

Ia memaksakan seulas senyum. Kaku sekali. Ia menghela napas dan sekali lagi memaksakan seulas senyum. Bagus. Kali ini terlihat alami. Luarbiasanya perasaan Patty sekarang jauh lebih tenang dari sebelumnya. Memang benar, dengan mengubah air muka saja kita dapat mengubah perasaan kita menjadi gembira.

Patty berjalan kembali ke restoran sambil rersenyum sendiri sampai beberapa orang menatap Patty dengan bingung. Sayang sekali saat itu belum masa pandemi sehingga senyum canggung dan kaku tetapi sangat lebar milik Patty terpampang jelas di mukanya yang tegang dengan mata melotot. Jelas sekali, senyum terpaksa.

"Hey! Sorry lama!" seru Patty dengan terlalu bersemangat sambil duduk di sebelah Nick, mengangetkan ketiga temannya yang baru selesai memperbincangkan dirinya.

"Ciee akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga." goda Lexa.

"Nick sudah kangen tuh!" kata Ilyas.

Nick baru membuka mulutnya, hendak menimpali kata-kata Ilyas dan Lexa. Betul. Nick harus mulai terbuka dengan perasaannya.

"Mana ada!" kata Patty sambil tertawa. Ia tidak mau sakit hati untuk yang kedua kali. "Kita ini teman FAVORIT!" kata Patty sambil tertawa.

"Lebih dari teman biasa ya." timpal Nick. Berharap dapat memperbaiki apa yang terjadi sebelumnya.

Patty mengangguk semangat. Membuat harapan ketiga temannya naik tetapi kemudian ia berkata, "Sudah kaya abang sendiri! Tempat curhat gua kalau ada masalah sama siapa pun termasuk Satrya."

Lexa berusaha memperbaiki suasana. Ia berkata, "Kan sudah mau move on, sis. Kok Satrya masih dibawa-bawa juga?"

Patty mengangkat bahunya kemudian berkata, "Well mungkin nanti ya kalau sudah nemu penggantinya."

"Nick?" pancing Ilyas.

"Nggak lah!" seru Patty sambil berusaha tertawa dan menambahkan, "Mana cocok kita pacaran. Ya nggak, Nick?" sambil menatap Nick.

Nick memainkan sedotannya di dalam gelasnya yang kosong seakan sedang mengaduk milkshakenya. "Mmhmm."

Lexa memperhatikan Nick dan Patty bergantian. Dasar dua orang bebal dan tidak peka. Masa sih Patty tidak sadar Nick suka padanya? Nick juga masa sih tidak sadar Patty tidak benar-benar bermaksud untuk mengatakan kata-kata itu?

Ilyas menyentuh lengan Lexa, membuat Lexa menatapnya. Ia memberikan isyarat dengan menunjuk dirinya lalu Nick kemudian menujuk Lexa lalu Patty. Lexa yang paham apa yang dimaksud Ilyas langsung mengangguk dan berkata pada Patty, "Pat, temani gua shopping, yuk!"

"Apa?"

"Di sebelah amusement park ini kan mall, gua sudah habis baju, nih! Mana besok gua harus photoshoot untuk brand makeup Samethink."

"Oh okay. Ayo."

Patty berdiri pelan. Lexa yang gemas melihat itu langsung menarik tangan Patty dan berjalan meninggalkan Ilyas dan Nick sambil berkata, "Let them just do boys stuff (biarkan mereka melakukan hal-hal bocah laki-laki)."

Sepeninggal Lexa dan Patty, Nick membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu. Seakan tahu apa yang akan Nick katakan, Ilyas langsung berkata, "Bukan. Patty nggak bermaksud bilang begitu. Dia cuman nggak mau terluka lagi."

"Well, gua memang berpikir Patty meant it (bermaksud mengatakan itu) tapi bukan itu yang mau gua bilang. Gua cuman mau tanya kita mau apa sekarang." kata Nick kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Lu gila, ya. Kaya orang bipolar. Sebentar sedih sebentar tertawa." kata Ilyas sambil menggelengkan kepalanya.

Nick mendecekan lidahnya dan berkata, "Bipolar tu nggak begitu. Bipolar..."

"I know what the symptomps are (gua tahu ciri-ciri bipolar)! It was just an expression (itu cuman ungkapan saja)!"

Nick tertawa semakin keras kemudian berkata, "Lucu banget reaksi lu mirip Patty."

Ilyas menggelengkan kepalanya kemudian berkata, "No, Patty itu Introvert Feeler sedangkan gua..."

"Oh stop it, you MBTI geek. (sudahlah, dasar pecinta MBTI)." kata Nick sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya.

"I'm not a MBTI geek, gua cuman mau jelaskan kalau MBTI Patty sepertinya..." Ilyas berhenti berbicara saat Nick memandangnya dengan tatapan siap menggoda lebih jauh lagi sehingga Ilyas berkata, "Whatever. Seriously though (tapi serius deh) Patty has feelings for you and you should not waste it (Patty ada rasa sama lu dan sebaiknya lu nggak sia-siakan itu). Lu harus berjuang dong untuk Patty."

Nick menganggukan kepalanya kemudian berkata, "I'll try my best. Thanks, dude. (gua bakal berusaha sebaik gua. Makasih, ya)."

"Anyway, lu kok selama liburan jadi jarang main Clash of Klen, sih?" protes Ilyas.

"Well gua kenyang main PS di rumah Patty." Nick tersenyum cerah sambil menggoda Ilyas ia berkata, "Nggak kaya someone yang kesepian ditinggal ke luar negeri selama liburan."

Ilyas mengumpat sambil tertawa kemudian berkata, "Seenggaknya level gua sekarang di atas lu."

"What?!" Nick cepat-cepat mengeluarkan ponselnya.

"Gua juga dapat banyak skin baru untuk char di Mobile Lezend." kata Ilyas bangga sambil ikut mengeluarkan ponselnya.

"What?!"

"Capek banget, Xa!!" seru Patty sambil tertawa.

"Tapi worth kan?!" kata Lexa.

Lexa sengaja mengajak Patty belanja untuk dapat memperbaiki mood Patty. Well, itu rencananya. Tapi akhirnya Patty hanya membeli satu dress dari beludru berwarna biru muda. Hanya dengan itu saja suasana hati Patty sudah sangat membaik.

Lexa? Sepertinya ia membeli barang dari hampir semua toko yang mereka masuki. Mulai dari sepatu, baju, tas, dan dompet.

"Banget!" kata Patty kemudian tertawa.

"Ya sudah, isitarahat sebentar, yuk. Gua mau ngopi."

Patty mengangguk dan mengikuti Lexa naik ke lantai atas dan berjalan terus ke arah yang berlawanan dengan foodcourt dan malah masuk ke arah kios-kios. Lexa ini mau ngopi dimana sih?

Akhirnya saat mereka sudah hampir sampai di pojok, Patty tahu mereka akan ngopi dimana. Coffee's Orbit. Coffee shop yang baru buka dan sedang naik daun. Coffee shop ini baru dibuka beberapa minggu lalu dengan promosi yang besar dan mengundang sejumlah selebgram di kedai pertamanya di mall ini. Kedai itu tidak begitu besar, hanya kios kecil di lantai pojok paling atas mall itu. Namun, berkat kelihaian promosinya, kedai kopi itu tidak pernah sepi.

Meskipun kecil dan berada di pojok, kios itu memiliki bentuk yang unik dengan cat berwarna hitam kebiruan dan beberapa titik-titik putih juga "planet-planet" kecil berbentuk kopi dalam gelas plastik di tembok luar kios itu. Beberapa kursi dan meja dari besi berwarna biru kehitaman berjejer rapih di depan kaca-kaca jendela bulat. Di sekeliling kursi dan meja yang padat diisi para pengunjung, terdapat pagar besi berwarna hitam kebiruan berbentuk elips, seakan seperti lintasan orbit di jagat raya.

Mereka masuk melalui pintu otomatis dengan lubang pada dinding kios yang dibuat berbentuk oval. Kreatif sekali. Meskipun tetap saja pintu itu terkihat kotak dari dalam, namun dari luar terlihat seperti oval.

Baru saja mereka melangkah masuk, mereka langsung disambut dengan belasan orang yang sedang mengantri. Wajar saja, jam pulang kantor.

Interior Coffee's Orbit juga tidak kalah kerennya. Di sepanjang dinding yang dicat hitam kebiruan ini, terdapat banyak titik-titik putih bagai bintang, terdapat "planet-planet" kopi dan di dinding kiri terdapat logo Coffee's Orbit yang berupa huruf O dengan huruf C seakan sebagai lintasan orbit yang mengelilinginya. Huruf O itu terlihat seperti secangkir kopi dengan latte art di atasnya. Tidak hanya itu, ruangan ini pun temaram dengan cahaya lampu berupa titik-titik putih di plafon dan juga dinding kiri Coffee's Orbit yang bergerak perlahan seakan benar-benar seperti di luar angkasa. Namun, ruangan ini tidak benar-benar temaram, para pengunjung masih dapat membaca dengan cukup nyaman di sini.

Semua meja dan kursi yang terisi penuh di dalam kios ini pun terbuat dari besi dan berwarna hitam kebiruan. Di hadapan mereka, terdapat meja kasir berwarna abu kebiruan dengan bercak-bercak putih.

Ingat tadi disebutkan bahwa mereka mengundang banyak selebgram? Salah satunya tentu saja Angel Lexa. Selain untuk promosi, ternyata… "Pat, lu pernah lihat foto gua endorse coffee shop ini, kan?"

Patty mengangguk. Patty ingat di foto itu Lexa, seperti biasa, terlihat sangat cantik sedang berdiri memegang secangkir plastik kopi. Ia berdiri di tengah dengan atasan crop top dan rok mini hitam juga boots hitam, di sebelah Lexa berdiri Sharon dengan dress hitam ketat yang juga sedang memegang gelas plastic kopi. Di antara mereka, duduk seorang pria tampan dengan kaus dan celana hitam, kaca mata hitam di atas rambut coklat kemerahan, sedang duduk dan menatap kamera dengan dingin. Mungkin pria itu juga selebgram. Tapi… jumlah pengikut di ingstaramnya hanya sekitar 1.500 orang dan itu pun berbeda sedikit dengan jumlah orang yang ia ikuti sekitar 1.450an. Selain itu, Patty juga belum pernah mendengar nama pria itu. Jadi, entahlah.

Dalam foto itu, mereka menempel pada dinding kiri Coffee's Orbit sehingga badan dan muka mereka terkena sinar "bintang-bintang", menambah ketampanan dan kecantikan mereka. Tidak heran, foto endorsement di akun ingstaram Lexa itu mendapat lebih dari 1 juta likes. Lexa sendiri gatal ingin menjadikan fotonya di dinding Coffee's Orbit itu menjadi foto profilnya tapi ia tahu, itu tidak adil untuk kliennya yang lain. Namun ternyata yang memiliki pemikiran untuk berfoto di sana bukan hanya Lexa. Beberapa pengunjung juga yang mengantri berfoto di dinding itu.

"Nah, owner coffee shop ini sepupu Sharon." kata Lexa bangga.

"Oh ya?" seru Patty.

Lexa mengangguk sambil berdiri mengantri di paling belakang. "Nih, gua buktikan." Ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

Patty hanya berdiri di sebelahnya sambil menahan tawa. Memangnya siapa juga yang tidak percaya sampai dia harus membuktikan begitu? Bilang saja ingin menyerobot antrian.

Lexa menunggu dan menunggu tetapi panggilannya tidak kunjung diangkat. Akhirnya, ia memasukan ponselnya ke dalam tas sambil mengomel kemudian langsung menarik tangan Patty keluar dari barisan. Lexa terus menggeret Patty melewati orang-orang yang sedang mengantri dan berhenti di belakang coffee machine, di hadapan pria yang sedang menunduk, membuat latte art di sana dengan serius.

"Than!" seru Lexa.

Pria itu diam saja untuk beberapa lama sampai Lexa menyilangkan tangannya di depan dada. Dasar workaholic.

Pria itu akhirnya selesai dengan latte artnya. Ia meletakan cangkir di meja di sebelah kanan coffee machine sambil berkata, "Atas nama Cinta!"

"Than!" seru Lexa lagi.

Pria itu menatap Lexa kaget. Patty pun ikut kaget melihat pria itu. Meskipun seluruh rambut pria itu ada di bawah hair cap abu dan masker masak transparan di dagunya yang kokoh, tapi wajah pria itu tetap terlihat sangat mirip dengan pria yang ada di foto endorsement Coffee's Orbit di ingstaram Lexa. Apakah dia pegawai yang paling tampan di sini sampai dijadikan model endorsement? Pantas saja followernya sedikit, ternyata dia benar-benar bukan seorang selebgram.

"Hey, Angel Lexa!" seru pria itu riang dengan nada mengejek pada bagian 'Angel Lexa'.

"Gua take down nih foto endorsementnya." kata Lexa galak.

Pria itu tertawa terbahak-bahak. Patty tertegun. Sifatnya kok... mirip Nick?

"Than, kenalin ini teman gua. Patricia." kata Lexa kemudian.

Nathan baru saja mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Patty ketika seorang barista lainnya dengan sangat sopan berkata padanya, "Pak, biar saya yang buatkan kopi. Banyak pesanan yang menunggu."

Pegawai itu juga terlihat cukup tampan dengan wajah yang agak kotak dan kulit kecoklatan meskipun badannya tidak terlalu tinggi. Patty mencuri lihat nametagnya. Robert. Wah namanya bagus juga. Apa untuk menjadi pegawai di sini harus memiliki wajah tampan, ya?

"Oh ya ya. Sorry ya. Tolong gantikan saya dulu." kata pria tampan itu sambil bergeser sedikit dan berjalan keluar dari meja bar melalui pintu di pojok kanan meja bar itu. Sebelum memghampiri Patty dan Lexa, ia kembali menoleh pada Robert dan berkata, "Bert, tolong buatkan 2 Milky Way, ya."

"Wow my favorite!" seru Lexa.

"I know and you're welcome (gua tahu dan terima kasih kembali)." kata pria itu sambil mengedipkan mata pada Lexa.

Patty jadi bergidik geli. Ya ampun, memang sih dia tampan tapi dia genit sekali.

Pria itu menarik kursi dari satu-satunya meja yang kosong, di bagian luar kios, tepat di pojok di antara pagar dan pagar. Ia melepas haircapnya, memperlihatkan rambutnya yang tebal berwarna coklat. Ia mengacak rambutnya, seperti Nick saat melepas helm. Namun, perbedaannya adalah Nick tidak peduli bila rambutnya sedikit berantakan sedangkan pria ini mulai menyisir rambutnya sebentar dengan tangannya. Meskipun mirip Nick, tapi Nick jauh lebih lakik! ya.

Eh… kenapa Patty malah memikirkan Nick, sih? Ia cepat-cepat duduk tepat di hadapan pria itu.

"Tadi nama lu Patricia, ya? Gua Nathan." katanya sambil mengulurkan tangan pada Patty.

Patty menyambutnya sambil berkata, "Patty." ya ampun tangannya besar. Patty menatap wajah Nathan yang sedang tersenyum jahil. Mirip Nick tapi jauh lebih tampan dan lebih genit.

"Nice meeting you, Pat ("senang bertemu kamu" dalam bentuk yang lebih santai)." kata Nathan sambil tersenyum. Tampan sekali. Tidak setampan Satrya tentu saja tapi tetap membuat Patty berdebar.

"Hush!" kata Lexa sambil mengibaskan tangannya di depan wajah Nathan kemudian berkata, "Don't tease her, dude. Come on. (jangan goda dia dong. Ayolah)"

"Sorry." kata Nathan sambil terkekeh.

"Although (meskipun) memang dia lagi jomblo dan sedang tersakiti." kata Lexa kemudian tertawa terbahak-bahak.

Patty meringis sambil menggigit bibir bawahnya.

"Ya ampun kasihan banget, sih. Sini sini sama oppa." kata Nathan sambil membentangkan tangannya seakan akan memeluk Patty.

"Nggak cocok lu!" kata Lexa sambil memukul lengan Nathan dari seberang meja sedangkan Nathan tertawa terbahak-bahak.

Lexa kemudian berkata pada Patty, "Nathan ini sepupu Sharon yang tadi gua bilang. The owner of Coffee's Obrit."

Patty membulatkan mulutnya. Pantas saja tadi Robert menurut-nurut saja. "Wah keren." puji Patty dengan kaku.

Nathan tertawa geli melihat kekakuan Patty. "Well, thanks. Lu juga selebgram, ya?" tanya Nathan.

Patty menggeleng tetapi kemudian Lexa yang dengan cepat menjawab, "Memang dia belum pernah diendorse, tapi follower dia sudah tembus 20.000 orang. Lumayan, kan?"

"Lumayan banget!" seru Nathan kemudian menambahkan, "Nggak heran, sih. Soalnya lu cantik."

Patty bergidik kembali. Nathan ini memang memuji dia atau sedang gombal, sih?

"She is beautiful indeed but (memang dia cantik tapi) jangan goda dia terus!" protes Lexa.

Nathan tertawa kemudian berkata, "Eh iya, mumpung ada kalian, kita selfie, yuk!"

"Halah bilang saja lu mau post di story, kan?" kata Lexa sambil mencibir.

"Iya dong. Masa 2 angel datang malah gua sia-siakan." kata Nathan sambil terkekeh.

Nathan mengangkat ponselnya dan mengarahkan kamera depannya pada mereka bertiga. Ia tersenyum lebar menghadap kamera. Walaupun wajahnya ada di paling depan tapi ia tetap terlihat tampan. Ya ampun.

Lexa merangkul Patty dan memonyongkan bibirnya ke arah kamera sedangkan Patty tersenyum canggung pada kamera. Patty benar-benar satu-satunya orang yang kaku di sana.

"Nama ingstaram lu apa, Pat?" tanya Nathan sambil menyodorkan ponselnya.

Patty mengetik nama ingstaramnya di story ingstaram Nathan kemudian mengembalikan ponsel Nathan. "Itu, ya."

"Thanks," kata Nathan kemudian berdiri dan berkata, "Thank you banget ya kalian datang tapi sorry banget gua harus balik ke sana. Pelanggan semakin banyak, takut nggak ter-handle Robert."

"Ah! Lu di sini cuman buat dapat selfie kita saja, kan?" protes Lexa galak kemudian tertawa.

Nathan tertawa kemudian berkata, "Tahu saja! Jangan kapok, ya!"

"Whatevs!" kata Lexa sambil tertawa.

"Datang lagi ya, Pat. Ditunggu! Enjoy our milky way." kata Nathan kemudian mengedipkan sebelah matanya.

"Geli ya?" kata Lexa setelah Nathan pergi. "Well, that's how boyish boys behave (ya begitulah kelakuan bocah-bocah laki-laki)."

"Mmhmm."

"Beda banget kan sama my honey?" kata Lexa mendramatisir tepat ketika Robert datang membawakan dua gelas plastik berisi kopi susu di atas nampan hitam dengan corak yang senada dengan dinding dalam Coffee's Orbit.

"Misi, kak. Dua milky way, ya?"

Lexa menoleh dan tersenyum manis seraya mengambil kedua gelas plastik itu dari nampan yang dibawa Robert. "Iya, thank you."

"Please enjoy our milky way." kata Robert sopan dengan senyum ceria di mukanya. Robert juga mengingatkan Patty pada Nick. Ya ampun ada apa dengan Patty?

Patty menggelengkan kepalanya pelan sebelum menyadari Lexa sedang menatapnya lekat. Lexa kemudian tersenyum nakal dan memberikan satu gelas kopinya pada Patty dan berkata, "And that's... probably... how grown up men behave (dan itu... mungkin... bagaimana kelakuan pria dewasa)."

"Mmhmm." kata Patty sambil mengambil gelas kopi dari tangan Lexa dan mengocoknya sebelum menusuknya dengan sedotan. Gelas itu juga lumayan unik. Di sekelilingnya dihias dengan lukisan yang sama dengan bagian dalam Coffee's Orbit ini sedangkan atasnya disegel dengan plastik hitam dengan quotes yang berbeda-beda dari orang-orang besar dan berpengaruh di tiap segel plastiknya.

"Woah. "Everything negative – pressure, challenges – is all an opportunity for me to rise" it says. ("Setiap hal negatif - tekanan, tantangan - adalah sebuah kesempatan untuk aku bangkit" katanya)." seru Lexa kemudian tertawa sambil berkata, "Gotta take a picture of it. Seems like a certain person needs it. (Harus foto nih. Kayanya ada orang yang perlu nih.)"

Tentu yang Lexa maksud adalah Nick. Iya kan? Seharusnya semua hal negatif yang terjadi dalam hidup Nick digunakan sebagai kesempatan untuk bertumbuh. Bukannya berpangku tangan menerima nasib dan bertindak seakan sudah berbuat baik dengan melepaskan Patty tanpa berjuang. Seharusnya ia tetap berjuang dengan tetap menghormati keputusan dan kebahgiaan Patty. Lexa paling tidak suka orang yang sudah menyerah sebelum bertarung apalagi orang yang selalu menyalahkan keadaan tanpa berusaha berbuat apa pun.

Patty membaca apa yang tertulis pada segel plastik miliknya. "This too shall pass."

Lexa tertawa mendengarnya, "Wow girl. It's so deep (dalam ya, bun)."

"Iya," kata Patty sambil tertawa pelan, "Gua paling takut dengan quotes ini. Bukan hanya kesedihan yang akan berlalu tapi juga kebahagiaan. Gimana ya kalau kebahagiaan gua ini berlalu?"

"Geez. Easy, girl. It's just a quote on some coffee (ya ampun. Tenang, bun. Itu hanya sebuah pepatah di atas kopi)." kata Lexa sambil tertawa dan menancapkan sedotan ke minumannya lalu mulai menyeruput kopinya. "Ah enak banget!"

Patty memperhatikan quotes di hadapannya. Meskipun Lexa bilang begitu, Patty merasa aneh. Seakan quotes itu benar-benar bicara padanya. This too shall pass? Apakah kebahagiaannya bersama Nick dan QS? Atau apakah...penantiannya untuk bersama Satrya akan segera berakhir? Patty jadi tersenyum sendiri memikirkannya.

"Uuu why are you smiling, girl (kenapa senyum-senyum, bun)?" tanya Lexa sambil menatap Patty jahil.

Patty mengangkat bahunya dan berkata, "Well, just hoping that a certain thing will pass soon (hanya berharap satu hal tertentu akan segera berlalu)." katanya sambil menatap lekat quotes itu sebelum menusuknya dengan sedotan.

"What? Hubungan lu sama Nicky?" tanya Lexa sambil meletakan gelasnya di atas meja dan menatap Patty dengan antusias.

"What? Dia teman favorit gua. Gua nggak mau hubungan gua dan dia berubah." kata Patty dengan suara meninggi. Ia tidak mau menjadi satu-satunya pihak yang berharap sedangkan Nick sendiri malah menganggapnya sebagai teman.

"I have 2 objections regarding your statement (saya memiliki dua keberatan berkenaan dengan pernyataan Anda)," kata Lexa dengan nada serius seakan menjadi pengacara di sebuah peradilan.

"Please (silakan)," kata Patty yang ikut bertindak seakan menjadi pengacara lawan.

"First, am I not your favorite friend? (satu, gua bukan teman favorit lu?)" tanya Lexa sambil menggelengkan kepalanya kecewa.

Patty hanya tertawa serba salah menanggapinya.

"Second, please wake up, Patricia Putriani (ayo bangun)! Mana ada teman yang bertemu setiap hari selama liburan? Mana ada teman yang mau ditebengi ke sekolah setiap hari padahal rumahnya nggak searah? Mana…"

"Xa, Nick cuman anggap gua sebagai rumahnya karena dia nggak dapat rasa kekeluargaan di rumahnya sendiri. Lu tahu, kan? So please, jangan buat gua berharap lebih." kata Patty tegas, lebih kepada dirinya daripada Lexa.

Lexa tidak pernah mendengar Patty seserius dan tegas itu. Ia tahu, ia harus berhenti.

Setelah mereka berhenti bicara, mereka baru sadar banyak sekali pengunjung yang terpaksa menunggu kopi sambil berdiri. Tidak banyak juga yang tidak jadi masuk ke Coffee's Orbit karena tidak ada tempat duduk.

"Xa, penuh banget, ya?" kata Patty sambil memperhatikan sekeliling.

"Iya, berarti gua juga sukses meng-endorse Coffee's Orbit, ya?" kata Lexa juga sambil memperhatikan sekeliling.

Patty melihat Lexa dengan kaget. Ini anak kok jadi salah fokus?

"Ya sudah. Cabut yuk, Pat." kata Lexa sambil mengeluarkan ponselnya.

***

"Nyebelin banget!" seru Ilyas sambil bertingkah seolah akan membanting ponselnya tetapi kemudian meletakan ponselnya dengan perlahan ke atas meja dengan apik, "Bukannya lu sudah ga pernah main selama liburan? Kok masih jago banget?"

Nick menyeringai jahil sambil berkata dengan bangga, "Oh iya dong. Otak lu kan didesain hanya untuk belajar, jadi nggak akan bisa ngalahin gua."

"Otak lu didesain buat main game saja, ya?" kata Ilyas.

Nick terdiam kemudian tertawa sambil berkata, "See? Memang otak lu encer buat belajar."

Ilyas mengangkat sebelah alisnya. Lelucon Nick tidak nyambung, deh.

"Ah come on, dude. Jangan terlalu serius!" kata Nick sambil meletakan ponselnya dan mengambil kentang goreng yang mereka pesan tadi. Nick mulai menggigiti kentang itu sampai habis seluruhnya.

"Ayo sekali lagi!" kata Ilyas bersemangat sambil kembali mengambil ponselnya.

"Capek, ah!" kata Nick sambil menyenderkan badannya. "Kita sudah main 3 hours straight (3 jam terus-menerus)!"

"Elah, biasanya juga bisa lebih lama." kata Ilyas sambil tertawa.

"Ah bilang saja lu panas karena kalah dari gua." kata Nick sambil tersenyum nakal.

Ilyas mengumpat sambil tertawa kemudian meletakan lagi ponselnya dan mengerang kemudian berkata, "I hate losing (gua benci kalah)." katanya.

Nick tertawa mendengar itu kemudian memeriksa waktu di ponselnya. Ia terkejut dan berksta, "Sudah jam setengah 7, loh. Mereka kok belum beres juga ya?"

"Lu belum pernah belanja dengan Patty, ya?"

Nick menggeleng.

"Selama gua nemani Lexa belanja, nggak pernah tuh dia selesai belanja kurang dari 3 jam. Setelah itu dia pasti cari kopi. Jadi I'm pretty sure (gua cukup yakin) mereka lagi ngopi sekarang." kata Ilyas sambil mengangkat kedua bahunya.

"Lu sering belanja dengan Lexa?" tanya Nick.

Ilyas mengangguk kemudian berkata, "Sering dong. Mungkin karena memang Lexa senang belanja, nggak seperti Patty."

Nick tertawa kemudian berkata, "Untung hobi gua dan Patty sama."

Ilyas menatap Nick kemudian berkata, "So, have you decided (lu sudah putuskan)?"

"What?"

"Fight for her or leave her (perjuangkan Patty atau tinggalkan dia)?"

Tepat saat itu, masuk pesan whatsin dari Lexa. Nick membukanya dan melihat foto quotes dari Lexa. Nick tersenyum kemudian berkata, "I'll do my best to make her happy (gua akan lakukan yang terbaik untuk buat dia bahagia). Gua nggak akan biarkan masalah gua buat gua hancur. I'll prove, at least to myself, that I can be sucessful and I'll bring Patty with me. But in the mean time (gua akan buktikan, setidaknya pada diri gua, bahwa gua bisa sukses dan gua akan bawa Patty bersama gua. Tapi sementara itu), gua nggak mau kekang Patty dulu, kalau dia bisa menemukan orang yang bisa buat dia lebih bahagia daripada gua, kalau memang orang itu tulus pada Patty, gua nggak akan halangi dia. I'll keep supporting and protecting her no matter what though. (Tapi gua akan tetap dukung dan lindungi dia apa pun yang terjadi)."

Ilyas mengerutkan dahinya. Nick ini berbelit-belit sekali, sih? Jadi intinya dia mau berjuang tapi juga merelakan Patty untuk bahagia? Memangnya mungkin?

Ilyas baru akan mengucapkan sesuatu ketika ponselnya berbunyi. Honey.

"Hai, hon. Kamu sudah selesai?" tanya Ilyas dengan suara yang mendadak lebih manja.

Nick menatap Ilyas dengan geli. Ilyas selalu berpegang teguh pada logika dan bersikap keren dan dingin tapi setiap berbicara dengan Lexa ia berubah menjadi budak cinta yang manja. Memangnya mungkin? Ternyata mungkin, guys. Memang sulit dipercaya.

"Cepat banget. Kamu nggak ngopi?... oh penuh banget? Ya sudah lanjut ngopi di mobil saja. Kita ketemu di main lobby, ya."

"Mereka sudah beres?" tanya Nick ketika Ilyas memasukkan ponsel ke sakunya.

Ilyas mengangguk sambil berkata, "Mmhmm, ayo ke lobi."

Mereka berdiri, membayar pesanan mereka, berjalan keluar amusement park, mampir ke toilet, dan menunggu di lobi. Mereka menunggu dan menunggu tapi kok Lexa dan Patty tidak kunjung datang? Ilyas mulai gelisah dan berpikir kemana-mana.

"Nick, kok Lexa nggak angkat telepon ya? Gua sudah telepon berkali-kali." katanya ketika panggilan kelimanya tidak kunjung diangkat. Ia mencoba menghubungi Lexa sekali lagi.

"Tenang saja. Mungkin dia lagi diajak foto sama fans. Secara dia kan selebgram." kata Nick santai sambil melihat-lihat brosur mobil. Kebetulan sekali di lobi itu sedang ada pameran mobil. Nick sekarang semakin bertekad untuk dapat membelikan mobil untuk Patty.

Ilyas berkata sambil menggigit ibu jarinya sedang tangan sebelahnya memegang ponsel di telinganya, "Nggak. Dia nggak biasanya begini. Apa dia…"

"Apa?" Nick melirik Ilyas yang tidak kunjung menyelesaikan kalimatnya.

"Diracun?" Ilyas melirik Nick dengan tatapan penuh kehorroran.

Nick tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Kaya kasus tahun lalu?"

Ilyas mengangguk dengan panik.

Nick tertawa semakin keras kemudian berkata, "Maksud lu kaya awal kasus tahun lalu itu?"

Ilyas mengangguk ngeri sambil menatap Nick membuat Nick tertawa lagi. Ilyas... Ilyas... mungkin karena pintar jadi sering over-thinking, ya?

"Hey, lu tahu kan cewek lu selebgram?" kata Nick geli.

Ilyas mengangguk sambil mencoba menghubungi Lexa lagi.

"Lu tahu bokapnya Lexa terkenal bukan pengusaha yang sembarangan?" tanya Nick lagi.

"Oh! Gimana kalau saingan bisnis ayah Lexa yang…"

"Yas! Mana ada yang berani macam-macam dengan orang seperti Lexa? Paling juga dia sedang foto-foto dengan fansnya." kata Nick santai sambil melihat-lihat mobil di depannya.

"Memangnya lu nggak kepikiran? Patty juga nggak ada kabar, loh. Sudah hampir satu jam! Apa lu…" Ilyas tidak menyelesaikan kalimatnya dan malah berseru, "Honey!"

Nick ikut melihat ke arah mana Ilyas berteriak. Lexa dan Patty sedang berdiri di eskalator menuju ke lobi. Lexa melambai pada Ilyas, seperti Ratu Elizabeth melambai dari balkon, sedangkan Patty tersenyum pada Nick dengan senyum canggung dan lelah.

"Hon, kemana saja? Kok telepon aku nggak diangkat?" tanya Ilyas dengan muka memelas ketika Lexa dan Patty sudah turun dari eskalator.

"Ah... iya tadi ada satu fan yang lihat aku di Coffee's Orbit dan minta foto. Setelah itu malah jadi makin banyak yang minta foto." kata Lexa sambil tersenyum manis meluluhkan hati Ilyas yang sudah meleleh bagai air. Entah seluluh apa hatinya sekarang.

"Oh ya ampun. Aku khawatir banget tahu, hon?" kata Ilyas sambil mengelus kepala Lexa lembut. Membuat Patty iri.

"Jangan iri, ya." kata Nick yang ternyata sudah berdiri di sebelah Patty.

Patty menoleh kaget pada Nick kemudian berdecak, "Gimana nggak iri? Sudah jomblo, dighosting sama gebetan pula." katanya.

Nick tertawa kemudian mengelus kepala Patty lembut sambil berkata, "Cowok yang suka sama kamu kan bukan cuman Satrya."

"Terus?"

Nick berhenti mengelus kepala Patty dan memasukan tangan ke sakunya. Masa kamu tidak sadar sih, Patty?

Lexa yang gemas ingin berkata 'Nicky loh yang suka sama lu' pun memutuskan untuk menggandeng Ilyas menjauh dari sana. Lebih baik begitu daripada ia berkata seperti itu, kan? Tapi tetap saja, alih-alih menjauh mereka malah bersembunyi di balik mobil sambil menguping.

Muka Patty memerah mengingat kata-kata Lexa di Coffee's Orbit tadi. Apakah... yang Nick maksud adalah Nick sendiri?

Melihat perubahan di wajah Patty, Nick mulai bingung. Haruskah ia bilang sekarang? Sama sekali tidak romantis. Tapi kalau tidak sekarang... kapan lagi?

"Aku," kata Nick akhirnya. Muka Patty menjadi sangat merah begitu juga dengan muka Nick. Nick cepat-cepat menambahkan, "Kan kamu teman favorit aku. Masa aku nggak suka?"

Ah sial. Begitu lagi. Kenapa Patty berharap, sih? Bodoh.

Lexa dan Ilyas yang sedari tadi menguping di belakang mobil pameran menjadi gemas. Ilyas sampai harus menahan kedua tangan Lexa agar tidak berlari dan memukul Nick.

*

Patty menatap layar ponselnya. Jantungnya sudah tidak berdebar lagi tapi matanya masih juga terbelalak. Kenapa Lexa belum kunjung membalas pesan Patty? Apa dia tidur? Bisa-bisanya Lexa tidur. Padahal Lexa juga minum kopi bersama Patty sampai malam.

Patty kesal. Badannya lelah, matanya juga lelah, tapi jantungnya masih semangat. Tidak lagi-lagi deh ia minum kopi sampai malam.

Ia harus melakukan apa, ya? Ia tidak mau menonton utube atau nepliks lagi. Matanya perih.

Tiba-tiba satu wajah terbersit di pikirannya. Nick. Tiba-tiba semua kejadian tadi malam di lobi kembali terulang, membuat jantung Patty menjadi semakin semangat berdebar.

Ah ya sudahlah. Nick harus membayar perbuatannya ini sampai Patty tidak bisa tidur memikirkan itu. Atau... ini hanya alasan untuk Patty menghubungi Nick? Ah apa pun itu, Patty mulai menelepon Nick. Biar saja sekarang sudah pukul setengah 2 sekalipun.

"Pat?" jawab Nick dengan suara serak dan mengantuk.

"Tidur?"

"Iyalah," kata Nick kemudian tertawa sebelum melanjutkan, "Kok kamu belum tidur?"

Hm... apa Patty kerjai Nick saja, ya? Suruh siapa membuat perasaan Patty seperti rollercoaster?!

Sambil tersenyum jahil, Patty berkata, "Sebenarnya selama ini gua nggak pernah kasih tahu lu tapi... gua selama ini punya sakit maag. Sekarang maag gua kambuh, nih. Mungkin karena telat makan dan minum kopi tadi."

"Hah? Jadi yang kamu rasakan sekarang apa?" tanya Nick panik.

"Em... gua mual, perut gua sakit..." kayanya seru kalau Patty berpura-pura GERD. Patty ingin tahu apakah Nick akan khawatir padanya. Jadi, ia menambahkan, "Sekarang dada gua sakit dan gua susah nafas." Patty langsung membuat suara nafas berat.

"Kamu sekarang lagi berbaring nggak, Pat?" tanya Nick panik.

"Mmhmm," kata Patty dengan suara yang dibuat selemah mungkin.

"Jangan baring, Pat. Ayo duduk. Sekarang gua ke rumah lu, ya. Kita ke rumah sakit sekarang juga." kata Nick buru-buru kemudian sambungan telepon terputus. Hah? Apa Nick benar-benar akan langsung berangkat ke rumah Patty?

Dengan panik Patty cepat-cepat menelepon Nick. Nick mengangkat teleponnya bahkan sebelum "tut" pertama selesai berbunyi. "Ya? Ada apa? Kenapa?" tanya Nick panik.

"Lu nggak benar-benar ke sini, kan?" tanya Patty tidak kalah paniknya.

"Benaranlah! Kamu tunggu, ya. Aku mau ganti baju dulu." kata Nick.

"JANGAAAN!" seru Patty sebelum Nick memutuskan sambungan teleponnya lagi. "Gua bercanda!"

"Hah?"

"Iya gua bercanda. Gua nggak bisa tidur gara-gara minum kopi, gua bosan, jadi gua kerjai lu saja." jelas Patty dengan panik.

"Jadi kamu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa."

"Perut kamu nggak sakit?"

"Nope."

"Dada kamu nggak sakit?"

"Nuh-huh."

"Nafas kamu nggak sesak?"

"NGGAK!" seru Patty kemudian tertawa.

"Thanks God, Pat! Jangan begitu dong bercandanya. Aku kan panik!" kata Nick kemudian tertawa pelan.

"Sowreh (sorry dengan nada berlebihan). Lagian gua nggak nyangka lu bakal sepanik itu." kata Patty kemudian tertawa.

"Iyalah aku panik. Kamu kedengaran seperti orang yang benar-benar sakit. Apalagi yang kamu sebutkan itu gejala GERD. Wajar dong aku takut."

Patty tertawa kemudian berkata, "Karena gua teman favorit lu?"

Nick terdiam sebentar kemudian berkata, "Because you are the most important person in my life. (Karena kamu orang paling penting di hidup aku)"

Hening sesaat. Patty tertegun. Nah benar, kan. Nick membuat Patty merasa seperti ada di rollercoaster.

"Apa mak..."

Belum sempat Patty menyelesaikan kalimatnya, Nick langsung memotong dengan berkata, "Oh ya, tadi aku lihat story Coffee's Orbit. Ternyata banyak juga ya orang yang mau foto sama kamu. Ciee selebgram."

Patty tertawa kemudian berkata, "Jadi malu deh. Padahal rata-rata mereka foto sama gua karena Lexa."

Mungkin para pembaca mulai gemas karena Nick mengalihkan pembicaraan. Sabar dulu, ya. Hati Nick masih belum siap bila harus menjelaskan perasaannya yang sesungguhnya pada Patty. Ia masih takut akan kehilangan Patty sebagai temannya yang paling berharga bila ia benar-benar memberitahu Patty tentang perasaannya.

Di saat seperti inilah kemampuan Nick untuk mengganti topik dikeluarkan. Benar saja, sekarang Patty sudah lupa sama sekali tentang pertanyaannya tadi dan sibuk bercerita tentang interior Coffee's Orbit. Untunglah.

Mereka berbicara berjam-jam sampai Patty tertidur pukul 4 subuh tepat. Sekarang, giliran Nick yang tidak bisa tidur. Bagaimana mungkin ia bisa tidur? Ia hampir mengungkapkan perasaannya pada Patty!

04.02 WIB, Nick tertidur pulas.

***


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C26
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login