Download App

Chapter 2: 2. Sakitnya Tuh di Sini

Enzo menatap sahabatnya yang tergolek lemah di pembaringan sambil menggelengkan kepala putus asa. Tidak lama kemudian Gervaso tampak terburu-buru memasuki ruangan VVIP tempat Ferhat dirawat.

"Bagaimana keadaan jagoan kita, Bro?"

Enzo hanya mengedikkan bahu dengan santai. "Dokter bilang tidak apa-apa. Dia hanya butuh ketenangan dan istirahat yang cukup."

"Jantungnya bagaimana?" Gervaso kembali bertanya dengan khawatir. Belum sempat Enzo menjawab, Edmond dan Nikolasz memasuki ruangan secara bersamaan.

"Sejak kapan jagoan kita memiliki riwayat penyakit jantung?" Dengan santai Edmond mengambil kursi, lalu duduk di dekat pembaringan, berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Sementara Nikolasz memilih bersandar di kepala tempat tidur dekat Ferhat.

"Maksudku, nyeri di dada yang sering dirasakan oleh Ferhat. Aku kan tidak tahu apa nama penyakitnya. Buatku, segala sesuatu yang sakitnya di dada, ya namanya penyakit jantung." Gervaso yang memang pandai memutar balik kata seperti ayahnya yang politisi, selalu saja mampu mencari jawaban atas setiap pertanyaan.

Enzo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sementara Nikolasz dengan isengnya memainkan selang infus yang menggantung.

"Ferhat tidak pernah punya yang namanya penyakit jantung. Mengenai penyakit nyeri di dadanya, dokter sendiri belum tahu itu apa, karena belum bisa menemukan pemicunya. Ketika diperkirakan karena angin, kemungkinan itu segera gugur setelah kita bermotor bersama, touring ke Gorges, Marseille, bahkan sampai ke Monaco, lalu bersantai sejenak di pantai. Paginya kita langsung kembali ke Paris. Saat itu Ferhat baik-baik saja. Lalu kita sama-sama pergi ke dokter untuk check up, dan tidak ditemukan masalah apapun."

"Iya, aku ingat itu." Jawab Gervaso. "Kita berempat yang malah harus beristirahat di rumah sakit karena kelelahan. Dan Jagoan kita yang sialan ini, malah tampak segar-bugar. Bahkan masih menantang kita untuk lanjut bermotor."

Nikolasz yang duduk paling dekat dengan Ferhat, langsung mengepalkan tinjunya ke wajah Ferhat yang tampak seperti tidur dengan damai tanpa beban dosa terhadap sahabat-sahabatnya itu. Dia ingat saat itu, justru dirinya yang sesak nafas akibat kelelahan bermotor.

"Ketika didiagnosis kemungkinan karena lelah, Ferhat si kepala batu langsung membuat dirinya menjadi selelah mungkin dengan melakukan banyak aktifitas selama seminggu. Lalu check up lagi ke dokter. Hasilnya sama. Selain itu Ferhat sama sekali tidak merasakan nyeri ketika beraktifitas berat selama berhari-hari." Edmond kembali mengingatkan teman-temannya.

"Ya, kemudian dokter mengubah diagnosanya. Mungkin nyeri di dadanya bisa timbul karena terlalu santai." Jawab Nikolasz sambil terkekeh geli.

Enzo ikut terkekeh bersama yang lainnya, serempak Enzo dan Edmond mengucapkan kalimat yang sama. "Dan si kepala batu ini langsung menghentikan semua aktifitasnya selama seminggu. Tetapi, rasa nyeri di dadanya tidak juga datang."

"Hahahaha..." Keempat pria dengan latar belakang berbeda namun disatukan dalam sebuah kampus yang sama, tertawa terbahak-bahak. Tidak memperdulikan Ferhat yang terbaring pingsan atau tertidur di dekat mereka.

Semua teringat bagaimana saat itu dengan kesalnya Ferhat menggebrak meja dokter sambil memaki keras. "Kamu itu dokter, belajar dan sekolah untuk bisa mendiagnosis penyakit dengan benar, bukan hanya menduga-duga. Apalagi dugaanya selalu salah. Lalu buat apa kamu jadi dokter kalau tidak berguna? Sudah, mulai besok, kamu tidak perlu jadi dokter lagi."

Kalau bukan karena orang tua Ferhat yang menahan dokternya untuk tidak resign, pasti dokter tua itu sudah angkat kaki dari rumah sakit milik keluarga Ferhat tersebut. Sejak itu, sang dokter tidak lagi mengurusi pasien keluarga, dia lebih memilih pasien umum untuk ditangani.

Tiba-tiba Ferhat menggeliat, sahabat-sahabatnya langsung terdiam dan serempak mendekat ke ranjang, menunggu reaksi Ferhat. Perlahan Ferhat membuka matanya, samar-samar dilihatnya wajah-wajah yang sangat familir. Wajah-wajah menyebalkan, namun membuat dirinya tenang dan aman saat berada di antara mereka. Ferhat mencoba tersenyum, senyuman yang mahal bagi gadis-gadis kampus. Ferhat hanya bisa tersenyum dan tertawa di antara sahabat-sahabatnya ini. Namun tiba-tiba bayangan Prameswari melintas, membuat dadanya terasa amat nyeri. Ferhat mengernyit menahan rasa sakit yang sangat menusuk.

"Sakit lagi, Bro?" Tanya Edmond datar. Meskipun terlihat acuh, Edmond adalah sahabat yang paling perduli terhadap Ferhat. Mereka berdua sering dibilang mirip satu sama lain.

Ferhat mengedipkan matanya, mengiyakan pertanyaan Edmond.

"Perlu dipanggilkan dokter?" Tanya Edmond lagi.

Ferhat menggelang pelan. Dia masih mengeryit mencoba menetralisir rasa sakit yang menusuk-nusuk dadanya.

Enzo mengambilkan air mineral dan menyodorkan ke arah Ferhat. Dengan sedotan Ferhat mencoba meminumnya. Ada sedikit rasa lega dan dingin yang melintasi tenggorakkanya, membuat dirinya lebih rileks, serta nyeri di dadanya sedikit berkurang. Ferhat tersenyum pada Enzo tanda terima kasih.

Enzo nyengir melihat sahabatnya yang seperti menahan sakit sampai tidak sanggup berkata-kata. "Jagoan, kali ini kamu kena batunya Bro. Ternyata gadis yang satu itu memiliki kekuatan bulan yang bisa menghempaskanmu sampai seperti ini."

"Kamu sudah memikirkan bagaimana menghadapi orang-orang di kampus setelah peristiwa tadi?" tanya Nikolazs dengan santainya.

Yang lain berusaha menahan tawa. Bagaimanapun, Prameswari pantas mendapatkan penghargaan sebagai gadis paling berani dan mampu membuat seorang Ferhat terjungkal dengan sukses. Ferhat yang diledek oleh sahabat-habatnya hanya bisa mengeryit pedih. Ada dua rasa sakit yang harus dia tanggung saat ini, selain nyeri di dada, ada nyeri lainnya yang menerjang ulu hati, yaitu, rasa malu tak terkira atas insiden hari ini antara dirinya dengan Prameswari.

"Prameswari, tunggu saja. Kamu akan menerima akibat dari perbuatanmu mempermalukan aku seperti ini." Ferhat menggeram dalam hati.

"Tenang Bro, video 'pertempuranmu' tadi langsung hilang dari peredaran." Edmond menjelaskan tanpa diminta.

Ferhat menatap Edmond tidak mengerti. Gervaso membantu Edmond untuk menjelaskan. "Ada yang merekam dan meng-upload video, saat kamu berseteru dengan Prameswari ke sosial media. tadinya kami tidak tahu, sebab kami sedang sibuk mengklarifikasi insiden ke pihak kampus. Tiba-tiba salah satu orang administrasi kampus memberikan link video tersebut. Sorry to say Bro, di sana terlihat jelas bagaimana kamu terpental membentur kursi terkena tendangan dari gadis yang kamu bilang klemar-klemer itu."

"Sialan." Ferhat mengumpat dalam hati. Dia menatap sahabat-sahabatnya. "Berapa lama video itu tayang sampai kalian mengetahui dan menghapusnya?" Tanya Ferhat lirih, karena masih menahan sakit.

Mereka saling menatap. "Sekitar satu jam. Mungkin. Aku tidak pasti." Jawab Edmon dengan wajah penuh penyesalan.

Ferhat mengepalkan tangannya. Dia beringsut, mencoba untuk duduk dan bersandar di kepala ranjang. Nikalozs bergeser, memberi tempat dan menyusun bantal agar Ferhat dapat bersandar dengan nyaman.

"Satu jam untuk media sosial, itu lama..." Ucap Ferhat lirih, "kalian sempat melihat berapa viewer-nya?" Sahabat-sahabatnya mendadak bungkam. Bagi Ferhat, ini adalah pertanda buruk.

Sejujurnya Ferhat tidak bisa menyembunyikan fakta, bahwa dirinya merasa malu dan gelisah. Mengetahui bahwa seorang gadis Asia imut-imut yang selama ini dia pikir sama lemahnya dengan gadis-gadis lain, ternyata mampu mempermalukannya seperti ini. Membuatnya terluka dalam. Ferhat sendiri merasa takjub dengan kemampuan Prameswari. Namun entah mengapa dia merasa tidak heran sama sekali. Di sudut hati terdalam, Ferhat selalu merasa, bahwa Prameswari memang memiliki kekuatan. Namun Ferhat tidak bisa menjabarkan keyakinannya tersebut berdasarkan apa.

Ferhat sekali lagi mengernyit. Nikolazs langsung memegangi pundak Ferhat. "Mana yang sakit, Bro?"

"Sakitnya tuh di sini." Ferhat menekan ulu hatinya sambil meringis. Sahabat-sahabatnya yang mengerti maksud Ferhat hanya mampu tersenyum simpul untuk menjaga perasaan Ferhat. Namun mereka tidak mampu menyembunyikan rasa geli, jadi masing-masing mulai terkikik. Satu persatu mendapatkan pukulan ringan dari Ferhat. Ferhat tahu, sahabat-sahabatnya tidak sedang melecehkan dirinya. Mereka hanya sedang mentertawakan keadaan, seperti kebiasaan mereka selama ini jika mendapatkan pengalaman yang kurang menyenangkan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login