Download App

Chapter 40: Anindira kembali histeris.

Karena Anindira di beri minum obat penenang, dia merasa rileks dan mengantuk setelah perutnya kenyang. Dia kembali tertidur di dalam dekapan Halvir. Seperti malam-malam sebelumnya, mereka bertiga tidur di dalam rumah. Anindira sudah tertidur lelap saat Hans ikut tidur di sana.

Anindira yang sudah bisa bangun pagi seperti biasa, dia terkejut melihat tubuh asing di tempat tidurnya, dia sangat terkejut. Tapi, bisa sedikit tenang saat melihat Halvir juga ada di sebelahnya. Segera saja Anindira mengguncang tubuh Halvir untuk membangunkannya.

''Kak... Kak Halvir... Kak, bangun!'' panggil Anindira sambil mengguncangnya.

Halvir membuka matanya, bangun dari tidur lelapnya setelah beberapa hari nyaris selalu terjaga.

Dia meregangkan tubuhnya, menciumi wajah Anindira dengan wujud Jaguarnya, kemudian mengubah kembali ke dalam wujud manusianya. Di saat yang sama, Hans juga ikut bangun dan berubah kembali ke wujud manusianya.

''AKH!!'' seru Anindira terpekik, dia segera berbalik dan membenamkan wajahnya di perut Halvir yang berdiri di samping tempat tidur.

''Ada apa?!... Kenapa?!... Ada apa Dira?'' seru Halvir bertanya, dia terkejut dengan reaksi Anindira.

''Apa ada yang sakit?... Kemari, biar aku melihatnya!'' tanya Hans segera mendekat pada Anindira.

''Kak... Bukan, itu... Ahh!... Pakai bajumu!... Kenapa kau telanjang di hadapanku?... Kenapa malah tidur di sini?'' tanya Anindira berderet, sambil terus membekap wajahnya di perut Halvir.

''Hah?!'' seru Hans terkejut, ''Memang apa yang salah?'' tanya Hans heran dengan sikap santai, dia lega karena ternyata Anindira tidak apa-apa, ''Kau bangun pagi sekali Anindira?!'' tanya Hans sambil memakai pakaiannya.

''Dia, selalu bangun pagi,'' jawab Halvir, dia dengan lembut mendorong Anindira dari tubuhnya, dengan gestur tubuh dan matanya mengatakan 'tidak ada apa apa-apa', pada Anindira.

''Aku tidak tahu kau selalu bangun pagi,'' ujar Hans yang kemudian duduk di tepi tempat tidur, setelah memakai pakaiannya.

Anindira yang merasa risih dengan Hans yang tiba-tiba duduk di sampingnya, berusaha bangun dari tempat tidur dan mengeluh sakit karena dia bergerak kasar secara tiba-tiba, Halvir dengan cepat menangkap dan menopang tubuh Anindira yang hampir tersungkur.

''Hei pelan-pelan!'' seru Hans terkejut, ''Kau mau ke mana?'' tanya Hans cemas.

''Akh!... Ah!... Sshh...''

Anindira merintih, dia masih meringis merasakan rasa tidak nyaman di selangkangan dan rasa perih dan pedih di bagian dalamnya, membuat Anindira spontan memegangi vaginanya.

''Anindira biar aku melihatnya!'' seru Hans langsung memegangi tubuh Anindira.

''Apa?!'' seru Anindira terbelalak kaget, ''Kak kau mau apa?!'' seru Anindira lagi, dia bertanya dengan sangat kasar, dia juga segera menepis tangan Hans.

''Dira, biarkan Hans melihatnya!'' seru Halvir membujuk sambil memegang bahu Anindira.

''Apa maksud kakak?... Kenapa Hans harus melihatnya?!'' seru Anindira yang mulai panik dia bertanya dengan sangat marah.

''Anindira aku harus memeriksanya, mungkin itu terbuka lagi, karena kau bergerak secara tiba-tiba…''

Hans, dia bersimpuh di atas tempat tidur di depan Anindira. Tangannya berusaha membuka lutut Anindira yang dirapatkan.

''TIDAK!!!'' seru Anindira memekik, ''JANGAN MENYENTUHKU!!'' seru Anindira lagi dengan sangat marah, dia berusaha menghentikan Hans.

Halvir dan Hans terkejut dengan reaksi Anindira, kemarahan yang ditunjukkannya bukan kemarahan biasa. Dia berontak dengan wajah tegang dan marah membuat kedua pria itu menghentikan diri mereka dan saling memandang bingung.

''Anindira...'' panggil Hans dengan wajah heran, ''Aku harus melihatnya! Untuk bisa memastikan lukamu tidak terbuka lagi…'' seru Hans dengan wajah serius.

''Jangan berani!'' seru Anindira dengan mata melotot, ''Jangan menyentuhku!'' seru Anindira memerintah dengan wajah berang.

'Apa maksudmu?!... Kenapa?... Kak! Ada apa ini?!'' seru Anindira bertanya, menengok ke arah Halvir meminta penjelasan dengan wajah penuh amarah.

''Apa yang kalian lakukan saat aku tidak sadar?! Apa yang terjadi saat aku tidak sada... AGHHH!!!...'' Anindira berteriak dan langsung meringkuk, merasakan sakit luar biasa di selangkangan dan bagian dalam organ intimnya.

Anindira yang tadi mengamuk dan bergerak berontak secara kasar, tiba-tiba meringkuk dan menjerit kesakitan, membuat mereka berdua panik.

Di sisi lain, Gavriel yang sedang berburu terkejut, *Ikatan pasangan yang ada padanya memberi tahunya kepanikan Anindira. Tanpa, menunggu lama lagi dia segera bergegas pulang, meninggalkan mangsa yang sudah diincarnya.

Hans segera mendatangi Anindira, dia berusaha membuka tubuhnya yang sedang meringkuk, walau sedang merintih kesakitan, tapi dengan gesit tangan Anindira segera menepis tangan Hans dengan kasar.

''JANGAN MENYENTUHKU!!!'' seru Anindira menjerit, ''KENAPA KAU MELAKUKAN INI PADAKU?!'' seru Anindira lagi, dia berteriak histeris, mengejutkan Hans dan Halvir dengan kemarahannya.

Mereka berdua terkejut melihat kecemasan luar biasa dari reaksi Anindira yang membuatnya marah sampai seperti itu.

Hans mundur dan turun dari tempat tidur, membiarkan Halvir memeluk dan membelai Anindira berusaha menenangkannya.

Halvir dan Hans saling berpandangan, mereka bingung bagaimana harus menghadapi situasi ini, mereka tidak mengerti dengan apa yang membuat Anindira panik dan marah.

''Hans ada apa?!'' seru Gavriel bertanya, ''Apa yang terjadi dengan Anindira?!'' tanya Gavriel lagi, dia yang baru saja tiba dan merasa cemas, dia bertanya dan hendak naik ke atas.

''Jangan ke sini!!'' seru Halvir memekik memberi perintah.

Melihat apa yang terjadi pada Anindira sejak kemarin dan juga barusan. Secara naluri, Halvir menahan Gavriel agar tidak menunjukkan dirinya di depan Anindira. Hal itu juga telah disetujui oleh Hans yang juga merasakan hal yang sama.

''Tunggu di bawah!... Aku akan turun,'' seru Hans, dia kemudian bergegas turun dan menemui Gavriel.

Anindira sama sekali tidak mengerti dengan apa yang baru saja dibicarakan Halvir dan Hans karena dia tidak bisa mendengar suara Gavriel yang masih ada di bawah.

''Dira!... Ada apa?... Kenapa kau panik?... Kau masih lemah, luka-lukamu belum sembuh sepenuhnya. Kau harus menurut jangan seperti ini!'' seru Halvir bertanya dengan wajah cemas.

''Kak!... Kenapa Kak Hans tidur di sini, kenapa dia dengan leluasa ada di sini?!'' seru Anindira bertanya dengan tegas, tapi jelas terlihat wajahnya sedang menahan sakit dan pedih.

Halvir terkejut dengan pertanyaan Anindira, perlahan dia paham bahwa Anindira tidak mengerti apa pun.

Halvir mengubah posisinya, dia duduk lebih nyaman menghadap Anindira, mencoba bicara padanya. Walau ada rasa takut di hati Halvir memikirkan akan bagaimana reaksi Anindira nanti. Tapi, dia tidak punya pilihan selain menjelaskannya pada Anindira

Halvir menceritakan bagaimana gawatnya kondisi Anindira saat itu, dan bagaimana akhirnya dia mengambil keputusan menerima Hans sebagai pasangan Anindira berikutnya. Halvir juga menceritakan bagaimana mereka berdua bekerja sama selama 16 hari merawat Anindira yang dalam kritis. Tidak satu inci pun bagian dari tubuh Anindira yang tidak tersentuh atau terlihat, oleh Halvir dan Hans. Bahkan Hans yang dalam sehari bisa dua sampai tiga kali memeriksa kondisi organ intimnya.

''Kalian jahat!'' seru Anindira dengan wajah marah, tapi sesaat kemudian langsung berubah sedih, ''Hik hik...''

Anindira menghujat, dia melontarkan kalimat-kalimat buruk, tapi, kali ini target ucapan Anindira adalah Halvir, kemudian dia kembali menangis tersedu-sedu.

Wajah Anindira mulai terlihat pucat, tubuhnya perlahan tapi pasti mulai kaku dan gemetaran. Ada rasa sakit yang amat sangat di selangkangannya, begitu pun pikirannya yang kalut. Rasa sesal kenapa dia harus datang ke dunia ini dan harus mengalami semua kejadian buruk ini, semua bercampur aduk di dalam kepalanya.

''Dira... Tubuhmu... Menurutlah!... Biarkan Hans memeriksamu!'' seru Halvir berusaha membujuknya, dia mulai panik melihat kondisi Anindira yang mulai menunjukkan reaksi yang sama seperti saat dia kolaps kemarin.

''Kalian jahat!... Aku benci kalian!... Hak apa yang kau punya memutuskan semuanya tanpa bertanya padaku?!... Aku benci kalian semua!... Kenapa tidak biarkan aku mati?!... Seharusnya biarkan aku mati!''

Anindira kembali histeris. Dia mengamuk, meronta, dan menghujat, sampai akhirnya kembali pingsan.

''HANS!!!'' panggil Halvir panik.

Info dari penulis...

Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih pada kalian yang telah menyempatkan diri membaca novel yang telah saya buat.

Karena saya seorang penulis Fantasi, saya sangat ingin bisa bekerja sama dengan WEBNOVEL tapi sayangnya, WEBNOVEL tidak lagi menerima Novel bahasa Indonesia.

Karena itu, saya harap kalian maklum...

Novel ini mendapat kontrak non-ekslusif di beberapa platform.

Silakan kunjungi platform kalau kalian penasaran dengan kelanjutannya.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih untuk dukungan kalian. Saat berkunjung ke platform jangan segan untuk klik tombol LIKE/LOVE/VOTE, juga ulasan bintang limanya, terima kasih.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C40
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login