Download App

Chapter 2: BAB 2

Dengan kuat Putri memijit punggung sang ayah dengan dia menduduki di atasnya.

Karena sering menekan dengan kuat menyebabkan pantatnya juga ikut menekan pinggan sang ayah.

"Ayah, kakak. Lagi ngapain?" Tanya Dila yang baru masuk ke kamar.

Putri menoleh ke arah pintu.

"Lagi mijitin ayah." Jawab Putri.

"Dila baru pulang? Sudah dulu Put ayah sudah agak mendingan."

"Iya baru pulang, tadi aku ngucap salam nggak ada yang nyahut." Ujar Dila menaruh tasnya dan mengganti bajunya dengan baju rumahan.

"Hujan sudah reda, Dek?"

"Iya sudah reda." Jawab Dila.

"Kalian cepat makan, tadi ayah ada bawa sop ayam nasi juga sudah ayah masak." Ujar sang ayah berlalu keluar.

"Ye makan sop ayam." Seru Dila. Memang setelah ibunya sakit Putri hanya menceplok telur atau menggoreng ikan asin.

Dengan lahap Dila memakan nasi di piringnya.

"Pelan-pelan, Dek." Ujar Putri pada Dila.

"Gimana tadi lancar nggak ujiannya?" Tanya sang ayah.

"Lancar kok, yah." Jawab Putri.

"Bagus lah, jangan sampai banyak pikiran kalo lagi ujian."

"Iya." Sahut Putri.

Tersengar Dila bersendawa tanda dia sudah kekenyangan.

"Aku mau lihat ibu dulu." Ujar Dila bangkit dari kursi makannya.

Putri masih menghabiskan makanannya yang belum habis, sang ayah masih menemaninya makan dia duduk di sebrang Putri dengan menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Ayah sudah makan?"

"Sudah tadi."

"Ini masih banyak, aku simpan di kulkas saja biar bisa di panasin buat makan malam." Ujar Putri.

Setelah membersihkan meja makan Putri mencuci beberapa pakaian kotor, karena ibunya lagi sakit jadi Putri yang menggantikan ibunya.

Beruntung dia memiliki mesin cuci jadi dengan mudah dia mencuci beberapa pakaian kotor.

Mumpung hujan sudah berganti dengan panas yang terik, Putri menjemur pakaian di samping rumah baru setelah selesai dilanjut membersihkan rumah.

"Sudah biar ayah yang ngerjain, kamu belajar sana atau tidak istirahat." Ujar sang ayah mengambil gagang pel dari tangan Putri.

"Nggak yah, biar aku aja." Tolak Putri.

"Biar ayah saja. Sana kamu belajar atau istirahat."

"Ya udah, tapi nggak papa nih."

"Iya, biar ayah yang ngerjain."

Putri bergegas ke kamar mengambil buku pelajaran, matanya lelah karena terlalu capek dan Putri tertidur dengan buku di atas dadanya.

Dila sejak tadi keluar rumah biasanya dia akan ke rumah temannya yang berjarak tidak terlalu jauh dari rumah.

Putri merasakan ada yang menyentuh dadanya dan dia perlahan membuka matanya.

"Ayah!" Ujar Putri bangkit dari pembaringan.

"Iya Put? Ini ayah mau ngambil buku ini."

"Oh, bikin kaget aja ayah ini." Ujar Putri.

"Kaget kenapa emang muka ayah serem." Sang ayah dengan gemas menarik hidung mancung anaknya.

"Aww sakit, yah."

Ayahnya tertawa dan menaruh buku di meja belajar lalu berjalan menuju pintu.

"Tidur lagi gih, ma'af ayah menggangu." Ujar sang ayah.

Karena sudah terbangun Putri tidak bisa tidur lagi dan memilih untuk menengok sang ibu di kamar.

Ibunya terbaring di atas kasur dengan infus di pergelangan tangan, tapi sekarang sang ibu sudah ada kemajuan dia bisa memasukan makanan ke mulutnya walau tidak banyak tapi masih pusing kalo bangun terlalu lama.

Putri duduk perlahan di samping sang ibu, perlahan ibunya membuak mata.

"Putri, kamu sudah pulang nak." Tanya sang ibu pelan.

"Iya, bu. Ibu apa butuh sesuatu?"

"Nggak ada kok, Dila mana?*

"Dila ke rumah temannya katanya mau belajar bareng."

"Kalo ayah kamu mana?"

"Ada di teras mungkin."

"Bisa panggilkan ayah, nak."

"Iya, tunggu sebentar ya, bu."

Putri menghampiri ayahnya yang sedang duduk di kursi teras, tak sengaja mata Putri melihat apa yang ayahnya liat dari ponselnya.

"Yah." Panggil Putri.

"E-eh, Putri. Ada apa?" Tanya sang ayah yang cepat memasukan ponselnya ke celana kolor yang di kenakannya.

"Ibu manggil ayah." Ujar Putri, lalu Putri berjalan ke luar rumah tepatnya di samping rumah untuk memeriksa pakaian yang tadi jemur.

Putri mengambil beberapa kain yang sudah kering dari jemuran dan akan melipatnya.

Saat dia memasuki rumah terlihat sang ayah menggandeng ibunya ke kamar.

"Dari mana, bu?" Tanya Putri.

"Ibu habis dari kamar mandi."

"Oh."

Putri pun berlalu ke depan televisi dia akan melipat pakaian sambil menonton televisi.

"Assalamualaikum!" Ujar Dila memasuki rumah.

"Waalaikumsalam." Jawab Putri.

"Kakak ngelipat baju, mau aku bantuin?" Tanya Dila.

"Nggak usah, biar kakak aja."

"Ya sudah kalo nggak mau di bantu." Dila mengubah siaran di televisi menjadi flim kartun kesukaannya.

"Kok di ubah sih, tadi kakak lagi asik nontonnya." Putri mengambil remote dan mengubah kembali siaran televisi ke chanel yang menayangkan drakor kesukaannya.

Dengan cemberut Dila menatap layar televisi.

"Apa sih kak, aku nggak ngerti mereka ngomong apa." Ujar Dila protes.

"Itu kalo mau tau mereka ngomong apa, baca teks di bawah." Ujar Putri.

"Ih ribet banget, sini aku mau nonton upin-ipin." Rengek Dila.

"Coba liat pemainnya ganteng dan cantikkan?" Ujar Putri mengalihkan perkataan adiknya.

"Siapa yang  ganteng?" Tanya sang ayah mendekati kedua putrinya.

"Tau kakak, aku mau ke kamar ibu aja." Ujar Dila bangkit lalu berjalan menuju kamar ibunya.

"Ini lo yah, flim drakor pemainnya cakep-cakep." Jelas Putri pada sang ayah.

"Oh ayah kira kamu nunjukin foto cowokmu ke adikmu."

"Ih ayah apa an sih."

"Haha kali aja anak ayah ini sudah punya cowok."

"Duh nggak boleh yah, masih kecil masa punya cowok."

"Iya juga, ya. Bagus deh kalo pemikiran anak ayah begitu." Ujar sang ayah menjawil pipi Putri.

Yanto lalu berbaring di samping sang anak, dia sesekali memerhatikan Putri yang melipat satu-persatu pakaian.

"Coba liat, yah. Yang cewek cantik-cantik ya kulitnya putih-putih." Ujar Putri.

"Menurut ayah masih cantikan Putri, liat mereka kurus kering begitu." Kata sang ayah.

"Itu bukan kurus kering, yah. Tapi langsing, aku juga nanti kalo sudah besar mau punya badan seperti artis korea."

"Wanita itu cantik kalau berisi kaya Putri gini." Cubit sang ayah pada lengan Putri.

Membuat Putri meringis lalu membalas cubitan ayahnya, mereka pun balas-membalas

Sampai Putri kalah karena ayahnya menggelitik pinggangnya sampai bajunya pun tersingkap ke atas.

"Sudah ayah, aku nyerah." Kata Putri.

Ayahnya tertawa.

"Cium ayah dulu." Pinta sang ayah. Putri pun mencium pipi sang ayah dan di balas ayahnya mencium di kedua pipi Putri.

Putri senang memiliki ayah yang sangat sayang padanya bahkan walau dia bukan anak kecil lagi, ayahnya sering mencium memeluk juga menggendongnya.

"Aku juga mau di cium." Ujar Dila.

"Sini sama ayah." Sang ayah merentangkan tangan dan Dila melompat ke arah ayahnya.

"Aduh, Dila tambah berat sekarang." Ujar sang ayah.

Dengan manja Dila berbaring sebagai lengan sang ayah menjadi bantalnya. Putri bangkit untuk menaruh pakaian yang telah rapi dia lipat.

Putri kembali untuk melanjutkan drakor yang di tontonnya tadi, Dila ternyata tertidur di pelukan sang ayah sambil ayahnya menepuk pantat Dila seperti bayi.

"Kecilin volumenya, Dila tidur." Pinta sang ayah.

"Iya." Jawab Putri tak lama yang di tontonnya telah selesai Putri pun mematikan televisi sedangkan sang ayah tertidur bersama Dila.

Putri melanjutkan membaca buku pelajaran sambil menghapal pelajaran.

Ditengah membaca buku Putri kehausan lantas ia ke dapur untuk mengambil minum. Dia melihat ayahnya dari depan kamar sedang bergerak-gerak entah melakukan apa.

Saat melangkah pintu kamar Putri menutup, ayahnya menengok kebelakang dan langsung bangkit dari tempatnya berbaring.

"Hooam,, ayah ketiduran ternyata." Ucap sang ayah sambil merentangkan tangannya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login