Sinar mentari yang terang masuk melewati kaca jendela sebuah rumah. Cahaya itu menerangi seisi ruangan, dan juga wajah seorang anak laki-laki. Ia tengah tertidur dengan lelapnya sampai suara dengkurannya bergema di seisi ruangan. Di atas ranjang besar yang mewah, ia bebas bergerak ke segala arah.
"Hoamm~" Sang empu yang dibicarakan akhirnya bangun dari tidurnya.
Masih mengumpulkan setengah nyawanya, ia mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Ia merenggangkan otot-otot tubuhnya. Lalu, setelah nyawanya terkumpul, pandanganya kini membesar.
"Apa!? Kok, aku bisa berada disini?" ucap anak itu sambil meraba ranjang tempat tidur.
Tubuhnya kini bergetar hebat. Ia akhirnya melompat dari atas kasur, pergi ke sebuah sudut ruangan dimana terdapat sebuah cermin besar yang tergantung. Lantas ia terkejut dengan pantulan dirinya di cermin itu.
"APA!? I-Ini...benarkan ini diriku? Tidak mungkin!"
Sambil menatap pantulan dirinya, ia meraba wajah, rambut, mata, dan hidung sampai akhirnya ia mencubit pipinya sendiri.
"Auch!" rintihnya.
"Ini bukan mimpi."
Dari raut wajahnya sudah terpancar rasa bingung yang hebat. Namun beberapa saat kemudian, ia kembali memandangi pantulan dirinya di cermin itu, mengambil sebuah kesimpulan.
"Jangan bilang kalau aku... bereinkarnasi."
Reinkarnasi, sebuah istilah dimana jiwa seseorang kembali hidup, namun di tubuh orang lain dan di dunia lain. Ini merupakan kejadian langka, faktanya sekarang terjadi pada dirinya sendiri. Sekarang tubuh seorang anak laki-laki telah sepenuhnya diambil alih oleh jiwa orang lain, tidak lain itu adalah Maliketh.
"Sial! Bagaimana hal ini bisa terjadi padaku!?" Maliketh geram dan mengacak-acak rambutnya.
"Tidak! Tidak! TIDAK!! Ini tidak mungkin terjadi! Semua hasil kerja keras ku...lenyap!?"
Kini ia hanya bisa meratapi nasibnya, di dalam tubuhnya yang baru. Ia terduduk di atas lantai sambil mengepalkan tangannya, mencoba menahan emosinya agar tidak keluar. Tatapannya kini begitu suram, netra merah dari matanya seakan-akan menyala.
"Rrrraagghhh!!!"
CRASH!
Dengan keras, Maliketh mengayunkan sebuah tinju ke arah cermin di sampingnya. Benda itu pun pecah, dan serpihannya bertebaran di sekeliling tubuh Maliketh. Tentu saja, itu menimbulkan bunyi yang sangat keras, hingga beberapa suara langkah kaki terdengar dari luar kamarnya, semenit kemudian pintu pun terbuka.
"Astaga! Tuan Muda!" Seorang wanita berpakaian maid berlari dan menghampiri Maliketh yang kini tengah terduduk di atas lantai.
Wajahnya terlihat sangat shock dengan serpihan-serpihan kaca yang berserakan di sekeliling Maliketh. Wanita itu menutup mulut, dan mencoba mendekati anak laki-laki itu.
"Apa kau baik-baik saja tuan?" Wanita itu menggoyangkan tubuh sang empu, Maliketh memalingkan wajahnya.
"Kau..."
"Tuan..."
Maliketh bertanya siapa wanita ini? Dia tidak pernah melihatnya sebelumnya. Ah, mungkinkah dia salah satu pekerja di rumah ini? Dilihat dari pakaian yang ia kenakan, Maliketh tahu bahwa di depannya adalah seorang maid. Pakaian hitam putih itu sangat familiar di matanya.
"Astaga! Tuan tangan Anda berdarah!" Maid itu tampak panik, beralih ke meja dan membuka laci meja tersebut.
Ia mengambil kota obat dari dalam laci itu. Maliketh tampak masih bingung dengan wanita di depannya. Mengapa ia sangat mengkhawatirkannya? Ini hanyalah luka kecil! Ia sendiri pun dapat menyembuhkannya.
Merasa terganggu, Maliketh menarik lengannya dari maid itu.
"Tidak perlu. Lagipula bukan luka besar, aku sendiri dapat menyembuhkannya."
"Tuan tapi...kau sedang terluka."
"Sudah kubilang aku TIDAK APA-APA!"
Wanita itu terdiam. Maliketh terkejut dengan nada suaranya yang tiba-tiba membludak. Sungguh, ia tidak berniat untuk berteriak pada wanita tua di depannya. Mungkinkah dirinya begitu lelah dengan kejadian reinkarnasi ini? karena kehilangan seluruh hasil kerja kerasnya?
"Ah, m-maafkan aku..."
"Tuan muda...wajah Anda sangat pucat. Mengapa tidak rehat sejenak? Aku akan membawakan mu sarapan untuk pagi ini."
Maliketh langsung mengangguk. Ia tidak berniat melanjutkan percakapan ini lebih jauh.
"Kalau begitu mari aku antarkan kau ke kasur." Wanita itu menyodorkan tangannya, Maliketh menerimanya.
Kemudian, dengan lembut wanita itu membawa Maliketh ke atas ranjang. Sebelum pergi ia menyapu dan membersihkan semua kekacauan ini, serpihan-serpihan kaca ia sapu dan dikumpulkan di ujung ruangan.
Maliketh sedari tadi memperhatikannya. Jika dilihat lebih teliti lagi, wanita itu setidaknya berumur 30-an tahun. Sayang, Maliketh tidak mengingat sedikitpun memori tentang kehidupan dari tubuh anak laki-laki ini.
"Permisi..." Maliketh memanggil maid tersebut.
"Ya tuan?"
"Apa...kau bisa menyebutkan namaku? M-maksudku...nama lengkap ku?"
Ini benar-benar permintaan yang aneh! Tapi aku harusnya melakukannya demi mengetahui nama dari anak laki-laki ini.
Sejenak Maliketh tersipu malu, apalagi disaat wanita itu membalasnya dengan tawa.
"Nama Anda adalah Alan Durga, anak bungsu dari Duke Arawn Durga."
DUKE!??? Apakah Maliketh tidak salah mendengarnya!?
"Aku...putra dari seorang Duke?"
Itu adalah gelar tertinggi setelah Raja dalam tingkat kebangsawanan. Duke akan menjadi penguasa wilayah dari wilayah yang dulunya ia rebut dan kemudian menjadi bagian dari kerajaan sang Raja. Pastinya ayah Alan sangat disegani dan ditakuti oleh banyak orang.
"Bukankah kau bilang aku anak terakhir? kalau begitu sebutkan nama-nama saudaraku dan ibuku."
"Kakak laki-laki mu bernama Allerick Durga, dan yang perempuan bernama Verena Durga. Ibumu adalah Duchess Ivory Druga."
Maliketh terdiam, dan menatap kosong ke atas lantai. Posisinya kali ini duduk dipinggiran tempat tidur.
"Tuan apa kau baik-baik saja?"
Walaupun begitu tidak ada gunanya! Untuk apa dia hidup jika kehilangan semua kekuatannya!? untuk apa Maliketh menghirup napas di alam lain jika ia kehilangan semua hasil kerja kerasnya!? ini semua tidak berarti! Tidak berarti! Maliketh tahu bahwa ia bisa hidup karena kekuatannya yang luar biasa kuat! Dia tidak ingin! Dia tidak mau hidup seperti itu!
"Tuan!!"
Kesadaran Maliketh kembali. Kini ia mendapati tubuhnya goyang, dan saat matanya terbuka, ia mendapati maid tersebut masih berada di sana sedang menggoyangkan tubuhnya.
"Ada apa tuan!? Kau tidak biasanya bersikap seperti ini!"
Pikiran Maliketh masih tak karuan, berbelit-belit bagaikan sebuah gulungan kaset yang berantakan.
"Aku baik-baik saja. Kau pergilah!"
"Tapi..."
"Sudah kubilang pergi!"
Maliketh membuang muka dan maid tersebut menghela napas sebelum ia berdiri meninggalkan ruangan milik Alan, maksudnya Maliketh.
Dalam kesendirian itu, terdengar Isak tangis yang sangat lemah. Air mata keluar dari ujung mata seorang anak laki-laki, berpeluk tubuh dipinggiran tempat tidur. Berpikir tentang hidupnya selepas ini.
Mengapa? Mengapa harus menjadi seperti ini!?
Maliketh terus menerus bertanya pada dirinya sendiri.
"Apakah ini...hukuman dari dewa atas segala dosa-dosaku?"
Namun, Maliketh sendiri tak dapat menganggap jika dirinya adalah orang suci, ia telah melakukan banyak sekali dosa dengan cara membunuh. Menghancurkan satu negeri bahkan hampir seluruh dunia, ia telah membunuh setidaknya ratusan juta orang dalam kurun waktu dua minggu.
Tapi pada akhirnya, ia tahu bahwa ia telah dikalahkan.
[Selamat datang]
Maliketh masih tertunduk dan terisak walaupun ada suara yang mengusiknya.
[Apakah pemain mengizinkan sistem untuk melakukan proses scanning?]
Suara itu berbunyi 'bip! bip!' dan muncul beberapa kali. Maliketh menghentikan isak tangisnya, mendengar suara yang mengganggunya ia akhirnya menaikkan pandangannya.
"What the fuck is that!?" Maliketh menatap sebuah layar merah yang mengapung tepat di depannya.
Benda itu melayang-layang sambil menampilkan sebuah text. Maliketh menyipitkan matanya, ia berdiri dari atas kasur dan membaca teks itu.
"Proses scanning???"
Maliketh menggaruk kepalanya, pasalnya ia tidak tahu menahu tentang benda yang muncul secara tiba-tiba itu. Apakah ini semacam sihir? atau jangan-jangan ada yang bermain-main dengannya?
"Tidak ada siapa-siapa disini. Lalu...benda apa ini?" Maliketh mengulurkan tangannya, berniat menyentuh layar merah itu.
"Tembus pandang!? Aku tidak dapat menyentuhnya!"
Maliketh lantas memfokuskan dirinya pada teks yang berada di layar itu. Terlihat seperti sebuah pertanyaan, dan setiap pertanyaan pasti harus ada jawabannya.
Maliketh berkata, "Ya! Aku mengizinkan." Layar itu kembali berbunyi 'bip'
[Proses scanning dimulai]
[3...2...1... Scan!]
Sling! Clakkkkk!
Sebuah cahaya kuning keemasan kini keluar dari layar itu, men-scan diri Maliketh dari bawah hingga atas. Tak lama kemudian, sebuah ingatan pun mendarat di otak pemuda itu, ia mengingat satu hal yang mirip dengan benda semacam ini. Ia selalu memainkannya bersama teman-temannya di sebuah tempat bernama warung internet.
Dalam sebuah game, dimana character akan melewati sebuah proses bernama scanning di awal permainan, sebelum ia melawan monster dan mengumpulkan experience.
"I-Ini kan...!? T-Tidak mungkin! A-Aku tidak percaya jika itu benar!"
Maliketh tak henti-hentinya mengeluarkan keringat dingin. Ia diam tak bergerak selama proses scanning berlangsung.
[Proses scanning selesai.]
[Hasilnya sedang diproses. Mohon tunggu sejenak]
Sepuluh menit kemudian pun hasilnya keluar. Rahang maliketh jatuh ke bawah, ia sedang melihat informasi tentang dirinya sendiri di depan matanya.
"APA!?"
[Nama: Maliketh]
[Gelar: Tidak ada]
[Level 1]
[Sihir: Es]
[Mana: 200]
______________
KEMAMPUAN STAT
[Strength : 10]
[Agility : 10]
[Speed : 10]
[Intelligence : 10]
[Vitality: 10]
Ini benar-benar dalam sebuah game! Aku tidak percaya tapi ini benar-benar nyata!
Maliketh tidak puas dengan hasil yang ia dapatkan. Angka-angka itu pasti menunjukkan seberapa kuatnya dia saat ini, tapi itu terlalu kecil.
"Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak mungkin selemah ini! Kembalikan! Kembalikan semua kekuatanku! Aku tidak ingin menjadi lemah seperti ini! Kembalikan!"
[Apakah Anda ingin memuat hasil yang telah disimpan sebelumnya?]
"Apa? Apa maksudnya!? Jelaskan padaku!"
[Yes] or [No]
Sekarang terdapat dua tombol di depan wajahnya, berwarna hijau dan merah. Maliketh sudah langsung paham dan langsung menekan tombol yang berwarna hijau.
[Memuat data dimulai]
[Loading...]
[Sukses]
[Selamat datang 'Lord of Genesis']
[Selamat datang kembali]
Maliketh ambruk ke bawah lantai, sebuah gelombang elektromagnetik tiba-tiba memenuhi seisi ruangan. Sedetik kemudian, sebuah lingkaran sihir muncul dibawah kaki Maliketh, menyinari seluruh tubuhnya. Ia bisa merasakan kekuatan mengalir melalui seluruh pembuluh darah dan jaringan tubuhnya. Ya! Dia mengingat kekuatan ini!
"Argh! HAHAHAHAHAHAHA!! YA! INI BENAR-BENAR KEKUATANKU! KEKUATANKU KEMBALI!! HAHAHAHAHA!!"
Seluruh ruangan terisi oleh teriakan gila dari anak laki-laki itu. Bersamaan dengan kembalinya kekuatan ke dalam tubuhnya, ingatan-ingatan dari tubuh Alan secara beruntun masuk ke dalam otak Maliketh. Mereka seperti gulungan film yang menampilkan seluruh kejadian dari lahir hingga kejadian yang terjadi beberapa hari yang lalu.
"Urgh! Sial! Apakah ini semua ingatan Alan? Mengapa harus pada waktu seperti ini!?"
Rasa sakit yang datang silih berganti membuat tubuh Alan ambruk dan tergeletak di atas lantai. Namun, dengan sekuat tenaga ia mencoba menahan agar tidak jatuh pingsan.
"Khhhkuhk! S-Sampai...k-kapan aku seperti i-ini...!?"
Tapi pada akhirnya, ia tidak bisa melawan kekuatan yang sangat besar itu.
[Memuat data selesai]
[Nama: Maliketh]
[Gelar: Lord of Genesis]
[Level: 1]
[Sihir: Elemental]
[Mana: 200]
____________
KEMAMPUAN STAT
[Strength: 99+]
[Agility: 99+]
[Speed: 99+]
[Intelligence : 99+]
[Vitality: 99+]
— New chapter is coming soon — Write a review