Download App

Chapter 2: DEMAM

Rasanya terlalu panas. Qiao Nan merasakan bahwa dia didalam api, seperti ada api yang membakarnya menjadi abu.

Setelah perjuangan panjang, Qiao Nan akhirnya mampu membuka mata. Dia tidak melihat langit-langit rumah sakit, tapi ruangan tua yang dikenalinya.

"Bu, Nan Nan sedang sakit, apakah akan baik-baik saja kalau dia kita dibiarkan sendirian?"

"Biarkan saja. Adik mu sangat kuat dan sudah terbiasa dengan hidup yang sulit. Penyakit ringan seperti ini tidak akan membunuhnya. Apalagi, dia akan mulai sekolah dua hari lagi. Ini berita bagus kalau dia sakit, jadi dia tidak akan melanjutkan sekolah."

Khawatir tentang masalah yang berhubungan dengan anak pertamanya, Ding Jiayi berfikir jika anak bungsunya kehilangan kesempatan untuk melanjutkan sekolah karena sakit, dia bisa membujuk anak sial ini untuk berhenti belajar dan memulai bekerja untuk menghasilkan uang.

"Bu, semanga ini sangat manis. Coba ibu makan juga." Puas dengan apa yang dia dengar, Qiao Zijin tersenyum dan membenyuapi Ding Jiayi semangka.

Ketika dia mendengar percakapan ibu dan anak itu, Qiao Nan, yang sedang mengalami panas tinggi akhirnya menyadari dia sedang berada dimana.

Waktu sudah memutar kaembali ke 25 tahun yang lalu dan dia masih hidup di rumah keluarga Qiao. Qiao Nan yang beru berumur 15 tahun mengalami panas tinggi dan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan waktu terakhir mendaftar kembali kesekolah. Ini adalah tahun dimana dia dibujuk oleh ibunya untuk keluar dari sekolah dan mencari pekerjaan untuk membantu Qiao Zijin.

Pada saat itu, malam sebelum Qiao Nan mengalami deman, diluar sedang hujan deras sekali. Karena sedang dalam musim gugur, cuaca masih sangat dingin.

Qiao Nan mengingat bahwa dia berselimut saat akan tidur malam itu. Akan tetapi, ketika bangun dan merasa tidak enak badan, seluruh selimut itu berada di ujung tempat tidur.

Ketika Qiao Nan mengingatnya samar-samar, saat hujan sedang deras-derasnya ditengah malam itu, seseorang masuk ke kamarnya diam-diam.

Pada akhirnya, Qiao Nan tidak tertutup selimut. Bahkan jendela disisi tempat tidur terbuka selebar-lebarnya.

Jika bukan karena kejadian itu, Qiao Nan tidak mungkin kedinginan dan demam.

Di kehidupan sebelumnya, Qiao Nan selalu merasa bahwa ada orang yang masuk ke kamar tidurnya. Tapi untuk pintu yang sudah ditutup sebelum tidur dan terbuka setelahnya, dia berfikir bahwa itu semua hanyalah ilusi karenan dia sedang dalam keadaan sakit dan berhalusinasi.

Tapi sekarang, Qiao Nan tidak berfikir seperti itu lagi.

"Tadi malam", seseorang pasti ada yang masuk ke kamarnya. Tidak hanya orang itu membuang selimutnya, tapi orang itu dengan sengaja membuka jendela. Alasannya adalah untuk membuatnya jatuh sakit dan membuatnya tidak bisa mendaftar masuk sekolah!

Ketika Ding Jiayi dan Qiao Zijin menghabiskan waktu menyenangkan bersama, terdengar suara benturan keras yang membuat mengejutkan mereka berdua.

"Nan, Nan Nan?" wajah Qiao Zijin, yang awalnya bahagia saat memagang dan memakan setengah semangka tiba-tiba berubah tegang. Dia merasa tiba-tiba gerogi saat dia sedang memegan sendok, dan tidak tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya apakah tetap memegang sendok itu atau meletakkannya.

Melihat setengah semangka di genggaman Qiao Zijin, Qiao Nan menertawakan dirinya sendiri.

Qiao Zijin selalu dimanja oleh ibu mereka. Sejak kecil dia sombong dan hanya mementingkan diri sendiri. Qiao Zijin selalu memiliki kebiasaan saat memakan semangka. Dia suka makan setengah buah semangka untuk dirinya sendiri dengan cara disendok.

Tapi sekarang tahun 1980. Perekonomian sedang buruk. Jadi setiap kali Ding Jiayi membeli semangka, dia akan selalu memberi tahu Qiao Nan dan Qiao Zijin bahwa dia hanya mampu membeli setengah saja.

Tapi Qiao Nan melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Qiao Zijin memegang setengah buah semangka dan memakannya sendirian.

Qiao Zijin diperbolehkan untuk memakan setengah dari semangaka. Tapi untuk Qiao Nan, apabila dia beruntung, dia bisa makan seiris saja.

"Kau anak sial, kenapa kau harus menendang pintu? Siapa yang mau kau takut-takuti?" raut muka Ding Jiayi, yang tidak merasa telah melakukan kesalahan, berubah marah. Dia menunjuk ke muka face turn black Nan dan memulai omelan.

Qiao Nan yang bersabar meskipun dalam keadaan sakit berkata," Aku sedang demam. Dimana obat penurun panas?"

"Obat Penurun panas apaan? Kau sudah memakan semuanya. Sudah habis semua." Mata Ding Jiayi menyiratkan sedikit rasa bersalah saat dia mengatakannya.

Sambil mengabaikan Ding Jiayi, Qiao Nan mencari-cari letak obat. Dikehidupannya sebelumnya, dia tidak diberi obat apapun dan demamnya menjadi sangat parah. Dia bahkan tidak tidak dibawa ke rumah sakit dan untung saja tidak menjadi maningitis.

Karena hal ini, keluarganya terpaksa mengeluarkan banyak uang. Hal ini membuatnya percaya bahwa ibunya telah mengeluarkan banyak uang untuk membiayai pengobatannya sehingga semua simpanan keuangan keluarga hampir habis. Karena alasan ini membuatnya untuk berhenti sekolah dan membantu kehidupan Qiao Zijin.

"Dasar anak sial, apa yang kau cari?" Qiao nan yang sedang mencari obat membuat Ding Jiayi marah. Tangan kiri Ding Jiayi menjambak rambut Qiao Nan dari belakang dan tangan kanannya menampar wajah Qiao Nan.

Suara tamparan itu serasa dingin dan memekakkan telinga.

Kerena tamparan keras yang dia terima, telinganya mulai berdenging. Wajahnya tidak merasakan sakit tapi hidungnya terasa nyeri dan perih. Hidungnya mengeluarkan darah banyak sekali, seperti keran yang dibuka, merubah warna kerah baju yang sedang dia kenakan.

"Kau sakit, pergi sana dan tidur. Berhenti bertingah seperti setan!" Ding Jiayi merasa Qiao Nan tidak akan memiliki banyak tenaga. Dia berencana untuk menyeret Qiao Nan ke kamar dan menyuruhnya tidur. Apapun yang terjadi, dia tidak akan membiarkan Qiao Nan makan obat.

Kalau seandainya anak sialan ini sembuh, dia pasti akan kembali masuk sekolah dan membuang-buang uang untuk sekolahnya.

Mau makan obat? Mimpi saja dulu!

Saat ini, Qiao Nan mengetahui rencana Ding Jiayi. Dia tidak akan mau menyerah. Dibenturkannya kepalanya ke badan Ding Jiayi.

Gerakan ini tidak menyakitkan tapi mengejutkan. Ding Jiayi terkejut dan melepaskan tangannya dari rambut Qiao Nan. Qiao Nan mengambil kesempatan untuk keluar dari rumah.

"Anak sialan" Ding Jiayi ketinggalan dibelakang, menghentakkan kakinya dan berteriak " Kalau kau memamg berani, jangan pulang kerumah sekalian!"

Ini pertama kalinya Qiao Zijin melihat Qiao Nan melawan. Dia sangat terkejut. "Bu, apa yang terjadi dengan Nan Nan? Bukannya dia selalu mengikuti semua perintahmu?"

"Jangan pedulikan dia." Ding Jiayi menepuk tangan anak sulungnya dan sepertinya tidak perduli. "Padahal sedang demam, dia lari dan menolak untuk istirahat dirumah. Dia memang memilih mati."

Qiao Nan, merasakan kepalanya sedang dibakar, hanya ingin lari, tapi tidak punya rencana apa yang akan dilakukan setelahnya.

Qiao Nan menabrak seseorang. Hidung yang masih mengalirkan darah terasa lebih sakit dan air matanya mulai keluar.

"Hati-hati" terdengar sebuah suara berat dan rendah. Dibandingkan dengan panasnya musim panas dibulan Juni, suara itu terdengar menyejukkan ditelinga Qiao Nan. Seseorang menahan pinggang Qiao Nan dengan kuat karena hampir terjatuh.

Saat Qiao Nan sudah mampu berdiri sendiri, dia baru sadar setelah menggelengkan kepalanya tiga kali. Ketika dia menadah, dia melihat sepasang mata yang menarik yang terlihat tajam seperti pedang.

"Kamu sedang demam?" pemuda itu mengerutkan keningnya karena merasakan suhu panas saat bersentuhan dengan tubuh Qiao Nan. Ketika dia melihat darah di kerah Qiao Nan, wajahnya menjadi serius."Ikut aku," katanya.

Qiao Nan mengikuti pemuda itu, masih merasa bingung. Hanya pada saat dia sudah duduk di sebuah sofa baru dia mengerti.

"Obat penurun panas." kata pemuda itu dengan dingin, dia memberikan obat penurun demam dengan satu tangan, dan segelas air dengan tangan satunya.

Melihat situasinya, Qiao Nan tidak memiliki waktu untuk malu-malu. Dia mengambil obat itu dari sang pemuda dan meminumnya. Dia mengamati pemuda itu dengan seksama.

Pemuda itu sangat tampan, seperti pahatan, alis mata tebal yang mengeluarkan aura keadilan, hidung yang lurus dan tegak, mata menarik dan menawan. Bibirnya tertutup rapat, sepertinya dia sedang tidak senang. Qiao Nan merasa agak gugup.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login