Download App

Chapter 2: o n e

— tuhan, apakah yang aku minta terlalu berlebihan sehingga kau tak menjawab doaku? atau kau punya rencana lain? apapun rencana mu, tolong jangan ambil ayahku seperti kau mengambil

ibuku —

diary asteria.

— one: rindu yang terhalang —

***

Hari ini ayah pulang. Apakah ayah datang untuk mengucapkan selamat? Haruskah aku tidak pergi bermain dengan Veronica? Aku merindukan ayah, apakah ayah juga merindukan ku?

Sebenarnya kenapa ayah tiba tiba bersikap acuh sama aku? Apa ayah udah gak sayang lagi sama aku? Atau ayah punya alasan lain?

Cuaca hari itu begitu buruk, hujan turun dengan lebat, angin yang berhembus kencang dan beberapa kilat menyambar di udara. Sekan akan semesta tengah ikut bersedih dengan perasaan Aster.

Hari ini adalah hari terakhir ujian kelulusan Aster di sekolah menengah atas. Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat.

Aku malas pulang, tapi hari ini ayah pulang.

Aster yang tengah menimbang nimbang keputusannya pun, tersentak kaget saat tiba tiba Veronica menepuk punggungnya.

"Um?"

"Lo mikirin apa Aster? Ayo, pulang." ujar Veronica.

"Eh? Udah waktunya pulang?" Aster pun melihat sekeliling kelas, teman temannya tengah membereskan alat tulis dan bergegas keluar kelas dengan tas mereka.

"Ngelamun aja sih daritadi! Cepet beresin tuh alat tulis lo! Gue tungguin!"

"Santai, Ver. Gak ada tiga detik selesai." tanggap Aster.

Selesai berkemas, mereka pun pergi meninggalkan ruang kelas yang sudah tampak sepi itu.

"Lo mau pulang atau nginep di rumah gue?" tanya Veronica.

"Bokap gue pulang. Gue pulang dulu."

"Mau sampe kapan lo tinggal sama mereka? Mending jadi kakak ipar gue aja, biar go out dari tuh rumah."

"Yeh! Mending tidur lo sono!"

"Oh, gitu. Gue cukup tau aja."

Mereka berdua pun tertawa bersama. Veronica Sagita Putri, dia adalah teman terdekat Aster selama lima tahun terakhir. Awal mula mereka bisa menjadi dekat karena, Veronica yang super bawel ngajak ngobrol Aster yang notabenenya anak pendiam.

Aster yang saat itu sudah lelah berteman. Semua temannya satu per satu telah pergi. Terlepas dari hal itu, adik tiri Aster yaitu Feresya yang satu sekolah dengan Aster, menyebarkan berita hoax agar Aster terisolasi. Meskipun begitu, Aster malah masuk ke deretan siswi famous di sekolah.

Karena siswi lain kebanyakan cemburu terhadap Aster, Veronica si cewek yang masuk deretan siswi famous seantero sekolah malah lebih memilih berteman dengan Aster.

Keduanya bertemu dan memutuskan berteman saat di kelas dua sekolah menengah pertama. Karena memiliki tujuan sekolah yang sama setelah lulus, mereka berdua pun memutuskan untuk belajar bersama dan les di tempat yang sama.

Sampai lah mereka di parkiran sekolah. Langit siang sudah tampak begitu gelap disertai angin yang berhembus sedikit kencang.

"Kayaknya mau hujan deras nih, Ver."

"Iya nih. Cepet masuk mobil, gue anterin lo pulang dulu. Nanti, kalo hujannya deres gue neduh di rumah lo."

"Iya."

Veronica pun melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh agar tidak terjebak hujan dijalan.

Namun sayangnya, hujan turun dengan lebat ketika mereka sedang berhenti di lampu merah.

"Mau neduh dulu di cafe biasa? Hujannya deres banget, Ver."

"Iya. Gue takut kenapa-napa di jalan."

Setelah lampu berganti hijau, Veronica pun melajukan mobilnya dengan hati hati karena kondisi jalanan yang agak licin dan pandangan yang terlihat kabur.

Setelah 10 menit menyusuri jalan, mereka pun sampai di cafe untuk berteduh.

"Bawa payung gak lo, As?" tanya Veronica usai sampai di parkiran depan cafe.

"Makannya Ver, sedia payung sebelum hujan." jawab Aster.

"Jadi, lo bawa apa enggak?" tanya Veronica kembali.

"Enggak." jawab Aster dengan polosnya.

Setelah itu mereka berdua pun berlari kencang menuju cafe. Untung nya mereka tidak terlalu basah kuyup karena jarak antara parkiran dan cafe tidak terpaut jauh.

"Lo yang bayar." ujar Veronica kesal sambil meninggalkan Aster di depan pintu cafe. Aster yang melihat tingkah laku temannya itu hanya tertawa.

"Siap princess!"

Sebelum memasuki cafe, Aster tengah mengecek ponselnya. Waktu telah menunjuk pukul 12.40, tidak ada notif masuk dari sang ayah.

Dirasa tak kunjung masuk masuk, Veronica pun kembali keluar dan menarik tangan Aster untuk mengajaknya masuk.

"Gue bercanda, Aster. Ayo masuk diluar dingin."

Aster hanya tersenyum, "Oh astaga! Lo mau jadi pacar gue gak, Ver? Lo sweet banget sih kayak di drama drama!"

"Wah... Udah gak waras nih bocah. Dibilang jadi kakak ipar gue aja."

"In your dream!"

Setelah mengatakan itu, Aster gantian meninggalkan Veronica di depan.

"Padahal kakak gue baik, banyak duit, terus ganteng lagi. Kurang apa coba?"

***

Ruang kerja dengan pencahayaan minim, tercium bau wine yang begitu manis bercampur asap rokok. Seorang pria berusia empat puluh dua tahun tengah berkutat dengan berkas berkas yang menumpuk begitu banyak dan satu orang lagi tengah minum wine sambil membaca sebuah artikel.

"10 tahun lamanya, lo bersikap dingin ke anak lo satu satunya." ujarnya memecah keheningan.

Dia adalah Genta Senopati. Teman dekat ayah Aster, yakni Liam Zefan Julian.

"Dia bakal tumbuh dengan pikiran nethink. I'm not sure if she's mentally okay. Dia bagai tahanan di rumah besar Julian. Don't you know that, Liam?"

Liam tidak menjawab. Genta yang sedikit frustasi pun menghela nafas panjang pun berdiri dan berjalan keluar.

"Lo bajingan, Liam!" teriaknya di tengah ruangan.

Lalu saat di ambang pintu Genta pun melontarkan kembali kata katanya,"You're a coward."

Setelah mengatakan itu Genta membanting pintu. Tersisa Liam sendiri di ruangan tersebut.

"I know. I'm such a coward. However, this is the only way to protect it."

Liam pun sama frustasinya dengan Genta, namun apa boleh buat? Ia sangat tak berdaya. Liam takut, bahwa putrinya akan berakhir seperti mendiang istrinya.

Liam pun bangkit dari duduknya, menatap lekat ke arah luar. Hujan lebat disertai gemuruh, "Seperti kejadian saat itu. Cyntia, apakah pilihan yang ku ambil ini sudah benar?"

tok, tok.

"Tuan, nona sedang berada di cafe bersama temannya. Tidak ada tanda tanda mencurigakan disekitar nona."

"Terus pantau dia dari kejauhan, Ben. Jangan biarkan lalat-lalat itu mendekati putriku barang 1 meter pun."

"Baik tuan."

Ben Oswan, ajudan serta orang kepercayaan Liam.

Setelah Ben keluar, Genta pun masuk dengan perasaan yang masih kesal.

"Ayo susun rencana buat bersihin hama!"

"Setelah itu?"

"Kita jemput tuan putri yang terjebak di menara nenek sihir!"

Liam hanya menanggapi perkataan Genta dengan tersenyum. Genta yang melihat Liam tersenyum pun bergidik ngeri.

Genta telah berteman dengan Liam sudah puluhan tahun lamanya. Alasan mengapa ia begitu perhatian dengan Aster karena, ia menganggap Aster seperti anak perempuannya sendiri. Mengingat Genta hanya memiliki 2 anak laki laki. Selain itu, Cyntia dan Genta merupakan sahabat baik.

"Thanks." ujar Liam sambil berjalan kearah kursinya kembali.

"Cih, ayah yang tidak berguna."

"Tolong berkaca." tanggap Liam sambil tersenyum.

tok, tok. Ben memasuki ruangan dan berkata, "Apakah kalian berdua ada rasa?" ujar Ben tiba tiba.

"Kau bosan hidup, Ben?" ujar Liam dan Genta bersamaan.

Ben pun meninggalkan ruangan setelah memberi berkas kepada Liam.

"Setelah semua berhasil, lo harus berlutut di kaki gua."

Liam yang mendengar itu pun tersenyum sambil memicingkan mata nya, "Sebelum berlutut, kaki lo udah gak ada di tempat."


CREATORS' THOUGHTS
rhyuheree rhyuheree

Hai! Aku harap kalian suka dengan vers baru!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login