Download App

Chapter 2: Chapter 2 "Canggung”

Jack masih bersandar di dinding dan jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Bukan hanya karena libidonya sedang naik-naiknya. Melainkan karena ia baru saja ketahuan mengintip oleh kakak iparnya. Celananya kini sudah ia pasang kembali dengan benar. Ia mencoba mencari-cari alasan apakah yang akan dipakainya jika kakaknya keluar dan memergoki Jack yang ketahuan mengintip dirinya yang tengah bercinta.

Tapi karena pikirannya masih kalut, ia tak menemukan alasan yang pas kenapa dirinya bisa berada disana. Pikirannya sudah benar-benar buntu dan kepalang panik, Jack pun memutuskan untuk beranjak dari sana. Tapi lagi-lagi ketika ia hendak pergi, kembali kak Vivi mendesah dengan keras yang untuk kali ini Jack merasa bahwa kakak iparnya seperti memanggilnya untuk tidak beranjak pergi.

Jack tertegun dan tak habis pikir kenapa mereka tidak berhenti dan malah melanjutkan bercinta. Sudah jelas bahwa tadi kak Vivi beradu mata dengan Jack. Sudah jelas juga bahwa Jack telah ketahuan mengintip dirinya dan kakaknya yang sedang asyik-asyiknya memadu kasih. Tapi kenapa kak Vivi tidak memberitahu kak Brian dan memarahi Jack.

"Kenapa mereka malah lanjut main? Bukannya aku tadi sudah ketahuan sama kak Vivi? Apa jangan-jangan kak Vivi tadi nggak ngelihat aku karena saking keenakannya? Ah nggak mungkin! Tadi dia benar-benar melihat kearahku kok!" pikir Jack dalam hati.

Dalam keragu-raguannya, Jack memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar. Disamping penasaran kenapa kakak-kakaknya tidak memarahinya, si Joni" juga masih dalam keadaan tegang karena belum tersalurkan. Jack pun berjalan dengan perlahan kembali ke tempatnya mengintip tadi.

Dan benar saja, bukannya memberi tahu suaminya kalau Jack sedang mengintip mereka, kak Vivi malah melanjutkan bermain dengan kak Brian. Saat ini mereka sudah berganti gaya. Kak Brian sudah turun dari ranjang, begitu juga dengan kak Vivi. Namun tubuh kak Vivi masih diatas ranjang. Ia menungging dan menunggu suaminya "mengisinya" lagi. Tak butuh waktu lama untuk kak Brian segera menyatukan tubuhnya kembali dengan tubuh istrinya.

Yang tak habis pikir dan masih membuat Jack kebingungan. Saat ini kak Vivi jelas-jelas menatap Jack yang masih menyembunyikan tubuhnya. Bahkan Jack sangat yakin kalau kak Vivi tersenyum padanya. Kemudian senyuman itu sirna karena mulutnya kembali mengerang karena dorongan dari kak Brian yang makin mempercepat gerakannya.

Melihat suasana semakin memanas, Jack pun kembali menurunkan boxernya dan asyik kembali dengan kejantanannya. Kak Brian pun semakin bersemangat dan membuat kak Vivi makin menggeliat.

Desahan demi desahan terus keluar dari bibir kak Vivi yang berwarna merah muda yang dipercantik dengan adanya setitik tahi lalat kecil diatas bibirnya sebelah kiri. Kak Brian pun mencengkram pinggul kak Vivi dengan sangat erat dan mendorong dengan lebih kencang lagi.

"Sayang...aku ..sudah..nggak kuat ...aku..mau..keluar.." ucap kak Brian seraya terus bergerak.

"Iya sayang...ahhh." balas kak Vivi.

"Ahhhhh..." desah panjang kak Brian sembari mendangakkan kepalanya.

Setelah itu mereka berdua pun merebahkan diri di ranjang sambil terengah-engah. Jack sedikit merasa kecewa karena sebelum ia mencapai puncaknya, permainan sudah keburu berakhir. Tiba-tiba mata Jack pun kembali terbelalak karena ia melihat kak Vivi melihat kepadanya dan kembali tersenyum dengan santai. Karena merasa bersalah, Ia bergegas pergi dari sana dan kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Jack segera mengunci pintu dan bergegas menuju kasur. Tak lupa sebelum itu ia mengambil sekotak tisu dari atas meja belajarnya. Dilanjutkannya lagi kegiatan yang dia lakukan sembari mengintip kedua kakaknya bercinta tadi. Dalam kepalanya masih tersimpan dengan jelas kemolekan tubuh kak Vivi yang ia lihat tanpa sehelai benangpun. Tubuh langsing namun berisi pada bagian dada dan bokong yang sangat menyerupai kemolekan tubuh tokoh wanita pada anime atau komik yang sangat Jack gemari.

Jack terus membayangkan bagaimana dirinya menggantikan kakaknya dalam menyetubuhi kak Vivi. Sambil memejamkan mata ia terus membayangkan sedang berganti-ganti gaya dan meraba-raba seluruh tubuh kak Vivi yang indah sambil tangannya terus bergerak dengan "si Joni". Sampai kemudian Ia merasa sudah mencapai puncaknya dan tubuhnya seketika ikut merasa lemas.

Rasa bersalah perlahan menghampirinya. Bukan hanya karena ia baru saja mastubarsi, tapi ia juga telah mengintip kegiatan intim kakaknya yang seharusnya tidak ia lakukan. Di buangnya tisu yang sudah terpakai tepat ke tempat sampai di dekat meja belajarnya. Kemudian ia menarik selimut dan mencoba menenangkan diri untuk kembali mencoba tidur.

Tapi sesuai perkiraannya, matanya masih terbuka walau waktu sudah menunjukkan hampir pukul empat pagi. Jack pun menarik selimut hingga menutupi kepalanya dan memaksakan untuk memejamkan mata. Sampai akhirnya ia pun tertidur kembali.

Jack terbangun karena matahari sudah masuk melalui jendela kamarnya yang tirainya terbuka dan mengarah langsung ke ranjangnya. Dengan malas diraihnya handphone nya dan melihat jam telah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Dirinya seketika terbangun dan segera beranjak dari ranjang untuk mandi. Pada hari itu ia ada kelas pagi yang akan dimulai pukul delapan. Tanpa membuang-buang waktu lagi ia segera masuk kamar mandi.

Tepat pukul tujuh Jack sudah rapi dan wangi. Di ambilnya tas selempangnya dan keluar dari kamar. Setelah menutup pintu kamar dan berjalan menuju tangga. Ia pun berhenti tepat di bibir tangga. Ia mendengar suara orang sedang memasak di dapur pada lantai bawah.

"Itu pasti kak Vivi yang lagi masak," pikir Jack dalam hati. "Aduh! Aku kok jadi malu ya ketemu sama mereka. Apalagi kak Vivi yang semalam tahu kalau aku mengintip dia. Kak Vivi juga pasti sudah ngomong ke kak Brian kalau semalam aku sudah mengintip mereka. Tapi aku harus turun untuk pergi ke kampus. Bagaimana ini?" Jack bingung untuk bersikap di depan kedua kakaknya.

Merasa tak ada jalan lain, ia pun memutuskan untuk turun dan bergegas keluar dari rumah. Setelah memantapkan tekad, Jack pun menuruni tangga dengan cepat sesuai rencananya. Ketika sampai di lantai bawah, Ia melirik ke dapur dan melihat kak Vivi sedang menyiapkan sarapan dan kak Brian sedang menunggu sarapan di meja makan sembari memainkan handphone nya. Posisi dapur terletak disebelah kanan dari tangga saat menuruni tangga. Dan posisi meja makan berada disebelah dapur.

Jack pun segera berbelok kiri saat tiba dilantai bawah dan mempercepat langkahnya dengan harapan kakak-kakaknya tidak menyadarinya.

"Jack!" panggil kak Brian. "Mau kemana kamu?" lanjutnya bertanya.

"Eee...mau ke kampus kak," jawab Jack yang seketika berhenti dan menjawab tanpa membalikkan badannya.

"Jam segini? Kampus kamu kan dekat, naik motor juga paling lima belas menit. Duduk sini dulu, ada yang mau kakak omongin sama kamu !" ucapnya dengan tegas.

Keringat Jack mulai bercucuran, ia masih tak bergerak dari tempatnya berdiri karena terlalu gugup. Walau pun sudah berusia dua puluh tahun, ia sangat menghormati kakaknya dan tak pernah sekalipun melawan padanya.

"Kok malah diam saja, ayo sini." kak Brian mengulangi perintahnya.

"Iy..iya kak." ucap Jack sambil berbalik badan dan berjalan mendekat sambil menundukkan kepala.

Ia duduk di depan kakaknya yang kini sudah tak sibuk dengan handphone miliknya melainkan sedang menatap Jack dengan tajam.

"Mati aku! Pasti aku bakal dimarahin karena semalam sudah berbuat kurang ajar." pikirnya dalam hati.

Jack pun melirik ke arah kak Vivi yang juga memperhatikannya. Namun tidak dengan tatapan tajam seperti kak Brian, tapi ia menatap Jack sambil tersenyum dengan sejuta arti.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login