Download App
27.27% arc valeria

Chapter 3: bab 3 : bunga es yang mekar

~Aku ingin, musim dingin tahun ini menjadi yang terakhir tanpa dirinya. Malaikat pelindungku, dimana dia berada. Hanya peluknya yang mampu menghangatkan. Senyumnya membuatku nyaman. Malaikat pelindungku, sang peri yang ku impikan~

----------------

"Telah terjadi pembunuhan di distrik C, korban adalah seorang wanita. Di perkirakan, waktu pembunuhan terjadi pukul 2 pagi. Sampai saat ini polisi belum menemukan bukti keberadaan pelaku. Terdapat bekas bacokan, dan cabikan di sekitar tubuh korban. tidak ada tanda tanda perlawanan di sekitar TKP. Pemerintah menghimbau masyarakat untuk berhati hati".

"Pah, apa Sinka baik baik saja?, Sudah 3 bulan Sinka pergi entah kemana. Meski Sinka memiliki kekuatan, tapi mamah takut Sinka dalam bahaya". Ucap Alena. Ibu Sinka.

"Papah juga Sama. Tapi tentang Sinka, kita tidak bisa berbuat apapun. Dunia Sinka dan dunia kita berbeda. Papah juga tidak tau darimana Sinka mendapatkan kekuatan itu. Kita berdua hanya manusia biasa. Mamah tenang saja, Sinka pasti baik baik saja".

ΩΩΩ

Seorang gadis tengah duduk di ruang tamu sembari melihat berita hangat tentang pembunuhan tadi malam. Gadis itu menyesap teh kesukaannya.

"Apa menurut kamu, pembunuhnya manusia?". Tanya gadis itu.

"Entahlah, kita tidak bisa selalu berfikiran kalau para monster yang membunuh manusia". Ucap binatang di sampingnya.

"Bagaimana kemarin, kau bertemu dengannya?". Tanya binatang itu.

"Tidak, orang tuanya bilang dia sedang pergi".

"Mungkin dia kehutan itu".

"Mungkin saja".

ΩΩΩ

Seorang pemuda tampan tidak sengaja lewat di  kejadian TKP tadi malam.

"Ouh Shu, kau di sini?". Sapa salah satu petugas polisi.

"Aku hanya kebetulan lewat". Ucap Shu datar.

"Seperti biasa, kau sangat dingin".

" Apa pelaku sudah di temukan?". Tanya Shu.

"Belum ada tanda tanda pelaku, untuk saat ini. Tapi siapapun pelakunya, dia sangat sadis".

"Sadis?". Tanya Shu, heran.

"Iya, selain di bacok dan di cabik cabik, korban juga mengalami luka yang parah sampai mengakibatkan tubuhnya berlubang. Polisi tidak tau senjata apa yang pelaku gunakan, sampai bisa membuat lubang seperti itu.

"Boleh aku melihat jasad korban?" Tanya Shu.

"Jasad korban sudah di bawa ke rumah sakit, untuk di lakukan autopsi".

"Rumah sakit mana?".

"Rumah sakit delima".

"Begitu, terima kasih". Shu langsung pergi tanpa pamit.

"Dia itu benar benar dingin".

"Pak, sebenarnya siapa dia. Anda terlihat sangat menghormatinya". Tanya salah satu petugas.

"Dia tuan muda dari keluarga nahyoora. Bahkan pemerintah juga sangat segan dengannya. Dia bukan orang biasa".

Shu memarkirkan mobilnya, di sebuah rumah sakit besar. Dia masuk dengan santai kedalam. Banyak petugas rumah sakit yang membungkuk saat dia datang. Wajar saja, rumah sakit ini adalah milik keluarga nahyoora. Sekaligus rumah sakit terbesar di kota.

"Siang tuan Shu, ada yang bisa saya bantu?". Tanya resepsionis.

"Apa jenazah pembunuhan tadi malam, dipindahkan kesini?"

" Benar pak, sekarang jenazah ada di ruang autopsi".

"Baiklah, terima kasih".

Shu pergi keruang autopsi, disana sudah banyak petugas rumah sakit. Mereka langsung membungkuk hormat saat Shu datang.

"Siang tuan Shu". Shu mengangguk membalas salam.

"Saya yang akan melakukan autopsi". ujar Shu. Para petugas keheranan, tidak biasanya bos mereka ini ingin ikut campur dalam pengoperasian.

"Baik pak".

Di bantu dengan beberapa petugas, Shu melihat lubang besar di tubuh korban. Pria itu menduga, bukan manusia yang melakukannya. Shu menemukan serpihan batu hitam di tubuh korban. Dia mengambil batu itu tanpa di ketahui siapapun.

"Ada yang tidak beres". Batinnya.

ΩΩΩ

Seorang gadis cantik tengah berjalan sendirian di gang sepi, gadis itu terlihat frustasi. Tiba tiba, gadis itu seperti merasa ada yang mengawasinya. Dia melirik kesana sini, tidak ada siapapun. Hanya angin yang bersiur, membuat bulu kuduknya berdiri. Gadis itu berjalan pelan, dari dalam saluran air yang di lewati gadis itu, sebuah akar hijau merambat mengikutinya.

Gadis itu melihat kebelakang, tidak ada apapun. Kembali berjalan, sedikit berlari. Akar itu masih tetap mengikutinya. Bahkan bayangan hitam berbentuk rantai muncul di dinding gang.

Gadis itu mendengar suara gemericik, dan suara gesekan benda berat. Langkahnya terhenti, melirik kebelakang masih tidak ada apapun. Gadis itu bernafas lega, tapi saat dia berbalik, dia dikejutkan dengan penampakan seorang gadis berlumuran darah yang di gantung oleh rantai hitam. Rantai itu mencekik leher gadis itu dengan kuat, sampai memutuskan kepalanya.

Kepala itu menggelinding ke arah gadis yang berdiri terpaku. Gadis itu berteriak histeris, tapi sebuah akar hijau, melilit kakinya dan menariknya kedalam saluran air.

"TOLONG!!". hanya tas si gadis yang tersisa. Dari dalam bayangan muncul mata merah yang menyala seperti asap, kemudian menghilang.

Dua orang yang bertugas untuk mengecek saluran air tengah berjalan santai dengan senter di tangannya.

"Bob, kenapa tiba tiba merinding ya?".

"Perasaanmu saja mungkin, kita sudah sering melakukan ini. Kenapa harus takut".

Dua petugas itu terus berjalan untuk mengecek. tiba tiba, senter tejatuh. Dua orang itu terpaku tidak bisa bergerak. Di depan mereka, seorang gadis tergantung oleh akar hijau. Rambutnya yang panjang menutupi wajahnya. Tubuhnya berlumuran darah dan tercabik cabik. Juga, terdapat lubang besar di perutnya.

"Dua orang petugas kebersihan, menemukan mayat seorang gadis yang tergantung di saluran pembuangan. Kondisi korban sangat mengenaskan, sama seperti korban sebelumnya, terdapat banyak bekas cabikan dan lubang besar di tubuhnya. Polisi menduga, pelakunya adalah orang yang sama. Pemerintah semakin menganggap serius kasus ini. Satuan kepolisian di kerahkan. Masyarakat dihimbau untuk selalu berhati hati, terutama pada malam hari".

"Sebanyak apapun polisi yang mencari, mereka tidak akan menemukan pelakunya". Ucap gadis cantik yang sedang melihat berita pagi itu.

" Shania, kamu datang tidak bilang?". Jean datang dari pintu luar, sembari membawa sayuran segar.

"Kejutan" ucap Shania tersenyum.

"Dasar kamu ini, Zikra tidak ikut?". Tanya Jean.

" Tidak, Zikra ada meeting hari ini". Jean hanya mengangguk. Shania kembali fokus melihat berita, sembari mengelus kururu di pangkuannya.

ΩΩΩ

DUARRR

"Cukup untuk hari ini, kekuatanmu meningkat drastis" ucap kyu.

"Sudah tiga bulan, bagaimana keadaan di kota". Sinka mengatur nafasnya.

"Mungkin kita harus pulang untuk memeriksa" saran kyu. Sinka mengangguk.

----------------

~Burung merpati yang terbang, bahkan tidak bisa melewati langit. Gelapnya udara, menghasilkan butiran salju putih dari arakan awan. Malaikat pelindungku, mencarinya dalam ketidaktauan. Meski harus membeku dalam dinginnya bunga es, melihatmu sekali lagi adalah harapanku~

----------------


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login