Download App

Chapter 2: Part 01

"Ulangi lagi dari awal" Alex dengan sangat menyebalkan melempar kertas ujian ke atas meja Denver.

"Apaa!? Apa kau bercanda?!" Denver berseru tidak percaya.

"Aku menghabiskan hampir 2 jam untuk menjawab pertanyaan itu!" Denver dengan frustasi mengutarakan ketidaksetujuannya, menunjuk kerjas ujian yang berserakan, sembari membentuk huruf X dengan tangannya. Denver menatap tajam pria yang berdiri di depannya.

'Namaku Denver. Aku sebenarnya cukup pintar, hanya saja tidak untuk ilmiah. Oh Tuhan, aku sangat membencinya! Hanya karena itu, aku harus menyewa guru les pribadi jadi aku bisa mempertahankan nilai di ujian akhir dalam 3 minggu ini.'

'aku sangat kesal tentang itu! Kalau bukan demi ayah ku, aku tidak akan berjuang setengah mati hanya demi lulus dari universitas. TAPI! ayah ku yang sialnya seorang PROFESSOR di universitas dimana aku belahar. Dan kalau aku gagal, aku akan mempermalukan namanya. Belum lagi dia juga dianggap sebagai salah satu profesor terbaik.'

'Sayangnya, aku malah menyewa seorang tutor tirani ridak berperikemanusiaan bernama Alex, yang selalu menyuruhku menjawab tes sampel berulang kali. Dia sangat kejam dan sombong. Aku mempekerjakannya dari situs online, tapi berdasarkan dari latar belakangnya dia adalah tutor yang sangat baik, pembelajaran perjamnya juga terbilang agak mahal. Dia orang yang sibuk, menurutnya...'

"semuanya SALAH!" Alex menggeram gemas

"GAK PEDULI! Apakah aku memang harus mengerjakan ini lagi!? Kenapa tidak memberi beberapa kuis kuisoner lainnya?!" dengan marah Denver berteriak padanya.

'Orang ini benar - benar penuntut. Memangnya dia pikir aku apa, robot!?'

Alex menaikan alisnya dan menatap Denver. "Baiklah."

Katanya dan meletakan lembaran kerjas soal yang sedang dia pegang keats meja.

"Kurasa aku harus melakukannya dengan caraku sendiri. Mulai hari ini, untuk setiap kesalahan yang kau buat, kau harus S*x dengan ku sebagai hukuman" Katanya dengan tegas dan berwibawa, setelah itu Alex pergi.

Denver tercengang. 'apakah barusan dia bilang s*x dengannya? Apakah dia sadar kalau kita berdua sama sama pria?'

Denver rasa dia telah menggali kuburannya sendiri.

~~~~~

"Bagaimana les tambahan mu nak?" ayah Denver tiba tiba bertanya sembari membalik halaman koran yang sedang ia baca.

Denver menelan ludah sebelum menjawab ayahnya. "semuanya lancar, aku juga banyak belajar"

"Baguslah kalau begitu. Semoga berhasil dengan ujian akhir mu nnti. Ini sudah agak lama setelah kau memperkejakan pria bernama Alex itu kan?bagaimana caranya mengajar?" Ayah Denver bertanya beberapa pertanyaan, dan masih fokus dengan koran nya, sebwlim dengan hati hati menyesap kopi dari gelas favorit nya.

"Well....." Denver terdiam, bingung harus menjawab apa, larena beberapa minggu ini memang bagaikan neraka untuknya. Alex membuat Denver melakukan hal yang bodoh dengannya - dengan paksaan!

~~~~~

[Flashback]

"Ku salah lagi." Alex berkata dengan lemah sembari memijat pelipisnya. 'Mungkin dia marah' batin Denver menatap Alex diam.

Denver sudah gagal dalam tesnya selama 4 hari berturut, dia mengumpat dalam hati, menyalahkan otaknya yang tidak mau menyerap semua pengetahuan tentang ilmiah.

"Aku akan melakukannya lagi, aku janji tidak akan gagal lagi!" segera kata Denver. Tangan Denver juga bergetar seperti anak ayam, ia merasa merinding karena Alex, karena Alex jyga bersifat cukup aneh belakangan ini, dan Denver juga tidak tahu kenapa.

Kadang Denver merasa itu berhubungan dengan yang dulu ia katakan.

"Lupakan saja Denver, kepalaku akan semakin sakit karena mu" Alex berkata dengan cemas sebelum menghela nafas.

Kemudian Alex berdiri dan mulai membuka celananya. 'Apa yang dia lakukan!?'

"Kenapa kau melepas celana mu?" tanya Denver dengan bingung.

Alex terlihat tidak peduli dan tetap melanjutkan apa yang sedang dia lakukan. "aku memberimu hukuman hari ini. Kau gagal" kata Alex menyeringai.

"Apa!? Ala yang kau coba lakukan?" Denver dengan gugup membalas perkataan Alex.

"Tidak bisakah kau melihat?" Kata Alex dengan suara seraknya dan pada saat yang sama, celana nya jatuh ke kakinya.

Penis Alex telihat sepenuhnya, dan itu sangat jelas berdiri meminta perhatian. 'Fuck!' Denver mulai bersemangat, dan tiba tiba mulai terangsang.

"Alex... Apa ini?" Denver tergagap dengan nafas yang berat, dan keringat yang bercucuran.

"Kemari, jongkok depan ku dan lakukan sesuatu pada penisku" perintah Alex tanpa bekedip.

"Lakukan sesuatu.... Maksudmu blowjob?! Apa kau sudab gila!? Kita berdua sama sama pria, Alex! Dan aku tidak homo!" tegur Denver mengira Alex sedang mengigau.

Alex tersenyum dengan nakal pada Denver. "aku tidak peduli apakah kau normal atau tidak. Hisap penisku. SEKARANG!" Alex megabaikan teguran Denver. "Kau ingin lulus bukan? Kalau kau tidak mengikuti apa yang aku perintahkan padamu, aku tidam akan lagi membantumu dengan masalah ilmiah mu." ancam Alex.

"Hah! Ternyata kau ini pengejut juga, sekarang kau mau memerasku!" Denver dengan berkacak pinggang berani membalas omongan Alex, seolah menertawakan omongan yang baru saja Alex ucapkan.

Si Iblis terlihat tidak waras, bahkan tertawa dengan kencang. "Baiklah, sedang belajr dengan mu , tuan Acosta" setelah mengucapkan itu, Alex mengenakan celananya dan membereskan barang barangnya.

'Tunggu, dia serius tentang itu? Tidak! Dia tidak bisa pergi, aku butuh bantuannya"

"Kemana kau akan pergi?" Denver mencoba untuk tetap santai meskipun dia sudah bergetar takut atas konsekuensi yang mungkin terjadi.

"Pergi" Alex dengan singkat menjawab tanpa menoleh ke Denver, dia terdengar kecewa.

"T-tunggu! Jangan pergi" Alex menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Denver. Jantung Denver berdetak lebih kencang saat Alex menatapnya.

"Baiklah. Kalau begitu apakah artinya ya?" Alex menyeringai dan bertanya.

Satu satunya yang bisa Denver lakukan hanya mengangguk dengan mata berkaca. 'Aku baru saja menelah harga diriku mentah mentah)

[End of Flashback]

~~~~~

"Denver? Apakah ada masalah?" Ayah bertanya heran saat Denver tidak segera menjawab.

"Huh...ah... Tidak masa- maksudku Alex guru les yang baik, Yah" jawab Denver segera setelah tersadar dari lamunan nya.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi". Kata Ayah Denver setelah beberapa saat menatap mata Denver dengan menyelidik.

"Baik, Yah."

'Hampir saja, untung saja Ayah tidak menyadari ada yang aneh. Kalau ia sadar, aku lasti dalam masalah! Dia pasti tahu semuanya"

~~~~~

Saat ini Denver ada di depan apartmen Alez. Alex meneleponnya satu jam yang lalu untuk mampir, yang katanya mereka akan melakukan suatu hal yang penting.

Denver mengetuk 3x sebelum membuka pintu. Alex langsung tersenyum begitu melihat Denver. 'Sial! Kenapa senyumnya terlihat sangat tampan!? Kenapa aku terpana dengan pria lain?ini tidal mungkin!'

"Masuk" Alex berkata dengan suara rendahnya. Dia terlihat sedang tidak baik hari ini.

Denver mengikuti Alex kedalam apartemen, dan sangat terkejut saat melihat apartemen yang tertata rapi, dan duduk di sofa. Alex bilang kalau dia hendak mengambilkan minum untuk mereka. Denver melihat interior sekitar apartment tersebut. Sangat nyaman. Sebenarnya ini pertama kali Denver datang kesitu, karena Alex lebih sering mengajar di rumah Denver.

"Silahkan, maaf, aku kehabisan teh dan kopi, semoga tak apa dengan soda." kata Alex meletakan segelas soda di meja kecil.

"Tidak apa." Denver meneguk cola dalam gelas tersebut sebelum berkata lagi. "Omong omong, kenapa kau memanggil ku kemari?" Denver mengalihkan topik dengan bertanya.

Alex meletakan paha kananmya diatas paha kirinya, dan menatap Denver dengan mengitimidasi. "Aku sangat terangsang."

"Huh!?" seketika Denver menoleh ke arah Alex.

"Aku membutuhkanmu untuk memuaskan penis ku, Denver"

"APAA!?"

"Aku membutuhkan mj untuk memuaskan penisku, Denver." Alex mengulangi kalimatnya, dan itu terus menggema di kepala Denver. 'apa yang aku dengar ini benar?'

"A-Alex... Ini GILA!!"

"Aku tahu, jadi lakukan sekarang." Dengan singkatnya Alex menjawab demikian. Denver hendak menangis, namun pada akhirnya ia tetap melakukannya.

~~~~~

Denver tidak sadar bagaimana ia ada di kamar Alex. Dia sudah telanjang bulat. Penisnya keras, dan seolah akan meledak kapan saja. Denver hanya bisa melahapnya sekali. Alex ingin Denver memuaskan penisnya dengan mulut Denver.

'Bisakah aku melakukannya? Bahkan apa aku tahu bagaimana cara melakukannya?! Aku tidak pinya pengalaman dalam hal seperri ini. Aku tidak pernah menghisap milik pria seumur hidup ku.'

"Kenapa kau telihat pucat?" Alex berkomentar saat Denver telihat melamun. Denver tersadar dan merasa seluruh darahnya mengalir menuju pipinya. Denver pucat karena merasa sangat gugup.

"Uh...Apa? Tidak. Aku tidak pucat"Denver mengelak. Ini pertama kalinya Denver akan menghisap penis orang lain, hanya karena gagal dalam ilmiah, dan ia tidak ada pilihan lain selain melakukannya.

Alex menyeringai dengan kepuasan. "Jdi begitu.. Kau gugup" ia memulai. "Jangan khawatir, aku akan mengajarimu."

"Apa! Aku tidak perlu ajaran mu! Aku bisa melakukannya sendiri!" Denver dengan kesal menjawab. Alex terlalu meremehkan Denver.

"Kalau begitu mulai, aku tidak bisa menunggu lebih lama" kata Alex dengan serius.

Denver berlutut, menghadap penis Alex. Pipinya semakin merah saat melihat urat penis Alex dari dekat. 'apakah ini bensr? Aku akan menghisap penis yang sangat besar miliknya?!".

Denver dengan perlahan membuka mulutnya. Mulai menjilat ujung penisnya. Ia mendengar Alex mendesah keenakan."

'Sial! Kenapa suaranya sangan menggoda!?'.

Denver tetap menjilat penis Alex yang berkedut perlahan memutar seolah sedang menggodanya. Denver merasa sedikit tidak nyaman mengingat dia tidak punya pengalaman dalam hal ini, tapi ia pernah sex dengan perempuan, dan begini bagaimana mereka melakukannya. Itu sangat memberi kenikmatan bagi Denver kala itu.

Dari yang Denver lihat, Alex juga menyukai apa yang sedang ia lakukan. Menjilat ujung penisnya.

"Ugh!" Alex mengerang saat Denver mulai menghisap penisnya. "D-Denver... Hisap semua." Alex memerintah disela sela nafasnya.

Denver melotot ngeri. 'apa!? Aku pasti tersedak! Penisnya terlalu besar!' meskipun Denver ragu, ia masih mencoba mematuhi apa yang Alex mau.

Itu sangat melelahkan! Saat ini Denver sedang menghisap penis pria lain, dan rasanya menjijikan bagi Denver. Rasanya seperti kejantanan Denver direnggut dari nya. Alex terlalu mempermalukan Denver. 'Andaikan aku tidak butuh bantuannya!'

"Mph...mmm...mphh" Denver mengerang tidak nyaman, dan terdengar seperti pelacur menurutnya.

"Mm...Ahhh. Shit! Denver, Kau pintar" Alex berkomentar disela desahan huskynya. "aku tidak menyangka akan senikmat ini". Tambahnya. "Haah..."

Desahan Alex dan ucapannya membuat Denver hampir keluar.

Hisapan Denver semakin cepat, dan erangan Alex semakin keras. Milik Denver juga semakin menjadi jadi dibawah sana.

"Fuck! Denver. Lanjutkan, aku hamoir keluar." ucap Alex semakin menarik rambut Denver semakin kencang, sembari penis Alex juga semakin kencang di mulut Denver.

"Aku... Keluarr! Denver!"

"M-Mpphh!". 'Sial! Dia keluar di dalam mulut ku!'

Alex menahan Denver yang hendak mengeluarkan penis dari dalam mulutnya. Denver mau tidak mau menelan sperma Alex yang dikeluarkan sangat banyak.

Setelah mengeluarkan seluruh sperma yang lengket dan sangat banyak, akhirnya Alex melepaskan cengkraman di rambut Denver. Akhirnya penis Alex juga keluar dari mulut Denver, terbatuk dan terengah.

"Kenapa kau keluar dalam mulut ku?!" dengan marah Denver bertanya pada Alex dan menyeka sisa sperma yang mengalir ke dagu.

Alex hanya diam mengejek seolah tidak terjadi apa apa diantara mereka. "Aku hanya ingin melakukannya" Ucap Alex dengan sinis, bahkan tidak menanyakan apakah Denver baik baik saja.

"Sialan kau! Kau tahu ini pertama kali bagiku melakukan ini, dan kau menakutiku!" Denver dengan enggan menjawab. Ia langsung terdiam setelah mengatakan itu, takut kalau Alex akan mempermalukannya lebih lagi.

Alex menyeringai semakin lebar dan semakin tertarik pada Denver, penisnya sekali lagi berdiri dan menheras. "Fuck! Denver, kau perjaka bukan?" Tebak Alex dengan takjub dan terlihat nafsu terpendam dalam matanya.

Denver terbelalak mendengar ucapan Alex. "Apa? Aku tidak perjaka, aku sering tidur dengan banyak wanita, kalau kau ingin tahu" Denver membual, ingin melihat apakah mereka satu level atau tidak.

"Aku tidak membahas berapa banyak kau tidur dengan wanita Denver. Aku bicara tentang kau sex dengan pria." Ucap Alex memperjelas maksud pertanyaannya.

"Hah? Apa maksudmu?"

"Jadi, kau benar masih perjaka" Alex tertawa setelah mendapatkan jawaban.

'Apakah mataku salah lihat atau memang benar kalau Alex sedang menggigit bibir bawahnya dengan nakal dan sangat sexy? Fuck! Aku terangsang lagi'.

"Aku bilang aku tidak per-!"

"Kita akan sex besok." potong Alex. "Ini akan berlangsung sampai kontrak ku denganmu selesai." Alex bahkan mengingatkan Denver.

"Apa! Kau tak bisa seperti ini Alex! Ini sangat tidak adil!" Denver berteriak pada Alex sembati berdiri untuk mencekik dan mendorong Alex, tapi ia berhasil menghindari Denver.

"Jelas aku bisa. Kau milik ku Denver! Dan hanya aku pemilik mu sekarang". Ucap Alex dengan nada rendah, tegas dan posesifnya.

Denver merasa seluruh tubuhnya merinding dan mati rasa. Ia merasa kalau ini sudah berakhir.

'Bagaimana bisa aku berakhir menjadi mainan guru les ku?!'

—————°°°

Haii... Ini pertama kali aku coba untuk nerjemahin pakai bahasa aku sendiri, semoga kalian suka dan pahamnya? Jangan sungkan untuk mengoreksi kalimat yang menurut kalian kurang baik ya .

Maaf updatenya agak lama, berhubung tempat kerja ku belakangan ini agak ramai, dan karena pergantian shift, jadi cukup sulit cari jam luang nya.

Sekian dulu, terimakasihh.... Btw masih ada lanjutanya, semoga banyak yg nungguin juga ❤️


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login