Download App

Chapter 2: Perpisahan dan Surat Yang Tertinggal

Satu minggu setelah sidang perceraian. Sebuah panggilan telepon masuk ke ponsel Yunho. Nomer asing.

"Halo? Yu..yunho? Ini aku.."

"Untuk apa menghubungiku. Hubungan kita sudah berakhir."

"Aku hanya ingin bertanya, apakah ada barangku yang tertinggal di rumahmu? Aku kehilangan sebuah buku. Buku catatanku, warnanya hitam, ukurannya---"

"Tidak ada. Aku sudah membuang sisa barangmu."

"Membuangnya?"

"Ada yang lain?"

"...tidak.. maaf mengganggu waktumu. Terima kasih.. selamat tinggal."

-bib-

Yunho segera memblokir nomor tadi. Yunho tidak ingin berhubungan dengan pria itu lagi. Amarahnya masih tersisa. Kesepakatan itu hampir saja berhasil jika pria itu tidak melakukan hal yang memalukan itu.

---------

Beberapa hari kemudian saat Yunho sedang membersihkan lantai, vaccum cleanernya tidak sengaja menarik sebuah buku kecil berwarna hitam dari bawah meja di kamar bekas Jaejong tinggal. Yunho memungutnya. Apa ini buku yang dimaksud? Yunho penasaran kenapa Jaejong sangat menginginkan buku ini ditemukan. Yunho membukanya. Rupanya sebuah buku diary. Yunho membacanya sekilas.

6 Januari

Ibu. Aku merindukanmu.. aku sangat kesepian..

20 Januari

Ibu, ayah tidak lagi mau membiayai pengobatanku. Dia berkata uangnya hanya akan habis sia-sia karena aku tidak akan sembuh meskipun diobati. Tapi tidak apa-apa. Aku masih punya tabungan, aku masih bisa berobat sendiri. Ayah harus menabung banyak untuk keperluan anak-anaknya. Ibu, aku merindukanmu..

13 Mei

Ibu, tabunganku habis, aku tidak bisa melanjutkan pengobatanku lagi. Tapi tidak apa-apa, ini baru stadium 2. Sakitnya tidak selalu muncul. Aku masih bisa menahannya. Ibu, aku merindukanmu..

15 Juni

Ibu, Ayah menjodohkanku dengan seorang pria. Ya, pria. Sebenarnya aku bukan penyuka sesama jenis, tapi ayah berkata setidaknya aku harus berguna untuknya sebelum mati karena pernikahan ini menghasilkan uang. Memang benar, aku sudah banyak berhutang padanya untuk pengobatanku dulu, jadi aku tidak bisa menolaknya. Aku akan menikah bulan depan. Aku tidak mengenal pria itu, tapi semoga saja dia baik. Ibu, aku merindukanmu..

27 Juli

Ibu, hari ini aku menikah. Aku sangat tampan hehe. Dia juga sangat tampan. Aku belum pernah menyukai pria sebelumnya, tapi ntah kenapa aku langsung terpesona begitu melihatnya di altar tadi. Tenang saja, meskipun ini hanya kontrak 2 tahun, Aku akan berusaha sebaik mungkin melayaninya seperti ibu melayani ayah dulu. Oya, namanya Jung Yunho. Ibu, aku merindukanmu..

2 Agustus

Ibu, hari ini aku menerima foto pernikahanku, sangat indah, aku memasangnya di kamarku supaya bisa kulihat setiap hari. Ah.. andai saja ibu ada di foto itu. Aku menempelkan foto ibu disana supaya bisa melihat ibu juga setiap hari hehe. Ibu, aku merindukanmu..

10 Agustus

Ibu, hari ini Yunho untuk pertama kalinya memakan masakanku hahaha aku sangat senang, sepertinya dia menyukainya, piringnya bersih, aku memang pandai memasak seperti ibu. Ibu, aku merindukanmu..

20 Agustus

Ibu, Yunho menolak aku melayaninya. Tapi tidak apa-apa aku akan tetap membuatkannya makanan yang enak setiap hari kalau-kalau dia lapar. Ibu, aku merindukanmu..

5 November

Ibu, hari ini aku sangat bosan. Tadi pagi aku ingin ikut Yunho jalan-jalan tapi tidak diijinkan. Padahal aku sangat ingin melihat pemandangan seperti yang ada di dalam foto-foto yang dia ambil. Ah? Apa aku sudah cerita kalau dia seorang fotografer? Jepretannya bagus sekali! Dia sangat berbakat! Dia menyukai pemandangan alam. Setiap hari libur dia akan pergi berburu pemandangan untuk foto-fotonya. Semoga suatu hari nanti aku bisa ikut. Aku sangat menyukai pemandangan pantai itu.. Ibu, aku merindukanmu..

11 Januari

Ibu hari ini untuk pertama kalinya Yunho memarahiku, aaah ntah kenapa akhir-akhir ini aku jadi ceroboh, aku sering melupakan barang-barangku. Yunho suka kerapian, dia akan marah kalau barangku berserakan di rumahnya. Aku merasa sangat bersalah. Aku akan lebih berhati-hati lagi.. Ibu, aku merindukanmu..

27 Maret

Ibu hari ini lagi-lagi Yunho memarahiku, aku lupa mematikan air keran sampai membuat dapur rumahnya tergenang air. Aaah kenapa aku sangat bodoh! Aku seperti orang tua yang sudah pikun.. ibu.. bagaimana ini.. aku takut Yunho akan semakin membenciku.. Ibu, aku merindukanmu..

14 Juni

Ibu.. aku hampir membuat rumah Yunho kebakaran hari ini karena lupa mematikan kompor.. untung saja Yunho punya alarm kebakaran dan spray otomatis di rumahnya.. rumahnya sudah penuh asap.. ibu.. aku sudah mengecewakan Yunho.. apa yang harus kulakukan.. ingatanku semakin parah.. apa ini karena aku tidak pernah berobat lagi? Ibu, aku merindukanmu..

27 Juli

Ibu, hari ini hari perayaan 1 tahun pernikahanku. Aku membuat hidangan istimewa, tapi Yunho tidak pulang ke rumah, sepertinya sedang banyak pekerjaan. Tidak apa-apa aku bisa menghangatkannya untuk besok. Happy anniversary untukku! Ibu, aku merindukanmu..

30 September

Ibu hari ini aku membuat Yunho malu.. kami terlambat datang ke sebuah acara penting karena aku terus menerus salah memakai pakaian.. ibu.. penglihatanku semakin buruk.. aku mulai tidak bisa membedakan warna.. warna-warna itu sangat kabur, semuanya terlihat seperti abu-abu.. apa lama-kelamaan duniaku hanya akan menjadi hitam dan putih? Ibu aku takut.. aku merindukanmu..

19 Oktober

Ibu sakit sekali.. sakit kepalaku semakin sering muncul akhir-akhir ini.. obat pereda nyeriku sudah lama habis.. ibu tolong aku.. ibu..

3 November

Ibu.. aku tidak tahan.. sakit sekali.. semakin sakit setiap hari.. ibu.. temani aku.. ibu..

21 Desember

Ibu.. sakit....

29 Januari

Ibu.. Yunho sudah benar-benar membenciku, dia bahkan tidak mau membelikanku sedikit obat.. jika aku bilang padanya tentang penyakitku apa dia akan semakin marah? Ayah selalu bilang penyakitku ini merepotkan, menghabiskan semua uangnya.. aku tidak ingin Yunho merasa terbebani seperti ayah.. aku hanya istri kontraknya.. ibu.. sakit sekali... ibu aku ingin bersamamu..

12 April

Ibu.. hari ini Yunho marah besar karena mengira aku berselingkuh.. itu ayah.. ayah membuat rekayasa menggunakan foto wajahku, dia memeras Yunho supaya Yunho segera menceraikanku sebelum kontrak pernikahan kami berakhir.. ayah menginginkan harta Yunho.. ibu, aku tidak pernah berselingkuh.. berjalan jauh saja aku sudah tidak kuat, apalagi bercinta dengan seseorang.. ibu aku belum pernah melakukannya dengan siapapun.. percayalah.. 

15 April

Ibu, Yunho memukulku.. dia benar-benar memukulku.. ayah mengiriminya foto palsu lagi.. Aku tidak bisa menceritakan yang sebenarnya, aku tidak ingin membuat ayah malu.. ibu apa yang harus kulakukan.. dia tidak percaya padaku..

30 Mei

Ibu.. aku menerima surat cerai dari Yunho.. apa yang harus kulakukan.. tinggal sebentar lagi sampai kontrak itu berakhir.. Yunho bisa menerima kebebasannya.. Yunho akan sangat dirugikan jika kami bercerai sekarang.. ibu.. kepalaku sakit sekali..

8 Juni

Ibu.. aku terpaksa menandatangani surat itu.. aku menyesal.. seharusnya aku membiarkan saja Yunho membunuhku, toh sebentar lagi aku juga akan mati. Ah! Aku sangat bodoh!

10 Juni

Ibu.. sakit sekali.. penglihatanku semakin parah.. banyak bintik hitam menutup pandanganku..

15 Juni

Ibu..bintik hitam itu semakin banyak.. aku takut.. ibu..

20 Juni

Ibu.. semuanya buram.. aku sudah tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas lagi.. pendengaranku juga mulai berkurang.. padahal ini hari terakhir kami bersama.. aku ingin melihatnya.. besok kami akan resmi bercerai.. ibu.. aku takut.. ibu.. kurasa sebentar lagi kita akan bertemu.. aku akan membakar buku ini sebelum aku mati, supaya kau bisa membacanya sebelum aku tiba, sambut aku oke?

Tangan Yunho bergetar. Beberapa tetes air mata membahasi buku yang sedang dipegangnya. Bibirnya bergetar. Apa yang sudah dibacanya tadi? Yunho berusaha tidak mempercayai semua itu. Yunho mengulang lagi membaca isi buku itu. Yunho bisa melihat tulisan rapi Jaejong di awal buku lama-kelamaan menjadi acak-acakan, tulisan itu tidak lagi mengikuti garis buku di halaman-halaman terakhirnya. Beberapa bahkan seperti ditulis asal dan kusut. Ada juga halaman yang sobek berlubang seperti dikerat dengan ujung pena.

Napas Yunho menjadi berat. Seakan ada batu besar yang menahan dadanya. Air mata semakin deras mengalir ketika mengingat perlakuannya pada Jaejong. Bahkan sebutir obat pun dia tidak mau membelikannya. Yunho menggigit tangannya sendiri untuk menahan suara isakan. Dia mengingat lagi penampilan Jaejong yang semakin lama memang terkihat semakin pucat dan kurus. Lalu darah dari hidung saat dia memukulnya itu.. Yunho semakin kuat menggigit tangannya sambil memejamkan mata menyesali semua hal yang sudah dia lakukan..

Jaejong..

Napas Yunho memburu, dia harus menolong Jaejong! Mungkin belum terlambat. Yunho berlari menuju mobilnya. Menginjak dalam-dalam pedal gasnya menuju rumah Jaejong.

Yunho memarkir mobilnya sembarangan di halaman rumah itu lalu berlari menuju ke pintu masuk rumah, rumah keluarga Kim, tempat Jaejong tinggal sebelum menikah dengannya. Dia menggedor pintu rumah itu. Menggedornya tanpa menunjukkan kesabaran sedikitpun. 

CEKLEK.

Yunho mendorong pintu dan langsung menerobos masuk tanpa menunggu pintu dibukakan untuknya. Orang yang membuka pintu itu meneriakinya, tapi Yunho tidak peduli, dia bahkan tidak ingin tahu siapa itu. Yunho hanya ingin mencari Jaejong dan membawanya pergi.

Yunho membuka setiap pintu yang dilewatinya. Beberapa orang berusaha menahannya, tapi dengan mudah disingkirkan oleh Yunho. Yunho tidak menemukan Jaejong di lantai 1, dia kemudian berlari ke lantai 2. Orang-orang di rumah itu masih mengejar sambil sesekali menahannya ketika berusaha membuka pintu-pintu rumah mereka. Yunho sama sekali tidak berusaha mendengarkan mereka, dia hanya fokus mencari Jaejong. Sampai kemudian dia melihatnya.. 

Jaejong sedang meringkuk di atas tempat tidur.. sambil menggigit bantal dan mengerang menahan sakit.. sejak perceraiannya dengan Yunho, hanya itu yang bisa dia lakukan. Sakit kepalanya datang setiap jam. Makanan sudah sulit masuk ke perutnya, dia selalu memuntahkan apa saja yang dimakannya. Bekas muntahan terlihat berserakan di bawah tempat tidurnya. Keluarganya bahkan tidak repot-repot membersihkan atau membawanya ke Rumah Sakit dengan kondisi seperti itu. Mereka seperti membiarkannya meregang nyawa di sana...

Yunho mengepalkan tangan menahan emosi dan air matanya. Dia segera mengangkat Jaejong dalam pelukan kemudian membawanya keluar dari rumah itu.

"...nnnnggh... ....Siapa..."

Tanya Jaejong lirih.

"Suamimu."

Yunho mempererat dekapannya.

Yunho langsung membawa Jaejong ke Rumah Sakit terbaik di kota itu.

---------------

Jaejong terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Sudah beberapa hari ini dia berada di sebuah kamar rawat mewah. Yunho benar-benar memberikan yang terbaik untuknya. Dokter sering memberinya pereda nyeri dan obat penenang untuk menghilangkan sakitnya. Saat ini matanya terpejam. Beberapa selang dan kabel menempel di tubuhnya. Suara monitor pendeteksi detak jantung terdengar, menghalau kesunyian di ruangan itu. Hanya ada mereka berdua, Jaejong dan Yunho. Yunho menggenggam erat tangan yang terbaring. Sesekali tangan itu akan membalas lemah genggamannya meskipun dengan mata terpejam.

Seorang dokter dan perawat masuk untuk memantau keadaan Jaejong.

"Maafkan kami Tuan Jung, kami tidak bisa melakukan banyak. Tumor di otaknya sudah berada di stadium 4. Andai dia menjalani perawatan lebih cepat, operasi dan kemoterapi mungkin masih bisa membantu."

Yunho tidak bisa merespon. Tenggorokannya tercekat. Dia berusaha mati-matian untuk menahan air mata di pelupuk matanya. Dia tahu itu. Jaejong tidak akan bisa sembuh lagi. Dia menyesali kenapa dia tidak mengetahuinya lebih cepat. Kenapa dia selalu mengabaikan Jaejong. Kalau saja dia lebih memperhatikan perubahan Jaejong saat masih menikah, mungkin..

Air mata itu akhirnya menetes, Yunho tidak sanggup lagi nenahannya. Dia membungkam mulutnya agar tidak ada suara isakan yang terdengar.

"Berapa lama lagi?"

"Tidak bisa dipastikan. Mungkin beberapa hari.. mungkin besok.. mungkin hari ini.. aku tidak tahu.. maaf Tuan Jung.."

"Terima kasih. Anda bisa pergi Dokter."

Sejak Jaejong dirawat, Yunho selalu menemani Jaejong, dia mengambil cuti panjang supaya bisa menemani Jaejong sepanjang hari. Terkadang Jaejong bangun dan tersenyum ketika mendapati Yunho masih bersamanya. Yunho tahu Jaejong mungkin sudah tidak dapat melihatnya lagi sekarang, untuk itu dia selalu menggenggam tangan Jaejong agar Jaejong tahu jika dia selalu ada di sampingnya.

"Yunho...."

"Mn. Apa ada yang kau inginkan?"

"Tolong bakar ini untukku.."

Jaejong memegang buku yang selalu ada di samping tangannya. Yunho sudah memgembalikan buku diary itu kepada Jaejong.

"Kenapa dibakar?"

Yunho berpura-pura tidak mengetahuinya.

"Aku ingin ibu menyambutku.."

Jaejong tersenyum lemah.

"Kau tidak akan pergi ke mana-mana."

Yunho masih menolak untuk mengakui kenyataan di depan matanya.

Jaejong meremat tangan Yunho sambil tersenyum.

"Yunho, aku bosan, bisakah kau mengajakku jalan-jalan.."

Mata Yunho sudah berkaca-kaca, sebuah bola tak terlihat menyumpal tenggorokannya. 

"..Kau ingin melihat pantai?"

"Mn.."

Sore itu Yunho menggendong Jaejong masuk ke dalam mobil. Jaejong sudah melepas pakaian rumah sakitnya, dia memakai pakaian kasual, dia juga melepas semua selang yang menempel di tubuhnya, Jaejong menolak memakainya. Jaejong duduk di kursi depan mobil bersama Yunho. Kepalanya bersandar di jendela. Yunho menggenggam tangan Jaejong sepanjang perjalanan ke pantai. 

Mereka sudah sampai. Yunho terdiam agak lama sebelum keluar dari mobilnya untuk benar-benar membawa Jaejong menginjak pasir pantai. Yunho ingin waktu berhenti berjalan. 

Yunho membalut Jaejong sengan selimut lalu menggendong Jaejong di belakang punggungnya sambil berjalan di sepanjang garis pantai. Melihat debur ombak dan cahaya senja yang mewarnai lautan. Kepala Jaejong bersandar di pundak Yunho. Matanya memandang lemah pemandangan indah itu, Jaejong tersenyum puas, meskipun dia tidak benar-benar bisa melihatnya..

"Akhirnya aku bisa melihatnya langsung.. aku menyukai foto-fotomu saat di pantai.."

"Jaejong.. maafkan aku.."

Yunho berkata dengan suara tercekat.

"Mn.. Bukan salahmu.. kita semua korban.. korban keegoisan orang tua kita.. "

"Jaejong.. bisakah kau sembuh.. Aku ingin membahagiakanmu.."

"Kau sudah melakukannya, aku bahagia sekarang.. kukira aku akan mati membusuk di kamar itu haha.."

"Jaejong.. kumohon.."

"Yunho.. bisakah kita duduk? Aku lelah.."

Yunho menghentikan langkahnya lalu membantu Jaejong duduk. Yunho kemudian duduk di belakang Jaejong agar Jaejong bisa bersandar padanya. Yunho mendekap Jaejong dari belakang. Memeluknya erat sambil menggenggam tangannya.

"Yunho bantu aku membakar buku ini.."

Yunho mengeruk sedikit pasir di sebelah mereka dengan satu tangannya, kemudian menyalakan pemantik, lalu mengarahkan api ke lembaran buku itu. Yunho meletakkan buku yang mulai terbakar itu di dalam ceruk pasir. Jaejong tersenyum ketika mencium asap yang mulai membumbung. Jaejong kemudian kembali menikmati pelukan dan hembusan angin.

"Indah sekali.."

Setidaknya itulah yang Jaejong bayangkan, karena dia sudah tidak bisa melihat.

"Mn."

"Yunho..

terima kasih sudah menjemputku..

terima kasih sudah merawatku..

menemaniku.."

Yunho mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Selembar surat cerai. Yunho kemudian merobek surat itu di hadapan Jaejong. Kemudian ikut membakar surat cerai itu bersama buku hitam tadi. Yunho lalu mengambil sebuah barang lagi dari sakunya. Sepasang cincin. Cincin pernikahan mereka. Jaejong mengembalikan cincin itu ketika menandatangani surat cerai.

Yunho kemudian menyematkan cincin itu ke jari manis Jeejong dan jari manisnya sendiri. 

"Selamanya kau istriku."

Yunho mengecup tangan Jaejong.

"Yunho.."

Jaejong menitikkan air mata.

"Jaejong, tunggu aku sampai aku datang.."

"Dasar bodoh..

jangan cepat-cepat menyusulku..

hiduplah dengan baik.. oke?"

"Mn.."

Suara Yunho mulai bergetar.

"..."

"Jaejong.. Aku mencintaimu.. "

"...Aku juga mencintaimu.."

Yunho kemudian mencium lembut bibir Jaejong.

Hanya terdengar debur ombak, angin, dan suara isak tangis Yunho setelahnya. 

-------------------Tbc.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login