Download App

Chapter 105: Kehampaan dan Masa Lalu

Void, tempat yang hampir tidak memiliki apa-apa. Ruang hampa tak terbatas. Gelap, dingin, serta membuat bulu kuduk merinding. Army berada di dalam void yang memiliki api unggun serta banyak tempat duduk di tengahnya. Monster-monster alias iblis berwujud aneh duduk di melingkar, mereka mengitari api unggun yang menjadi satu-satunya sumber cahaya.

Belial, iblis humanoid dengan tanduk raksasa mengangkat kepalanya, lalu menatap yang lain di sekitar. "Semuanya, masa lalu biarlah berlalu. Kita hanya membuat Kakak teringat kembali dengan mimpi buruknya."

Army tertawa kecil, menandakan bahwa ia tidak keberatan. "Tak apa Belial. Mimpi buruk justru tidak boleh dilupakan, tapi harus diingat terus sebagai pelajaran."

Ia menopang wajahnya dengan kedua tangan di depan. "Karena tentu saja aku ingin selamanya mengingat Abraham dan Seraphina, dua Kakak yang senantiasa merawatku."

Ingatannya masa lalu mulai kembali tergali. Tubuhnya saat itu masih kecil dengan kedua mata yang masih bagus. Ia berdiri menatap ke arah lubang besar yang menjadi kuburan massal di hadapannya. Tatapan kosong pada wajahnya seketika pecah ketika tangan kanannya ditarik.

"Abraham, ada yang masih selamat!"

Army bisa mendengar suara langkah kaki berat yang berlari di belakangnya.

"Sera, cepat! Kita harus pergi sebelum mereka kembali lagi ke sini. Tentara itu tidak akan berhenti sebelum kota Union di sekitarnya binasa!"

Tangan Army ditarik untuk belari. Ia tak sempat berkata apapun, tapi ia sempat melihat gadis berambut pirang panjang yang menarik tangannya. Di depan, berlari seorang laki-laki yang sepantaran dengan gadis itu. Rambut laki-laki itu juga pirang dengan pola berombak dalam potongan yang pendek. Ia terlihat membawa pedang kecil hasil curian pada pinggangnya.

Dantalion, iblis dengan dua kepala dan suara yang menggema berkata, "Ah, mereka berdua adalah orang yang baik ..."

"Mereka benar-benar merawat Kakak seperti keluarganya sendiri ..." tambah Beelzebub, iblis dengan wujud monster lalat raksasa.

Pembicaraan mereka membuat Army teringat lebih jauh dengan kehidupan normal yang pernah ia miliki. Seraphina dan Abraham, dua korban pembantaian yang selamat sama sepertinya. Mereka berdua membawanya pergi jauh dari kota kelahirannya yang telah hancur.

Ia diajari berbagai hal mulai dari cara bertahan hidup, melindungi diri, bahkan belajar tentang ilmu pengetahuan seperti yang diajarkan di sekolah. Abraham dan Seraphina menjadi figur kakak sekaligus orang tua yang hebat bagi Army. Hal itu yang kelak membuatnya bisa menjadi kakak sekaligus orang tua bagi Cherry.

Akan tetapi, cerita indah itu berakhir dengan pahit. Seraphina ditangkap oleh kelompok ajaran sesat dan dipenjara di bawah tanah. Ia hendak dijadikan sebagai wadah bagi iblis kuno yang mereka sembah karena dinilai memiliki darah keturunan yang spesial. Abraham dan Army juga ikut ditangkap untuk dijadikan sebagai dua tumbal terakhir.

Ditengah kerumitan yang terjadi, Seraphina merebut sebilah belati lalu menyayat lehernya sendiri di depan Army dan Abraham.

Sambil tergeletak, ia dengan susah payah berkata, "Pergilah, kalian harus hidup ..."

Kata-kata terakhir Seraphina yang masih Army ingat hingga sekarang. Ia melakukan itu untuk mengalihkan para pengikut aliran sesat sekaligus menghentikan ritual dengan menghancurkan calon wadah, yaitu dirinya sendiri.

Abraham yang berusaha membawa Army kabur pun tak berbeda. Keadaan semakin terdesak setelah berjam-jam mereka berlari mengelilingi ruang bawah tanah yang luas bagai labirin. Penjaga mencari dimana-mana, tapi mereka sudah mulai kehabisan tenaga. Abraham kemudian sampai pada satu kesimpulan ekstrim.

"Army, ingatlah ucapan Sera."

Itulah kata-kata terakhir Abraham sebelum masuk ke salah satu ruangan kosong dan membunuh dirinya sendiri. Ia memenuhi tumbal ritual sekaligus menjadikan Army sebagai wadah yang baru. Ritual akhirnya berjalan ke tahap selanjutnya, yaitu kebangkitan.

Ada satu hal yang tidak diperhitungkan oleh para pengikut aliran sesat. Iblis kuno bukanlah iblis bodoh penurut. Mereka merupakan mahluk cerdas dengan kesadaran tinggi yang sama seperti manusia. Memiliki sifat dasar berupa licik, penentang, serta dipenuhi dengan keingintahuan tinggi. Mereka juga bisa berkomunikasi antar sesama dengan sangat mudah melalui telepati atau alam khususnya tersendiri yang mirip void.

Iblis yang bangkit itu tidak ingin membuang waktunya. Ia memiliki tujuan terpendam yang sudah lama tertahan. Seluruh pengikut aliran sesat diabaikan olehnya karena terfokus pada satu hal, yaitu anak manusia yang berusaha membuka pintu di depannya.

Ia segera masuk ke dalam tubuh Army yang pikirannya sedang tidak stabil. Terjadi penolakan yang cukup kuat darinya, tapi ia tak bisa menahan kekuatan iblis dalam waktu yang lama. Ia bukanlah wadah yang sesuai seperti Seraphina. Ketidaksesuaian membuat proses penyatuan menjadi sangat menyakitkan.

Setelah menyatu, kekuatan kegelapan yang mengalir menjadi tidak terkendali. Dirasuki iblis kuno membuat Army bisa juga bisa melakukan kontak dengan seluruh iblis kuno yang ada. Tanpa sengaja, ia memasuki mode Devil's Incarnation dan memanggil puluhan iblis untuk membunuh semua pengikut aliran sesat.

Devil's Incarnation saat itu tak bisa ia kendalikan. Struktur tubuhnya menjadi sedikit berubah selama itu berlangsung. Tulang-tulang bergeser dari tempat semestinya. Seluruh otot meregang, merespon seperti ada sesuatu yang merayap dalam dagingnya. Muncul sensasi berbisik di dalam kepala. Suara bisikan menggaruk otaknya, menciptakan rasa seperti jarum yang menancap dari dalam. Rasa sakit yang diterima terus-menerus membuatnya kehilangan akal.

Perintah yang ia berikan jadi tak bisa dimengerti karena pikirannya semakin kacau. Para iblis kuno akhirnya menjadi tak terkendali. Mereka melakukan pengerusakan ke berbagai desa dan kota yang ada di sekitar. Rumah-rumah dibakar dan dihancurkan, manusia disiksa hingga dimakan, hewan-hewan ternak dibunuh dengan keji, ladang pertanian dihancurkan hingga rata dengan tanah.

Setelah beberapa jam tersiksa oleh rasa sakit yang tidak membunuhnya, Army kembali sadar, tapi semua sudah terlambat. Para iblis berlutut di depannya saat ia berjalan keluar dari ruang bawah tanah. Di hadapannya, ia melihat kota yang telah hancur lebur. Seluruh bangunan rusak

Lautan api mengamuk di segala sisi. Mayat bergelimpangan dengan genangan darah dimana-mana. Satu-satunya hal yang terdengar hanyalah percikan api serta angin kencang yang membawa pergi rintihan para korban.

Saat menatap ke bawah, Army melihat dirinya sendiri dari pecahan cermin di atas genangan darah. Matanya telah berubah menjadi mata iblis. Merah pekat dengan pupil yang menyerupai kucing. Rambut hitam bergelombangnya juga berubah warna menjadi putih. Tidak hanya penampilan luar, ia juga merasa bahwa terjadi sesuatu yang aneh. Rasa itu adalah efek menuanya seluruh organ tubuh akibat pemakaian kekuatan kegelapan. Ia masih masih anak-anak, tapi seluruh organ, enzim, serta hormon tubuhnya telah mengalami penuaan secara drastis.

Secepat mungkin ia meraih paku yang ada di dekatnya, lalu menancapkan paku itu ke mata kanannya sambil berteriak tidak karuan.

"INI SEMUA KARENA KEBERADAAN KALIAN!"

Ia kembali menusuk mata kanannya berkali-kali.

"SERA DAN ABRAHAM MASIH HIDUP JIKA KALIAN TAK ADA!"

Semua iblis terkejut. Mereka berusaha menghentikannya sebelum membutakan mata satunya lagi. Army terus meronta sambil berteriak selama tubuhnya dipegangi. Disaat itulah Baphomet memperkenalkan diri sekaligus menjelaskan situasi yang terjadi.

Sedikit penjelasan mengenai dunia kegelapan membuat Army teralihkan. Ia diminta agar tidak melukai dirinya lebih jauh lagi. Para iblis meyakinkannya bahwa bekerjasama adalah hal yang baik untuk mereka lakukan. Para iblis kuno haus akan informasi mengenai manusia, tapi sangat jarang ada manusia yang sanggup memanggil mereka. Dengan adanya kerjasama, maka kedua pihak akan diuntungkan. Army memiliki akses kekuatan yang hampir tidak terbatas, lalu iblis itu mendapatkan informasi yang mereka inginkan.

Army akhirnya mulai berhenti meronta. Para iblis melepas pegangan mereka, membiarkan Army terduduk di atas genangan darah. Ia merasakan kombinasi perasaan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Amarah, kekecewaan, keputusasaan, ketidakrelaan, sekaligus ketidakpercayaan. Semua emosi menyatu membuatnya mengeluarkan air dari mata kirinya yang tersisa.

Mengingat bagaimana Seraphina dan Abraham mengorbankan diri, ia sadar bahwa hidupnya tak boleh disia-siakan. Sekuat tenaga, ia mencoba berdiri kembali sambil memegangi mata kanannya. Adrenalin mulai berhenti mengalir, membuat rasa sakit semakin terasa setiap detiknya. Ia berjalan sempoyongan di depan kerumunan iblis.

Ia menyadari bahwa dirinya bukan lagi sekedar Army. Kegelapan mewujud dan menyatu dengannya. Bukan lagi manusia, bukan juga seorang iblis. Keambiguan membuatnya kehilangan jati diri serta keyakinan akan siapa ia sebenarnya. Yang ia yakini hanyalah fakta bahwa ia bukan lagi Army yang biasa, tak peduli seberapa keras ia menolak identitas barunya.

Langkahnya tiba-tiba terhenti. Ia menengok ke belakang, menatap Baphomet.

"Kau bisa merubah bentukmu?"

Baphomet mengangguk. "Tentu saja. Kenapa?"

"Ubah wujudmu menjadi bentuk sederhana yang imut. Jangan pernah menggunakan wujud itu kecuali aku yang memintanya."

Baphomet keheranan. "Eh? Jika berubah bentuk, kekuatanku juga akan menurun ..."

"Tak apa," jawab Army. "Simpan kekuatan untuk sesuatu yang benar-benar penting. Seperti katamu, menjaga kalian dalam wujud penuh akan menguras banyak energi."

Ia berganti menatap seluruh iblis yang masih berlutut. "Aku ingin hidup lebih lama dengan energi kehidupan yang tersisa."

Ia memalingkan pandangan lalu kembali berjalan. "Aku tidak boleh menyianyiakan energi hanya untuk melihat kalian tidak melakukan apa-apa."

Semua iblis kecuali Baphomet menghilang bagai debu yang tersapu angin. Baphomet berjalan menyusul Army sambil tubuhnya berubah secara perlahan. Ia menyusut setiap mengambil langkah maju. Kepala kambingnya mengecil, cakarnya menipis, hingga sayapnya mengkerut. Ia akhirnya mencapai bentuk kotak kecil dengan sepasang sayap, lalu terbang di samping Army.

Army teringat dengan masakan Seraphina ketika melihat bentuk kotak Baphomet. "Boleh kupanggil Tofu?"

Baphomet terbang naik dan turun, seperti mengangguk. "Tentu saja, Kak."

Army mulai menyadari bahwa sedari tadi ia dipanggil dengan sebutan Kakak sebagai bentuk penghormatan oleh para iblis. Ia belum mengerti, tapi ia belum terbiasa dengan panggilan tersebut.

"Tak perlu memanggilku Kak dalam wujud itu," pinta Army. "Agak aneh rasanya dipanggil Kakak oleh mahluk yang jauh lebih tua."

Tofu terbang naik dan turun. "Baiklah, Army."

Kembali pada Army di masa sekarang. Ia tersenyum kecil saat kejadian masa lalu terlintas kembali. Itu merupakan sebuah titik balik yang sangat penting dalam hidupnya.

"Dari yang kudengar, Kakak punya teman yang bisa menaklukkan iblis. Benar begitu?" tanya Orias, iblis berkepala singa.

"Dia juga menjadi wadah bagi naga kuno Divine Dragon kan?" tambah Bael, iblis dengan mahkota di kepalanya. "Apakah dia sekuat Gabriel?"

Army melipat tangannya sambil berpikir sesaat. "Yah ... Mungkin tidak sekuat itu, tapi manusia punya Human Pride yang memungkinkannya menaklukkan apapun."

Leviathan, iblis dengan wujud monster laut tertawa. "Hahaha, iri sekali dengan manusia, ciptaannya yang paling sempurna."

Tiba-tiba, Army merasakan sesuatu yang mengalir dengan sangat kuat di dalam tubuhnya. Perasaan aneh itu perlahan terasa nyaman sekaligus membuatnya senang. Ia langsung berdiri sambil tersenyum pada seluruh iblis yang ada di sana. Melihat ekspresi bahagia itu, semua iblis langsung tahu apa yang terjadi padanya.

"Mungkin aku tidak akan memanggil kalian lagi. Tapi jika situasinya sangat penting, aku pasti akan melakukannya."

Baphomet, iblis berkepala kambing mengangguk. "Tentu saja. Itu tidak sembarangan dilakukan karena Kakak pasti akan mati setelahnya."

Beelzebub tiba-tiba menunduk. "Meski tidak dilakukan, waktu Kakak tidak akan lama. Kami mungkin tidak akan bisa berkontak lagi dengan manusia, ras yang paling mengundang rasa penasaran."

Army tertawa kecil sambil memasukan tangannya ke dalam kantung celana. "Jangan khawatir. Cepat atau lambat, pasti akan ada manusia yang menemani kalian."

Sebelum berjalan menjauh, ia menengok sekali lagi ke arah mereka sekali lagi. "Dan jika saat itu telah tiba, sambutlah ia dengan hangat. Ceritakan segala yang kalian ingat tentang kakek dari kakek buyut mereka."

Lucifer, iblis dengan wujud yang paling mirip manusia terkejut. "Eh? Kakak akan memiliki keturunan?"

Army menggelengkan kepalanya. "Keturunanku akan terkutuk oleh genetik yang rusak, tapi tidak dengan keturunannya. Aku telah mempersiapkan segala hal yang perlu ia ketahui dan pelajari lebih lanjut."

Secara perlahan, ia berjalan menjauh dari mereka. "Sampai jumpa lagi semuanya, kecuali untuk Baphomet. Pekerjaan kita masih banyak."

Dalam satu kedipan mata, sosoknya menghilang dari void tanpa jejak. Tak ada lagi tanda-tanda keberadaannya, seakan ia tak pernah ada di sana.

"Manusia memang mahluk yang sangat menarik," ucap Dantalion

Baphomet tertawa keras, lalu merubah wujudnya menjadi Tofu. "Sayang sekali mereka tidak hidup lama."

Dalam kegelapan, Army mendengar suara seseorang yang tak asing. Suara itu kemudian bertambah dengan suara lain yang juga tak asing. Setelah beberapa saat mendengarkan mereka saling bersahutan, terdengar suara pintu terbuka.

"Wei, kau bawa bunganya kan?"

"Tentu saja, kali ini Azalea pengisi ruangannya!"

Army bisa mendengar suara keramik yang berbenturan dengan meja. Tak lama kemudian, ia mendengar suara air yang dituang ke dalam sebuah wadah.

"Cherry, ini bunga yang sudah layunya."

"Ah, masukan saja ke tempat ini."

Secara perlahan, Army bisa membuka matanya. Pandangannya menjadi semakin jelas. Ia melihat dirinya berada dalam sebuah ruangan dengan beberapa jendela besar di sebelah kanan. Di ujung ruangan, berdiri seorang gadis berambut pirang bersama dengan laki-laki tinggi berambut hitam mengkilap.

Interaksi mereka berdua mengukir senyum pada wajah yang selama ini tertidur pulas. Sekian lama berada dalam void bersama iblis berwujud menyeramkan membuatnya merasa lega menyaksikan apa yang saat ini ada di depan mata.

Ia membuka mata lebar-lebar, melihat lebih jelas apa dan siapa yang sedang berada dalam ruangannya.

"Cherry, Wei, aku pulang!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C105
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login