Download App

Chapter 2: Seperti Kucing dan Anjing

"Tak terasa kita udah semester 7 ya Sof! Sebentar lagi kita lulus!" kata Amira sambil mengunyah-ngunyah mie goreng dengan sepotong telur ceplok kepada Sofie yang duduk di hadapannya di sebuah kantin kampus dekat dengan Fakultasnya seperti yang kemarin dipakai oleh Mirna, Amanda, dan Steven.

"Eh, ada si culun ama si muka kotak tuh!" bisik Amanda kepada Mirna ketika berjalan ke sebuah meja kosong yang ada di sebelah meja Sofie dan Amira.

"Ssssstttt....kita ke meja itu aja ya sambil dengerin mereka berdua ngobrol, terus kita usilin!" jawab Mirna lirih sambil tertawa-tawa.

"OK!" setuju Amanda sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu tertawa-tawa. Mirna dan Amanda segera menuju ke meja di sebelahnya meja Amira dan Sofie yang kebetulan masih kosong. 

"Iya, bentar lagi mau lulus ya Mir!" jawab Sofie sambil meminum segelas es teh manisnya dua teguk, lalu dia kembali memakan mie goreng telurnya sama seperti yang dimakan Amira.

"Rencanamu setelah lulus nanti apa, Sof??" tanya Amira sambil menggulung-gulung mie gorengnya dengan garpu dan menancapkan ujung-ujung garpunya ke sepotong telur ceploknya yang sudah dipotong dengan sendoknya, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Masih belum tahu nih Mir!" jawab Sofie sambil berhenti sejenak mengiris kuning telur ceploknya dengan sendok dan garpunya, lalu dia menatap Amira dengan tatapan yang dalam. Mirna yang sejak tadi mendengar percakapan mereka berdua segera menjahilinya.

"Jadi badut muka kotak aja Sof!" sahut Mirna sambil tertawa terpingkal-pingkal dengan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Amanda segera tertawa ngakak.

"Eh, sialan! Ada Mirna dan Amanda, Mir!" kata Sofie sambil menelan irisan kuning telurnya setelah dikunyah-kunyahnya dengan lembut.

"Biarin aja dech, Sof!" jawab Amira sambil meminum segelas es jeruk manisnya dua teguk, lalu dia menoleh ke Mirna dan Amanda yang masih tertawa terpingkal-pingkal dengan mulutnya ditutup dengan kedua tangannya masing-masing.

"Biarin aja dech! Kita cuek aja!" kata Amira sambil meletakkan segelas es jeruk manisnya ke tempatnya semula.

"Kalau rencanamu nanti apa Mir kalau udah lulus??" tanya Sofie kepada Amira sambil menggulung-gulung kembali mie gorengnya dengan garpu yang tinggal dua gulung lagi, lalu melahapnya.

"Jadi pemain sepakbola kaliiiii!" sahut Amanda sambil tertawa-tawa yang kemudian diikuti gelak tawa Mirna.

"Jadi bintang sinetron dong!" kata Mirna yang kali ini hanya senyum saja, sedangkan Amanda masih tertawa-tawa cukup keras.

"Seperti Betty Lavea!" sambung Mirna, lalu dia tertawa ngakak.

"Masa bodoh lu berkata begitu!" jawab Sofie dengan sedikit geram sambil menoleh ke Mirna dan Amanda yang berada di sebelahnya cukup jauh.

"Kalau aku penginnya buka butik, Mir!" kata Sofie kepada Amira yang sudah selesai memakan mie goreng telur.

"Butik baju kotak-kotak!" usil Mirna lagi yang kembali ngakak bersama Amanda.

"Aku juga mau buka butik, Sof!" jawab Amira yang barusan melahap mie goreng yang sudah digulung-gulung dengan garpu dan sepotong kecil kuning telur yang terakhir.

"Butik pakaian tahun 60-an!" sahut Mirna lagi, lalu dia dan Amanda sahabat karibnya itu ngakak bersama lagi.

"Cepet habisin minumanmu, Mir! Kita pergi saja dari resek-resek itu!" perintah Sofie kepada Amira sambil menahan amarahnya untuk menghabiskan minuman es jeruk manisnya yang kira-kira tinggal tiga teguk lagi.

"Iya, Sof! Sabar dulu ya! Sebentar lagi kok!" jawab Amira, lalu dia meminum es jeruk manisnya seteguk demi seteguk hingga tepat tiga kali teguk sudah habis.

"Itu onta apa manusia ya??" usil Mirna lagi yang kembali tertawa ngakak lagi bersama Amanda.

"Minum kok secepat itu?" sambung Mirna yang saat ini hanya tersenyum-senyum saja menahan tawanya.

"Manusia onta!" jawab Amanda. Kali ini, tawa Mirna dan Amanda sangat keras hingga si pemilik kantin menyuruh salah satu pelayannya untuk menegur Mirna dan Amanda yang sudah 45 menitan ini belum memesan apa-apa di wilayah kantinnya. Sejak tadi si pemilik kantin tersebut sesekali memperhatikan Mirna dan Amanda sambil melayani pembeli yang berjubel di kantinnya. Sebenarnya, si pemilik kantin ingin segera menegur Mirna dan Amanda, tapi dia belum sempat, karena masih sibuk melayani para pembeli. Ketika para pembeli sudah selesai dilayaninya semua, dia menyuruh salah satu pelayannya untuk menegur Mirna dan Amanda. 

"Mbak, kalau nggak ngapa-ngapain di sini, mending keluar aja ya mbak!" tegur si pelayan tersebut yang disuruh oleh si pemilik kantin kepada Mirna dan Amanda.

"Masih banyak yang berdiri ngantri tuh di sana mbak! Kasihan kan?" sambung si pelayan tersebut dengan wajah cemberut.

"Eh, maap ya mas! Saya sebenarnya mau beli makan dan minum di kantinnya mas!" jawab Mirna kepada si pelayan tersebut.

"Tabokin aja mukanya mas! Kamu dibo'ongin mas!" sahut Sofie dengan geramnya kepada si pelayan tersebut sambil berdiri dari kursinya untuk bersiap-siap membayar semangkok mie goreng telur ceplok dan segelas es teh manis ke kasir.

"Udah dech Sof! Nggak perlu bicara seperti itu! Biarlah masnya yang ngurusin mereka berdua!" kata Amira kalem kepada Sofie.

"Hei, muka kotak! Apa kamu bilang tadi??" jawab Mirna sambil beranjak dari kursinya dan segera menghampiri Sofie dengan berkacak pinggang.

"Siapa yang bo'ongin dia??" tanya Mirna dengan mendorong Sofie cukup keras hingga terjatuh ke bawah. Amanda segera tertawa terbahak-bahak ketika Sofie terjatuh.

"Sialan nih anak pake dorong-dorong segala!" gumam Sofie sambil bangkit dari lantai.

"Yang bo'ongin dia siapa??" tanya Mirna lagi yang kali ini dengan berkacak pinggang dan kedua matanya melotot ke Sofie.

"Kalau mau berkelahi, ayo! Sialan! Sakit tahu!" jawab Sofie sambil menggulung kedua lengan panjang bajunya. Amanda kembali tertawa ngakak saja di kursinya. Sebagian besar pengunjung dalam satu area dengan kantin tersebut dan kantin-kantin lainnya pandangannya tertuju ke Mirna dan Sofie yang sedang ribut.

"Sudah....sudah....sudah....jangan ribut di sini!" cegah si pelayan tersebut kepada Mirna dan Sofie yang hendak berkelahi.

"Sofieee, udah jangan diladenin si Mirna! Ayo kita bayar makanan dan minuman kita, terus kita kembali ke Fakultas!" kata Amira sambil menarik salah satu lengan Sofie.

"Tuh dengerin si pemain sepakbola tuh!" kata Mirna sambil tertawa-tawa.

"Apa kamu bilang barusan??" tanya Sofie kepada Mirna. Ketika Sofie akan memasang kuda-kuda, salah satu teman sesama pelayan tersebut segera menarik salah satu lengan Sofie, sedangkan Mirna kembali tertawa-tawa yang kemudian diikuti gelak tawa Amanda.

"Sudah...sudah....mbak! Ayo, kamu duduk kembali di kursimu!" cegah seorang pelayan kantin yang pertama kepada Mirna sambil menggandeng lengan kanannya ke kursinya kembali. Sofie dan Amira pun segera ke kasir untuk membayar makanan dan minumannya masing-masing.

"Kalau nggak beli, silakan keluar ya mbak!" ingat si pelayan yang barusan memisah Mirna.

"Yeeee....kita berdua ke sini mau beli dong, mas! Emangnya kita mau liat onta ama badut muka kotak aja bang??" jawab Mirna dengan suara cukup keras sambil tertawa ngakak yang diikuti gelak tawa Amanda.

"Bisa aja kamu, mbak! Hahahaha....!" kata si pelayan tersebut dengan tertawa ngakak setelah memperhatikan bentuk wajah dan potongan rambut Sofie dan kaos kaki, kacamata, dua kuncir rambut, dan pakaian yang dikenakan Amira yang tidak serasi dengan roknya itu.

"Tuh kan masnya ikut ketawa juga! Hahahaha....!" kata Amanda dengan tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk si pelayan tersebut.

"Habis lucu banget sih!" jawab si pelayan tersebut, lalu dia tertawa ngakak lagi.

"Kok masih ada cewek yang bentuknya seperti itu ya mbak??" tanya si pelayan tersebut kepada Mirna dan Amanda yang kini sambil tertawa-tawa kecil.

"Cewek dari planet Mars tuh, Mas!" jawab Mirna sambil ngakak yang kemudian diikuti oleh gelak tawa si pelayan tersebut dan Amanda.

"Bukannya Pluto, Mbak??" tanya si pelayan tersebut sambil tertawa-tawa kecil lagi dan menoleh ke Sofie dan Amira.

"Kalau nggak salah, iya Mas!" jawab Mirna sambil tersenyum. Amira dan Sofie pun mendengar obrolan-obrolan si pelayan tersebut dengan Mirna dan Amanda, karena masih antri paling belakang untuk membayar di kasir., tapi Amira dan Sofie diam saja berusaha sabar.

"Udah ah mbak! Kasihan dua cewek itu!" kata si pelayan tersebut.

"Sekarang mbak mau pesen apa??" tanya dia ke Mirna.

"Heeemmmm.....kasihan apa jatuh cinta nih??" goda Mirna kepada si pelayan tersebut.

"Yaaa ampuuuunnn! Suer, Mbak! Aku nggak ada rasa ama cewek-cewek dari Planet Pluto itu, mbak!" jawab si pelayan tersebut sambil ngakak cukup keras yang kemudian diikuti gelak tawa Mirna dan Amanda.

"Semakin resek tuh orang-orang, Mir!" geram Sofie sambil menoleh ke si pelayan tersebut, Mirna, dan Amanda yang masih ngakak menertawainya dan sahabat karibnya itu.

"Biarin aja dulu Sof!" jawab Amira kalem.

"Tuhan yang membalasnya kok nanti!" sambung Amira.

"Mbak Sofieee, dapat salam dari masnya tuh!" teriak Mirna kepada Sofie.

"Udah...udah...udah...mbak! Udah ya!" kata si pelayan tersebut.

"Kalau nggak beli, aku laporin ke majikanku loh! Serius ini, mbak!" ancam si pelayan tersebut dengan pura-pura memasang tampang serius.

"Halaaaaahhh gombaaalll!" jawab Amanda sambil ngakak bersama Mirna.

"Iya dech kita berhenti memuji-muji Amira dan Sofie!" usil Mirna lagi sambil ngakak.

"Mas, aku pesen lele sama tempe dan tahu goreng ya! Masing-masing satu! Ditambah sambel tomat dan lalapan gubis, daun kemangi, dan satu terong goreng!" kata Amanda kepada si pelayan tersebut.

"Kalau minumannya apa, mbak??" tanya si pelayan tersebut sambil mencatat pesanan-pesanannya Amanda di sebuah buku kecil dengan ballpointnya.

"Mas, Sofie lirik-lirik kamu itu loh!" goda Mirna kepada si pelayan tersebut sambil mencolek tangan kanannya yang sedang mencatat pesanan-pesanannya Mirna.

"Sssssstttt.....!!" jawab si pelayan tersebut dengan memberikan isyarat kepada Mirna. Mirna dan Amanda pun segera ngakak bersama.

"Dipercepat ya mbak biar majikan saya nggak ngomel-ngomel nanti!" ingat si pelayan tersebut sambil menahan tawa kepada Mirna dan Amanda.

"Eheeeemmm....suit-suit! Iya dech.....hihihi....!" goda Mirna lagi. Kali ini Amanda hanya tersenyum-senyum saja.

"Minumnya es jeruk manis aja ya mas!" pesan Amanda lagi.

"Iya, mbak!" jawab si pelayan tersebut sambil mencatat kembali minuman yang dipesan Amanda ke sebuah buku kecil dengan ballpointnya.

"Kalau mbaknya, mau pesen apa??" tanya si pelayan tersebut kepada Mirna.

"Semuanya sama dengan teman saya itu, mas!" jawab Mirna sambil tersenyum-senyum kepadanya.

"OK!" kata si pelayan tersebut. Setelah selesai makan-makan di kantin tersebut dan membayarnya di kasirnya, Mirna dan Amanda kembali ke kelasnya untuk mengikuti perkuliahan berikutnya. Saat mengikuti perkuliahan, dosen yang mengajar memberikan tugas kelompok berdua secara acak kepada Mirna dan teman-temannya yang nantinya akan dipresentasikan di depan kelas. Kali ini, Mirna mendapat tugas berpasangan dengan Amira. Karena tidak terima dipasangkan dengan Amira, Mirna pun protes ke dosennya tersebut.

"Selamat ya Mir kamu berpasangan dengan pemain sepakbola dari Planet Pluto! Hahaha...!" ejek Amanda kepada Mirna sambil menertawainya.

"Aduuuhh, sialan! Minta ganti aahh!" jawab Mirna sambil berjalan mendekati dosennya yang bernama Pak Banu itu yang sekarang sedang ada di depan kelas.

"Maap, pak! Boleh saya minta ganti pasangan??" tanya Mirna kepada Pak Banu yang barusan selesai menulis kriteria tugas yang akan dikerjakan oleh Mahasiswa-mahasiswanya di papan tulis.

"Maap ya Mirna! Ini sudah keputusan saya!" jawab Pak Banu kepada Mirna.

"Emangnya kamu berpasangan dengan siapa, Mir??" tanya Pak Banu yang pura-pura tidak tahu kepada Mirna.

"Dengan pemain sepakbola dari planet Pluto, pak!" jawab Mirna dengan suara cukup keras hingga terdengar Amira yang masih duduk di depan meja dosen bersama Sofie seperti biasanya.

"Apaaa?? Siapa itu??" tanya Pak Banu pura-pura terkejut.

"Amira, pak! Hehehehe.....!" jawab Mirna sambil tersenyum kepada dosennya tersebut.

"Bisa aja kamu Mirna...Hahahaha....!" kata Pak Banu sambil tertawa terbahak-bahak yang memang mengetahui sendiri penampilan Amira yang aneh tersebut semenjak semester satu hingga tujuh saat ini.

"Terus kamu mau berpasangan dengan siapa, Mirna??" tanya Pak Banu sambil tersenyum kepadanya.

"Dengan Amanda, pak!" jawab Mirna singkat.

"Maap, sudah tidak bisa, Mirna!" goda Pak Banu dengan pura-pura serius kepada Mirna, tapi sebenarnya Pak Banu ingin mengetahui reaksi dan sikap Mirna terhadap Amira.

"Kok nggak bisa, pak?? Gimana ceritanya??" tanya Mirna dengan sangat ingin tahu.

"Ini sudah keputusan bulat saya, Mirna! Biar semua temanmu di sini merasakan pengalaman tersendiri bekerjasama dengan yang lainnya!" jawab Pak Banu tersebut dengan alasan yang logis.

"Tugas dari saya nanti seterusnya juga akan saya acak seperti ini!" sambung Pak Banu yang kepalanya botak, berkulit hitam, tinggi, dan kurus tersebut.

"Alamaaaakkk....!!" jawab Mirna.

"Haduuuuhh, kamu jangan ngatain Amira begitu dong, Mirna! Berdosa! Nggak boleh begitu ya!" kata Pak Banu yang menggoda Mirna.

"Cobalah terima dia apa adanya meskipun dia seperti pemain sepakbola dari Hongkong! Hahahaha....!" kata Pak Banu lagi sambil tertawa-tawa.

"Tuh kan Bapak sendiri juga ngeledek Amira begitu!" jawab Mirna.

"Heeemmmm!" gumam Mirna. Amira yang mendengar percakapan Pak Banu dan Mirna sejak tadi segera beranjak dari kursinya, lalu dia mendekati dosennya tersebut di depan kelas.

"Maap, pak! Saya juga nggak mau berpasangan dengan Mirna, pak! Saya mau ganti pasangan!" protes Amira dengan wajah kesal kepada Pak Banu.

"Kamu mau berpasangan dengan siapa, Amira??" tanya Pak Banu dengan mengernyitkan dahinya.

"Dengan Sofie, pak!" jawabnya singkat.

"Nah, gitu dong! Makhluk asing dengan makhluk asing! Pinter kamu, Amira!" canda Mirna.

"Apa kamu bilang??" tanya Sofie dengan marah dan suara agak kencang sambil mendorong tubuh Mirna dari belakang cukup keras hingga Mirna sempoyongan menabrak Pak Banu dan hampir terjatuh ke lantai bersama. Sofie seringkali membela Amira dari ejekan-ejekannya Mirna dan Amanda, sedangkan Amira hanya diam saja dan tetap berusaha sabar. Semua pandangan teman-temannya sekelas pun segera mengarah ke depan kelas yang saat ini Sofie dan Mirna sedang ribut-ribut.

"Sialan kamu, muka kotak!" jawab Mirna sambil mendekati Sofie dan membalas dengan mendorong tubuh Sofie dengan cukup keras juga hingga tubuh Sofie bagian belakang menabrak meja dosen. Karena Sofie marah, Sofie segera menggulat Mirna. Terjadilah perkelahian antara Sofie dan Mirna hingga keduanya terguling-guling di lantai. Untunglah, mereka berdua berkelahi tanpa saling baku hantam, tapi dengan saling mencengkeram erat tangan masing-masing dengan geram. Semua temannya segera mengerumuni mereka berdua. Mereka bukannya memisah, tapi malah melihat mereka berdua berkelahi sambil tertawa-tawa dan ada juga yang menyoraki Sofie dan Mirna laksana pegulat jagoannya masing-masing. Suasana kelas itu pun menjadi sangat gaduh. Tidak beberapa lama kemudian, Pak Banu berhasil memisah mereka berdua setelah sejenak membiarkan mereka berdua berkelahi sambil menertawai mereka berdua, lalu Pak Banu segera mengabulkan permintaan Amira dan Mirna yang menginginkan berpasangan dengan sahabat karibnya masing-masing, yaitu Sofie dan Amanda. Ketika mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas, Mirna dan Amanda sepakat untuk mempelesetkan perkataan-perkataannya Sofie dan Amira. Pelesetan-pelesetan tersebut pun membuat teman-temannya yang lainnya dan juga Pak Banu sendiri tertawa-tawa. Namun, karena Pak Banu ingat dengan profesinya ini sebagai dosen dan ingin melindungi Sofie dan Amira dari ejekan-ejekannya Mirna dan Amanda, maka Mirna dan Amanda yang sudah akrab dengan Pak Banu tersebut berpura-pura memperingatkan kedua Mahasiswi kesayangannya karena kecantikannya, keseksiannya, dan ketajirannya tersebut untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi kalau ingin lulus Matakuliah yang diajarkannya ini. Karena Mirna dan Amanda sangat takut dengan ancaman Pak Banu yang pandai berakting dan jago merancang busana tersebut, maka Mirna dan Amanda tidak berani menjahili Sofie dan Amira untuk saat ini. Ketika perkuliahan tersebut selesai, Mirna dan Amanda segera menemui dosennya tersebut saat dia berjalan di sebuah lorong kelas menuju ke ruang dosen.

"Pak...pak, tungguuuu!" teriak Mirna kepada Pak Banu dari belakang sambil berlari kecil mendekatinya.

"Eh, kamu, Mirna!" jawab Pak Banu sambil berhenti dan menoleh ke belakang.

"Ada apa, Mirna??" tanya Pak Banu kepada Mirna ketika Mirna sudah ada di samping kanannya.

"Kenapa tadi kok serius sama saya pas peringatin saya untuk tidak mengganggu Amira dan Sofie, Pak??" tanya Mirna balik kepada Pak Banu.

"Hahahahaha.....!" jawab Pak Banu dengan ketawa saja.

"Kok malah ketawa sih pak??" tanya Mirna dengan sangat penasaran.

"Aku tadi cuma akting aja kok, Mir!" jawab Pak Banu yang mulai berjalan menuju ke ruang dosen. Mirna pun mengikutinya, sedangkan Amanda berjalan perlahan-lahan jauh di belakang Mirna.

"Akting??" tanya Mirna dengan serius.

"Iya, aku cuma akting aja kok, Mir!" jawab Pak Banu.

"OK kalau begitu! Mirna tinggal dulu ya pak!" kata Mirna kepada Pak Banu.

"Eits....eits...! Tunggu dulu, Mirna!" cegah Pak Banu sambil memegang lengan Mirna.

"Ada apa lagi, Pak??" tanya Mirna sambil menoleh ke Pak Banu.

"Tapi jangan sampai gituin Sofie dan Amira di kelas lagi ya Mir!" jawab Pak Banu dengan wajah memelas kepada Mirna.

"Emangnya kenapa, Pak??" tanya Mirna.

"Kasihan Sofie dan Amira dong! Kan tadi diketawain ama temen-temenmu sekelas!" jawab Pak Banu. Tidak beberapa lama kemudian, Amanda sudah ada di dekat Mirna dan Pak Banu.

"Halaaahhh cuma begitu aja kok, Pak!" kata Mirna.

"Eh, ini serius, Mirna!" kata Pak Banu.

"Jangan dibegituin lagi ya Mirna! Saya memohon kepadamu!" pinta Pak Banu dengan wajah memelas lagi kepada Mirna.

"Tadi Bapak ketawa juga kan, Pak??" tanya Mirna sambil menunjuk ke Pak Banu dengan jari telunjuk kanannya.

"Iya ketawa sih! Tapi tadi udah di luar batas kesopanan dan etika di dalam kelas saat belajar, Mirna! Kamu juga ya Amanda!" jawab Pak Banu.

"Nanti nilai kalian berdua aku kasih A+ dech kalau nggak begituin Amira dan Sofie lagi!" janji Pak Banu kepada Mirna dan Amanda.

"Asyiiiikkk!" jawab Amanda dengan senang.

"Janji ya Pak??" tanya Mirna kepada Pak Banu.

"Iya dech!" jawab Pak Banu sambil menganggukkan kepalanya dan tersenyum kepada Mirna.

"Tapi jangan rame-rame ya Mirna dan Amanda! Awas kalau sampai ketahuan teman-temanmu dan dosen-dosen lainnya ya!" kata Pak Banu.

"Beres dech, Pak!" jawab Mirna dan Amanda berbarengan.

"Bapak mau masuk ke ruang dosen dulu! Sampai ketemu minggu depan di kelas ya!" pamit Pak Banu kepada kedua Mahasiswi kesayangannya tersebut.

"OK, Pak! Sampai ketemu kembali minggu depan!" jawab Mirna sambil melambaikan tangan kanannya kepada Pak Banu. Setelah itu, Pak Banu segera berjalan menuju ke ruang dosen yang tinggal tak lebih dari lima langkah lagi, sedangkan Mirna dan Amanda segera melanjutkan perjalanannya kembali di dalam sebuah lorong kelas-kelas tersebut menuju keluar untuk menunggu Steven. Amira dan Sofie sejak tadi sudah berada di luar Fakultasnya tersebut tepatnya di bawah sebuah pohon rindang di bawah sebuah papan yang bertuliskan "Jurusan Tata Busana" seperti kemarin. Tidak beberapa lama kemudian, Steven datang dengan membawa mobilnya untuk menunggu Mirna dan Amanda.

"Yang di depan itu sepertinya Steven dech Mir!" bisik Amanda kepada Mirna yang ada di dekatnya saat keduanya hampir keluar dari sebuah lorong lantai satu yang di kanan kirinya terdapat kelas-kelas.

"Emang iya itu Steven, Nda!" jawab Mirna.

"Yuk kita samperian dia, Nda!" ajak Mirna kepada Amanda sambil menggandeng tangan kanannya menuju ke Steven.

"Hai, sayang!" panggil Mirna kepada Steven dengan suara keras sambil berjalan mendekati Steven ketika sudah keluar dari lorong lantai satu tersebut. Steven segera menoleh ke Mirna yang memanggilnya tersebut.

"Haaaiii!" balas Steven yang sekarang memakai kacamata hitam sambil melambaikan tangan kanannya kepada Mirna.

"Sudah lama menunggu, sayang??" tanya Mirna yang sudah berada di hadapannya.

"Tidak kok! Paling-paling sekitar sepuluh menit yang lalu aku udah ada di sini!" jawab Steven kepada Mirna.

"Eh, ada si culun ama si muka kotak tuh di situ! Sebentar ya!" kata Mirna kepada Steven dan Amanda sambil berjalan mendekati Amira dan Sofie yang sedang asyik ngobrol-ngobrol berdua.

"Mirna, kamu mau ke mana??" tanya Amanda kepada Mirna yang sedang berjalan mendekati Amira dan Sofie, sedangkan Steven hanya memperhatikan Mirna saja sambil bersandar di pintu mobilnya yang barusan sudah dikunci. Ketika sudah ada di dekat Sofie dan Amira, Mirna segera memfoto mereka berdua dengan HP kameranya yang sudah dipersiapkan sebelumnya saat berjalan mendekati mereka berdua. Mirna memfoto Sofie dan Amira sepuluh kali sambil ketawa-tawa ngakak seperti yang dilakukan oleh Steven kemarin. Mirna sepertinya belum puas mengejek-ejek Sofie dan Amira yang penampilannya paling aneh di Fakultas Tata Busana tersebut, mungkin paling aneh di kampusnya. Steven dan Amanda hanya tertawa-tawa saja melihat Mirna sedang memfoto Sofie dan Amira.

"Apa-apa'an sih anak sialan ini lagi! Pake acara memfoto-foto kita berdua segala!" geram Sofie sambil berdiri dari duduknya, lalu berjalan mendekati Mirna dengan muka memerah pertanda dia sangat marah, sedangkan Amira hanya menjerit-jerit histeris tiga kali seperti kemarin, lalu mukanya ditutupi dengan kedua tangannya.

"Hei, sialan! Cepat pergi dari sini! Aku muak dengan kamu!" kata Sofie sambil berjalan mendekati Mirna.

"Weeeekkk....!" jawab Mirna hanya dengan menjulurkan lidahnya saja ke Sofie sambil berlari kecil mendekati Steven dan Amanda.

"Ngapain kamu memfoto mereka berdua, beib??" tanya Steven kepada Mirna yang sedang tertawa-tawa.

"Besok aku mau tempelin foto-foto mereka berdua ini di tembok Fakultas aahhh!" kata Mirna sambil terkekeh-kekeh.

"Ide yang bagus tuh Mirna! Hahahaha....!" kata Amanda, lalu dia tertawa-tawa.

"Besok aku ikuuuuutttt!" kata Steven.

"Yeeeee kok ngikut aja sih kamu, beib??" tanya Mirna kepada Steven.

"Soalnya lucuuuuu sekali dua temanmu itu! Nanti bakalan lebih lucu lagi dech! Hahahaha.....!" jawab Steven sambil tertawa-tawa.

"Kita bertiga toss dulu!" ajak Mirna kepada Steven dan Amanda. Amanda dan Steven segera melakukan toss bersama-sama dengan Mirna. Keesokan paginya, Mirna, Amanda, dan Steven menempel foto-foto Sofie dan Amira di tembok Fakultas Tata Busana dengan diberi komentar-komentar mengejek mereka berdua. Kontan, Mahasiswi-mahasiswi berkerumun melihat foto-foto Amira dan Sofie di tembok depan Fakultas Tata Busana tersebut sambil tertawa-tawa ngakak. Tidak beberapa lama kemudian, Amira dan Sofie mengetahui foto-fotonya yang terpajang di tembok Fakultas Tata Busana tersebut dengan komentar-komentar yang mengejek. Karena Amira memohon-mohon kepada Sofie untuk tidak melaporkan ke Ketua Jurusannya atau dosen-dosen lainnya, maka Sofie pun membatalkan untuk melaporkannya dan Sofie juga tutup mulut meskipun mereka berdua sudah mengetahui siapa yang telah menempelkan foto-fotonya dan Amira tersebut. Amira dan Sofie segera mengambil satu per satu foto yang tertempel di tembok Fakultasnya tersebut. Untunglah, pada pagi itu belum ada satu pun dosen yang datang.

"Dia sudah keterlaluan, Mir!" kata Sofie kepada Amira sambil membantunya mengambil satu per satu foto yang tertempel di tembok.

"Sialan tuh anak!" sambung Sofie dengan geram kepada Mirna dan Amanda.

"Sabar dulu, Sof! Nanti kita berdua pasti melebihi mereka berdua kok! Aku yakin itu!" kata Amira sambil menoleh dan tersenyum ke Sofie.

"Gombal kamu, Mir!" jawab Sofie sambil mengambil foto-fotonya dan Amira di tembok, lalu memasukkannya ke kantong sakunya sama seperti yang dilakukan oleh Amira yang nantinya akan dibakar di tempat sampah sesuai dengan rencana mereka berdua setelahnya.

"Seberapa yakin dirimu, Mir??" tanya Sofie kepada Amira sambil berhenti sejenak mengambil foto di tembok.

"90%, Sof!" jawab Amira sambil tersenyum-senyum dan tetap mengambil foto-foto di tembok dengan sabar.

"Kamu serius, Mir??" tanya Sofie kepada Amira sahabat karibnya sejak menjadi Mahasiswi Baru tersebut.

"Iya, aku serius, Sofieee!" jawab Amira sambil tersenyum-senyum dan memasukkan ke kantongnya sebuah fotonya yang barusan diambil dari tembok. 

"Aamiin!" kata Sofie.

"Aamiin!" kata Amira sambil menoleh dan tersenyum kepada Sofie yang ada di sampingnya. Setelah selesai mengambil semua foto di tembok Fakultasnya tersebut, Sofie dan Amira segera menyobek-nyobeknya kecil-kecil, lalu dibakarnya di tempat sampah agak jauh di belakang sebuah gedung bertingkat perkuliahan Jurusan Tata Busana.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login