Download App
50% Si Merah
Si Merah Si Merah original

Si Merah

Author: CB_Kejora

© WebNovel

Chapter 1: Bab1: Asal mula

[Kamar pasien]

"Akhirnya.. tamat juga novel yang kubaca ini," ucap gadis yang terbaring di ranjang rumah sakit, "kira-kira berapa lama lagi ya, waktuku?" Ucapnya lirih dengan mata yang tak mempunyai harapan.

Lilian Putri Isabel, itulah namaku. Aku adalah gadis SMA biasa, yang periang dan juga cukup populer di sekolah. Seringkali aku mendapatkan surat cinta dari para lelaki disekolah, ketua OSIS yang sangat rupawan, ACE basket sekolah yang gagah dengan otot di seluruh tubuhnya, bahkan wali kelasku sendiri yang sangat populer dikalangan para siswi, diam-diam menyatakan perasaannya langsung saat kelas telah bubar. Tapi, aku tolak semuanya. Bukan tanpa alasan aku menolak mereka semua, kalau boleh jujur, mereka semua adalah tipe laki-laki idaman banget. Akan tetapi, aku yang status nya sebagai murid beasiswa, aku tak akan cocok dengan mereka semua yang notabene nya dari keluarga konglomerat. Sayang sekali.

SMAS Bina Bangsa, sekolah elit dan terfavorit Se-Java yang menghasilkan para alumni-alumni berkualitas yang berhasil masuk ke perguruan-perguruan tinggi favorit baik di dalam negeri maupun diluar negeri, yang tingkat keberhasilannya mencapai 100 persen. Bisa dibilang, kalau masuk ke sekolah ini dan lulus, sudah dijamin bakal memiliki masa depan yang cerah.

Ada uang ada barang, ada kualitas ada pula harga yang harus dibayar para siswa dalam bentuk SPP. Mendengar soal tagihannya aja bisa buat batinku dag dig dug ser, ya mau bagaimana lagi, setahun nya aja harus membayar sekitar Limaratus Lima Puluh Juta Pond Indoraya. Itu setara dengan gajiku selama 20 tahun di 3 pekerjaan sambilan ku, mahal banget.

Intinya sih sekolahan ini adalah sekolah untuk para sultan.

Akan tetapi, aku yang notabene nya dari keluarga yang pas-pas an, mustahil bisa masuk ke sekolahan ini, malahan keterima masuk lewat program beasiswa yang diadakan setahun sekali? Meskipun cuman setahun doang masa berlaku beasiswanya, itu lebih dari cukup buatku. Ya, walaupun persyaratan berlaku nya beasiswa ini susah banget, salah satunya adalah harus masuk peringkat sepuluh besar se-sekolah, aku yakin dengan tekad dan kesungguhan ku, aku pasti bisa melalui nya.

Akan tetapi~

"Ugh.. sakit~" ucap Lilian keras sembari memegang dadanya. Sontak saja membuat kedua orangtuanya beserta dua adik laki-laki nya bangun dari tidurnya.

"Nak, ada apa? Dimana yang sakit? " Ucap ibunya dengan nada panik dan khawatir atas keselamatan anak perempuan satu-satunya itu.

"Dika, Ghani! Cepet panggil dokter!" Ucap ayah Lilian panik, "Siap, ayah." jawab kedua adik laki-laki Lilian itu dan langsung bergegas memanggil dokter meninggalkan ruangan pasien.

Tak lama kemudian, dokter dan kedua adik laki-laki Lilian tiba diruangan pasien tempat dimana Lilian dirawat.

Tanpa pikir panjang dokter langsung memeriksa keadaan Lilian.

"Gimana keadaan putri saya, dok?" Ucap ibu Lilian harap-harap cemas, "Keadaan putri ibu sekarang sangat kritis, dan harus dirawat di ruang ICU." Balas dokter dengan pandangan menghadap kebawah.

"I..ICU?! "

Mendengar jawaban dari dokter, sontak membuat ibu terkejut dan pingsan.

"Mamah!!!"

Dokter pun langsung memanggil suster, segera setalah dipanggil. Suster pun langsung membawa Lilian ke ruangan ICU tanpa memperdulikan Dika dan Ghani yang sedang nangis tersedu-sedu melihat ibu tercintanya pingsan.

"Jadi, sudah waktunya ya? Maaf ya nak, ibu gak bisa membuatmu melihat dunia luar, dan sekarang ibu akan menyusulmu menghadap sang pencipta." Ujarnya lirih, tanpa sadar air mata keluar dari mata nya yang indah.

Sementara itu, ayah menemani Lilian yang tengah dibawa oleh suster ke ruangan ICU.

[Kamar ICU]

Jadi ini ya ruangan ICU tuh, bau jarum suntik dan amis darah menyengat sekali. Apakah aku akan dioperasi? Gimana ya keadaan ayah, ibu, Dika dan Ghani disana? Pasti khawatir sekali. Hufh... Coba aja Marcel gak ngomong yang sebenarnya terjadi pada semuanya, pasti mereka gak akan sekhawatir ini. Oh iya, kata ibu—Semua tagihan rumah sakit akan ditanggung oleh mereka ber tiga ya. Mereka semua orang baik. Meskipun aku gak meminta, tapi mereka ber tiga bersikeras mau membayar tagihannya.

Udah Tiga bulan berlalu semenjak kejadian "itu" rasa mual sama takutnya masih aja membekas sampai sekarang. Kalau saja—aku gak berhasil menelpon Marcel diam-diam dan berhasil melacak nomor hp nya—entah berapa lama lagi aku harus disekap di ruangan yang lembab dan gelap itu.

Dua jam telah berlalu, para dokter masih berjibaku meng-operasi Lilian yang tengah sekarat— terkulai lemas di ranjang.

[Koridor Rumah Sakit]

Tampak ada 2 laki-laki yang sangat rupawan— berjalan di sepanjang koridor rumah sakit dengan membawa bingkisan besar di masing-masing tangan nya.

"Ganteng banget!! Siapa sih mereka?Selebritis?"

"Haha.. kayak belum pernah liat orang ganteng aja. Iya kan Cel?" Ucap salah satu dari mereka dengan nada pelan, "Cih.." balasnya dingin.

"Eh, ada kak Marcel sama kak Rion. Pasti mau menjenguk Teh Lili ya?" Ucap anak laki-laki dengan rambut belah dua itu.

"Ghani tau aja, teh Lili nya masih istirahat?" Sahut anak laki-laki yang memakai seragam OSIS.

"Ini buat Ghani." Ucap anak laki-laki yang memakai seragam sekolah, otot-otot tampak di balik seragam nya.

"Makasih kak Rion, tau aja kesukaan Ghani." ucapnya, "Kalau teh Lili.. Dua jam lalu dibawa ke... Kalau gak salah ke ruangan ICU." Sambungnya.

"ICU!?" Jawab mereka berdua kaget. Tanpa pikir panjang, mereka bergegas berlari ke ruangan ICU, tempat dimana Lilian di operasi.

[Kamar ICU]

"Ada apa ini?! Kenapa tiba-tiba berwarna putih," ucapnya keheranan, "Bukannya aku sedang dioperasi? Dimana ini?" Lanjutnya dengan bola mata berkeliling, memperhatikan sekeliling.

"Selamat datang di White Palace, Lilian Putri Isabel."

"Siapa itu? Kenapa kamu bisa tau nama panjang ku? Cepat tunjukkan dirimu!" Tegasnya.

Sosok hitam muncul dihadapan Lilian, tampak seperti asap hitam dengan sayap dibelakang punggungnya.

"Siapa kamu?" Ucapnya dengan gemetaran.

"Aku adalah Azrail, "Sang utusan". Aku datang kesini karena tertarik padamu, Lilian. Telah lama aku memperhatikan mu di alam yang fana ini. Sang wanita suci yang ternoda! Sungguh menyedihkan nasibmu. Hahaha~"

"A-Apa maksudmu? Mau apa kau sama diriku?" balasnya, sembari melangkah mundur.

"Hahaha... Tak usah takut sama diriku," ujarnya sambil melangkah maju menuju Lilian, "Aku tak akan berbuat macam-macam sama dirimu ini. Lantas, apa yang akan kau lakukan, atas tindakan yang telah mereka lakukan pada "tubuhmu" yang indah ini?" Ucapnya berbisik di telinga Lilian.

Mata Lilian terbelalak, wajahnya tampak penuh dengan amarah yang mendalam.

"Hahaha... Bagus. Marah lah, benci lah, lalu musnahkan lah."

Setelah mengatakan itu, tiba-tiba muncul sebuah gambar kilas balik kehidupan, yang di alami Lilian, di belakang Azrail. Lilian menyaksikan semua adegan itu satu persatu— matanya melotot tak percaya dengan tangan yang dikepal kuat. Hingga, tiba pada adegan Lilian disekap...

"CUKUP!!! Kumohon hentikan! Hentikan!" Ucapnya dengan nada yang keras dan tangannya menjambak rambutnya sendiri.

"Hahaha... Putus asa lah. Tunjukkanlah ekspresi mu yang putus asa seperti itu! Lagi! Lagi!" Ucapnya dengan senyuman yang lebar—yang tampak seperti senyuman iblis.

Azrail menikmati semua penderitaan Lilian dengan wajah yang penuh dengan seringai jahat diwajahnya.

Hingga suatu ketika— saat Azrail tengah menikmati wajah putus asa Lilian— tiba-tiba saja terdengar suara dari atas langit.

"Cukup, Azrail! Berhentilah bermain-main!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login