Download App
100% Si Merah

Chapter 2: Bab1: Asal mula. part II

Hingga suatu ketika—saat Azrail tengah menikmati wajah putus asa Lilian —tiba-tiba saja terdengar suara dari atas langit.

"Cukup, Azrail! Berhentilah bermain-main."

***

"Cih.. mengganggu saja. Tak bisakah kau membiarkanku menikmatinya sebentar lagi?" Gerutunya.

"Cukup! Apakah kau lupa dengan tugas kita sebagai "sang utusan"?—Jangan membuat tuan kita kerepotan dengan tingkahmu, Azrail!" Sosok tersebut membentak Azrail dengan nada tinggi dan membuat White Palace terguncang hebat bak ditimpa gempa bumi.

Azrail terkejut, tubuhnya gemetar. Ia tak percaya atas kekuatan dari sosok itu yang mampu mengguncang White Palace–tempat suci yang sangat luas dan megah.

Cih.. Kalau saja kau bukan salah satu dari The Greatest Arcangel, tak sudi aku menuruti perintah darimu— atas perintah dari tuanku— aku akan patuh dan tunduk kepadamu.

Azrail terus menggerutu dalam hatinya— Ia terpaksa menuruti semua perintah dari sosok itu atas perintah dari tuannya yang menyuruhnya tunduk dan patuh kepadanya.

"Iya, iya. Aku mengerti." Ucapnya dengan ekspresi dingin.

Seketika itu, gambar kilas balik kehidupan Lilian pun menghilang seperti debu yang diterpa angin.

Disisi lain, Lilian masih tertunduk ke bawah dan masih menjambak rambutnya sendiri sambil terisak-isak.

(Holy spirit)

Sosok itu mengucapkan semacam mantra kepada Lilian. Setelah mengucapkan mantra tersebut, Lilian kembali tenang seperti semula, seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya— Meskipun, kenangan pahitnya setelah diperlihatkan gambar kilas balik itu masih terbayang-bayang didalam memori— dengan seiring berjalannya waktu, kenangan pahit tersebut menjadi samar-samar dan memudar di dalam memori Lilian.

Sosok itu menghampiri Lilian dan merubah wujudnya— seperti manusia memakai jubah putih. Dibalik jubahnya, keluar sepasang sayap pada punggungnya dan terdapat Halo—sebuah lingkaran di kepala nya yang berwarna emas keputih-putihan.

Indah sekali. Apakah itu sosok malaikat? Apakah ini yang dinamakan keindahan sejati? Aku tak percaya ada makhluk yang seindah ini. Bahkan keindahan malaikat dari dongeng yang kubaca kalah jauh darinya.

Lilian terpesona melihat sosok itu, dipikirannya muncul banyak sekali pertanyaan tentang sosok itu yang didominasi oleh perasaan kagum.

"Perkenalkan, Aku Asrafil, "sang utusan". Aku diutus kepadamu untuk menyampaikan titah tuanku, wahai manusia terpilih. Kau diberi tugas oleh tuanku sebagai penyeimbang kekuatan dan juga mengalahkan Fallen Angel yang dikutuk—yang terlempar jatuh ke salah satu dunia ciptaan tuanku—" Ucapnya dengan nada lembut dan tegas bagaikan desiran ombak yang menghantam tebing di pesisir pantai.

Lilian masih terpesona akan keindahan rupa Asrafil yang membuatnya tidak fokus dan memperhatikan sedikit ucapan Astafil. Hingga pada suatu ketika— Lilian menoleh ke arah samping Asrafil.

"I-itu siapa?" Tanyanya ketakutan, jarinya menunjuk ke arah sesosok makhluk di samping Asrafil dengan gemetaran.

"Aku adalah Azrail, "sang utusan". Sebelumnya, kau telah bertemu dengan ku. Apakah kau mengingatnya?"

Ucap Azrail dengan dagu dongkak keatas, yang kini telah merubah wujudnya seperti manusia.

"Azrail? Yang asap hitam itu?"

Lilian tak percaya dengan rupa manusianya Azrail— Ia berpikir keras untuk mencerna situasinya. Asap hitam legam misterius dengan sayap dipunggungnya, kini telah berubah menjadi se-sosok manusia?— Mengenakan jubah hitam legam berpadu dengan warna ungu dan sayap berwarna hitam seperti bulu burung gagak— jikalau, Asrafil bagaikan keindahan yang tak bisa terlukiskan, berbanding terbalik dengan Azrail. Sosoknya bagaikan kengerian yang tak bisa dibayangkan.

"Hahaha.. Apakah kau telah mengingatku?Wahai wanita suci yang telah ternoda." Ucap Azrail dengan nada mengejek.

"Wanita suci yang ternoda? Apa maksudmu?" Jawab Lilian bingung.

"Cih.. bukan apa-apa. Lupakan saja." Balasnya dengan ekspresi kesal.

Apa yang terjadi padaku? Kenapa yang awalnya aku merasa ngeri dengan wujud Azrail yang menyeramkan itu— kini, aku merasa biasa saja saat melihatnya? Pasti ada yang salah dengan diriku!

"Kau diberi Dua pilihan oleh tuanku. Mati dirumah sakit dan roh mu akan tinggal di sini atau Hidup demi memenuhi titah tuanku— Yang mana yang akan engkau pilih, wahai manusia terpilih?"

Lilian terkejut dengan pernyataan Asrafil kepadanya— Dia yang hanya manusia biasa dipilih sebagai penyeimbang kekuatan dan harus mengalahkan Fallen Angel?

Lilian berpikir keras, hatinya bimbang, apakah ia akan menerima atau menolak tawaran Asrafil tersebut.

Disaat Lilian sedang berpikir keras, Asrafil tiba-tiba berkata, "Tentu saja kau tidak sendirian untuk mengalahkan Fallen Angel. Kau akan ditemani oleh Azrail— dia akan senantiasa bersamamu, menemanimu berpetualang dan membimbingmu di setiap perjalananmu." Ujarnya dengan penuh percaya diri, "Akan tetapi, Azrail tak akan bisa mengeluarkan kekuatan penuhnya di dunia tersebut— Itu semua bergantung padamu. Kau harus menjadi kuat— untuk bisa menahan kekuatan Azrail yang ada didalam dirimu." Asrafil menegaskan.

"Kalau begitu— aku terima tawaranmu itu untuk memenuhi titah beliau."

[Didepan ruang ICU]

"Om, Tante, apa kabar?" Ucap Marcel.

"Baik." Jawab mereka bersamaan dengan wajah yang penuh harap-harap cemas.

"Loh, kok Ghani udah sampai sini aja?" Tanya Rion kepada anak kecil tersebut.

"Kak Rion sendiri— kenapa baru sampai kemari?"

"Hehehe.. ada sedikit masalah," Ujar Rion dengan tangan menggaruk kepalanya.

"Ini semua salahmu—Dasar penggila otot." Ucap Marcel pelan sambil meggertakan giginya.

(10 menit sebelumnya)

"Sialan! Dimana ruang ICU nya?!" Tanya Marcel dengan mengerutkan keningnya.

"Mana ku tahu— Rumah sakit sialan—Kenapa bisa luas banget sih!?" gerutu Rion mengeluhkan luasnya Rumah Sakit.

"Terus.. Kenapa kau lari tadi kalau gak tau ruangan ICU nya?!" Tanya Marcel sedikit kesal.

"Namanya juga panik." Jawabnya sambil melirik keatas kanan.

"KAU INI...." ucap Marcel dengan penekanan di setiap katanya.

"Hufh... Kalau begitu, kita diam dulu sejenak — kebetulan ada suster didepan," Ucap Marcel dengan nafas yang terengah-engah,

"Kamu tunggu disini — biar aku yang nanya ruangan ICU nya. Oke?" sambungnya.

"Oke. Aku tunggu disini."

"Permisi, suster. Tau pasien yang bernama Lilian Putri Isabel?—Katanya sih dirawat di ruangan ICU— kalau boleh tau, ruangan nya disebelah mana ya?" tanya Marcel dengan sopan.

Ya tuhan... ganteng banget. Apakah dia seorang pangeran dari sebuah kerajaan? Apa lagi, saat dia merapikan rambutnya pakai tangan dengan wajah yang berkeringat. Kyaa... Rasanya aku bisa mati dengan bahagia.

"Ekhem... Pasien dengan nama Lilian Putri Isabel ya? Sebentar aku ingat-ingat dulu— ohh.. gadis cantik yang dirawat di ruangan VVIP itu ya?" Tanya suster dengan pipi yang merona kemerah-merahan.

"Iya, yang itu. Apa suster tau, sekarang dia dirawat dimana?"

"Kalau gak salah— sekarang dia dirawat di ruangan ICU—ruangan F5 lantai 5."

"Ohh... Makasih ya, suster."

"Iya, sama-sama."

Setelah perbincangannya dengan suster, Marcel memberitahukan ke Rion tempat Lilian dirawat dengan sedikit emosi.

Sang suster yang melihat mereka berdua sedang bertengkar itu membayangkan pertengkaran mereka — seperti kucing yang sedang memarahi anjing yang sedang memperebutkan makanan.

Setelah puas memarahi Rion, yang mengajak nya 'berputar-putar' ruangan— Mereka berdua pun bergegas ketempat yang dituju, dengan membawa bingkisan yang berisi kan makanan dan minuman di tangan mereka.

Dua jam Tiga Puluh menit telah berlalu semenjak Lilian dioperasi—Dokter keluar dari ruangan ICU dan masih memakai pakaian operasi. Ditubuhnya tercium amis darah, dan ada bercak merah di bajunya.

"Dok, gimana keadaan anak saya?"ucap ibu dengan wajah harap-harap cemas. Sementara itu, tangannya menggenggam tangan dokter berharap akan ada kabar baik. Namun...

"Maaf—kami sudah mencoba yang terbaik. Tapi—nyawanya tak berhasil kami selamatkan."

"Apa?!"

Mendengar jawaban dari dokter, sontak saja membuat mereka semua terkejut tak percaya.

Ibu yang mendengar jawaban dari dokter seketika langsung pingsan— Disusul dengan sang ayah yang jatuh tersungkur meraba tembok. Dika dan Ghani menangis tersengal-sengal saat mengetahui kakak tercinta nya meninggal. Sementara itu, Rion terdiam tak percaya menjatuhkan minuman yang ada ditangannya, sedangkan Marcel...

Bugh!

Tangan Marcel menonjok dinding rumah sakit.

Huwaa... ini semua salah ku! Seharusnya—aku tolak tawarannya untuk tidak membiarkannya pulang sendirian. Akan ku balas — akan ku balas mereka seribu kali lipat dari penderitaan mu. Pasti! Pasti! AKU BUNUH KALIAN SEMUA!!

Marcel terus menyalahkan dirinya sendiri, ia berpikir, kematian Lilian adalah kesalahannya membiarkan dia pulang sendirian—Marcel bersumpah akan memburu dan menghabisi para bedebah itu yang masih berkeliaran diluar sana.

"Jadi, ini yang namanya roh ya? Apakah itu aku? Sungguh malang sekali nasibmu." Ucapnya lirih.

Ibu.. Ayah.. Dika.. Ghani. Selamat tinggal— Marcel.. Rion.. Theo. Makasih ya udah peduli sama aku. Aku sangat sayang kalian semua— Ingin rasanya memeluk dan mencium kalian semua. Tapi, aku tak bisa. Aku tidak diberi izin untuk meluk maupun mencium kalian. Sekali lagi, aku mau mengucapkan, terimakasih dan selamat tinggal semuanya.

Begitulah kata-kata terakhir yang diucapkan Lilian— pipinya basah dengan tangan yang dikepal di dada seakan-akan hendak berdoa. Air mata pun jatuh, bagaikan bendungan yang tak kuat lagi menahan debit airnya— 'Benteng' yang selama ini ia bangun untuk menyembunyikan perasaan sebenarnya pun hancur luluh lantak seperti diterjang badai yang maha dahsyat. Ia tak bisa lagi berpura-pura kuat seperti biasanya.

Berbarengan dengan ucapannya, 'tubuh' Lilian mulai memudar— Perlahan-lahan menghilang, menjadi butiran cahaya putih, meninggalkan jasad yang terbaring kaku di ranjang.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login