Download App
33.33% RAD 2513

Chapter 2: Bagian Pertama - Pemuda dari Tahun 2513

15 Juli 2513

Aku pulang kerumah, memencet tombol dan pintu kamarku terbuka, sebuah kamar dengan ukuran 3,5 x 5 meter. Terdapat beberapa furnitur di dalam ruangan itu, lebih mirip dengan sebuah tempat pembuangan sampah dari pada kamar. Ada komputer server, beberapa monitor, gitar, amplifier, kabel, coretan-coretan di dinding, lukisan-lukisan aneh, poster, yang semuanya adalah barang-barang lama yang kudapatkan dari beberapa pasar barang-barang bekas. Sesegera mungkin aku masuk dan merebahkan diri di sebuah kasur yang sangat nyaman, sebuah kasur dengan sprei hitam dan terdapat beberapa kertas serta barang-barang di atasnya. Setelah seharian aku sekolah dan melakukan kegiatan membosankan, sungguh sebuah tempat tidur adalah nikmat yang tiada tara. Beberapa menit aku memejamkan mata, tak kurasakan tanda-tanda mengantuk. Padahal tubuhku lelah namun tad kunjung tidur. Aku mengambil gitar yang ada di sudut kamar, sebuah gitar listrik pabrikan Amerika yang terkenal. Namun banyak cacat di tubuh gitar itu, gitar yang diberikan oleh Ayahku saat ulang tahunku yang ke tiga belas. 

Aku mulai bernyanyi dan bermain gitar dengan lagu yang kukarang sendiri, sebuah lagu tentang penindasan pada era modern sekarang ini. Ya, memang aku belajar sendiri dalam bermain gitar, suaraku parau dan tidak begitu enak didengar, tetapi aku selalu merekam lagu-lagu ciptaanku dengan komputer yang ada di kamarku. Aku sangat menyukai hobiku yang satu ini, berkarya untuk kunikmati sendiri. Setelah beberapa lama aku menemukan nada baru, aku mulai mengambil sebuah kertas coretanku. Kertas itu berisikan lirik yang aku tulis semalam. Aku mencoba memasukkan nyanyianku ke dalam nada baruku melalui nada gitar yang baru saja kutemukan. Setelah aku merasakan kecocokan antara nyanyian dan nada, aku mulai mengambil kabel gitar yang kugantung di dinding. Ku hidupkan komputerku dan mulai mencolokkan kabel ke gitar dan komputer serta amplifier. Kumasukkan track demi track ke dalam software pembuat musik di komputerku, mulai dari gitar, vokal, hingga track drum digital. Setelah beberapa lama aku memproses ide dari kepala ke secarik kertas kemudian ke sebuah karya digital, aku mendapatkan sebuah file musik di dalam komputerku. Aku mendengarkan laguku sendiri berulang-ulang. Sesaat kemudian aku mengunggah lagu tersebut di sebuah media sosial yang berhubungan dengan musik. Aku tersenyum saat file tersebut telah terunggah dan aku mendengarkan berulang-ulang melalui telepon genggamku. 

"Selamat sore Rad, apa yang ingin anda makan untuk makan siang hari ini?" 

Sebuah robot berbentuk wanita yang bernama Alice masuk dan mendekati diriku. Ia adalah sebuah robot yang telah menjadi teman setia dikala aku berada di rumah. Robot setinggi 150 cm tersebut memiliki paras wajah hampir menyerupai manusia, namun dengan kulit sintetis yang hampir sempurna. Tangan dan kakinya memiliki jari-jari menyerupai manusia yang dapat digunakan layaknya gerakan manusia asli. Dengan balutan baju atau seragam pembantu rumah tangga, kau tidak akan mengetahui jika itu adalah sebuah robot. Ya, orang tuaku adalah ilmuwan yang sangat sibuk. Ayahku adalah seorang manusia dengan tinggi 166 cm, dengan perawakan sedang serta kumis dan kacamata yang selalu menempel di wajahnya. Hal yang sering dikatakan ayahku adalah "Semakin engkau tahu, semakin engkau tidak tahu nak. Banyak hal yang tidak kita ketahui tentang alam semesta ini.". 

Sedangkan ibuku adalah seorang wanita dengan tinggi 160 cm dan paras yang cantik. Beliau memiliki mata yang indah. Keanggunan, itulah hal yang akan kau temukansaat memandang wajah serta perawakannya. Ibu selalu menasehati diriku tentang Tuhan dan cinta kasih kepada sesama makhluknya. Entah apa yang orang tuaku kerjakan, terakhir aku bertemu adalah sebulan yang lalu, dimana mereka berpamitan untuk melakukan sebuah penelitian di Papua selama waktu yang tidak dapat ditentukan. Mereka pergi saat dijemput oleh beberapa petinggi negara beserta para ajudannya. Memang uang yang dimiliki orang tuaku banyak, bahkan aku memiliki tiga akun bank virtual yang berbeda & semuanya selalu terisi cukup banyak setiap bulannya. Tidak ada hal yang kurang secara materi dari seorang anak sepertiku. Tapi apa yang aku rasakan hanyalah sebuah kehampaan tanpa adanya kebahagiaan. 

Namaku adalah Rad. Maaf aku tidak dapat memberikan nama lengkapku untuk keamanan kita semua, kau harus tahu bahwa banyak sekali kejahatan virtual di tahun ini. Banyak para hacker yang mencuri identitas dan menjual ke beberapa perusahaan ilegal untuk disalah gunakan. Aku adalah seorang anak SMA yang sebentar lagi menjalani ujian akhir yang aku rasa sangat membosankan. Aku bahkan hanya perlu membaca sebuh buku dalam sehari untuk mengetahui pikiran penulisnya. Sedangkan di sekolah kita harus membaca beberapa buah buku yang sama terus menerus selama satu tahun. Aku bukanlah anak keren dan populer di sekolah. Bahkan temanku bisa dihitung dengan jari. Bukannya aku tidak peduli oleh mereka, tetapi pemikiran yang aku miliki dengan beberapa teman di sekolah selalu berbeda. Hal yang selalu mereka bicarakan hanyalah media sosial, gosip artis, dan beberapa hal yang tidak penting menurutku.

Kadang saat aku merindukan sosok kedua orang tuaku, aku membayangkan masa-masa indah saat bermain ataupun belajar bersama mereka. Mulai dari saat aku masuk Sekolah Dasar, Ibuku selalu menyempatkan dirinya untuk mengantarkan aku ke sekolah. Memang tidak setiap hari Ia mengantarkanku, tetapi disaat Ibuku mengantarkan aku ke sekolah, beliau selalu bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan alam dan cinta. Tanganku tidak pernah lepas dari genggaman beliau saat aku serius mendengarkan ceritanya. Terlihat paras cantiknya yang sagat anggun. Tidak hanya Ibuku yang pernah mengantarkanku ke sekolah, ayahku pun sering menyempatkan dirinya untuk mengantarkanku dengan sepeda kumbang rakitannya. Beliau selalu bercanda selama perjalanan. Selalu dapat membuatku yang masih kecil dan haus akan pengetahuan tertawa. Namun disaat aku menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama, mereka berdua hampir tidak pernah mengantarkanku ke sekolah lagi. Jarang sekali kami bisa berbicara bertiga setiap hari, mereka sangat sibuk semenjak itu. 

"Rad, ini makanan serta kapsul vitamin dan minuman untuk anda"

Alice masuk lagi ke kamarku setelah dia keluar dan memberikan makanan untukku. Dia membawakan sebuh piring berisi makanan pokok dan sayuran serta beberapa kapsul vitamin dan sebuah gelas berisi minuman kepadaku. 

"Terima kasih Alice, aku bersyukur memilikimu sebagai keluargaku satu-satunya."

Setelah aku berkata seperti itu, wajah Alice memerah. Memang Alice adalah sebuah robot, namun dia telah diprogram sedemikian rupa sehingga memiliki artificial intelligence atau kecerdasan buatan namun dengan batasan-batasan tertentu. Ia dapat menyelesaikan pekerjaan rumah manusia secara cepat dengan bantuan sensor motoriknya. Para ilmuwan menciptakan robot-robot seperti Alice dengan batasan tertentu karena kekhawatiran akan tindakan kecerdasan buatan yang melampaui batas manusia. 

Setelah memakan semua yang telah dihidangkan & meminum vitamin, aku mandi dan berganti baju. Sebuah kaos yang bertuliskan nama sebuah band yang aku sukai. Aku keluar kamar menuju ruang tengah untuk menonton televisi, sebuah kotak tipis layar datar yang berukuran besar dan melengkung. Sebenarnya di kamar pun ada sebuah televisi, namun aku hanya merindukan menonton televisi di ruang tengah bersama ayah dan ibuku seperti saat aku kecil. Aku ingat benar, setiap hari minggu ada sebuah acara televisi yang aku sukai, yaitu acara kartun dan pengetahuan tentang alam. Ayah dan ibuku selalu menemaniku menonton acara tersebut. Kami saling tertawa saat melihat adegan lucu di kartun kesayanganku. Ibuku selalu bercerita tentang apa yang kami lihat saat acara pengetahuan tentang alam diputar. Saat sore hari menjelang dan acara di televisi telah usai, kami pergi ke sebuah taman di dekat rumah untuk melepas penat. Aku bermain di taman dengan ayahku sedangkan ibuku tersenyum memandangi ayah dan aku. 

Acara televisi di masa ini seluruhnya menggunakan saluran digital, tidak ada lagi saluran analog. Setiap kali aku streaming saluran-saluran televisi yang ada, selalu dipenuhi dengan berita politik, reality show, serial televisi, dan film-film yang sangat membosankan. Namun ada salah satu acara televisi dari saluran yang paling aku suka, yaitu alam dan hewan. Ya di tahun 2513 ini, banyak hewan yang punah, semua karena tindakan pemerintah yang tidak tepat sama sekali yang berkaitan dengan perlindungan hutan dan hewan. Banyak sekali perdagangan hewan dan pengalihan fungsi hutan secara ilegal. Semua yang diberitakan media hal-hal tersebut dinyatakan ilegal dan bukan kesalahan pemerintah, namun kenyataannya pemerintahan lah yang menjadi dalang di balik semua kebusukan legalitas di belakang layar. Hutan semakin gundul dan tergusur dengan adanya gedung-gedung pencakar langit serta kawasan industri oleh manusia & alien. Oh ya, berbicara tentang alien, mereka telah resmi menampakkan diri dan saling berinteraksi sejak 20 tahun lalu. Tepatnya 5 Juni 2493, juru bicara Persatuan Alien Seluruh Bumi, Aseolum Brunnerse, dari salah satu planet di galaksi Andromeda, melakukan perjanjian damai dengan ketua Persatuan Bangsa Bangsa yang disiarkan langsung oleh seluruh saluran televisi di seluruh bumi. 

Oh ya, aku memiliki satu teman dekat dari ras alien, dia adalah Nat yang keluarga besarnya berasal dari Karot, sebuah planet diluar Galaksi Bimasakti. Nat lahir dan besar di bumi, dia memiliki fisik yang sama dengan manusia, hal itu karena suatu serum yang disuntikkan di rahim ibunya oleh kakek Nat (alien pertama dari ras Nat yang mendatangi bumi) untuk menyamarkan keadaan mereka. Namun setelah perjanjian itu dilakukan, para alien mulai menampakkan wujud mereka sendiri. Nat memiliki tubuh yang tegap untuk anak seusianya. Ia memiliki tinggi yang hampir sama denganku. Rambutnya selalu rapi, ia bahkan selalu membawa sisir di saku celananya. Namun ada beberapa hal yang membedakan ia dan manusia lain. Ia memiliki mata yang berwarna abu-abu serta kuping yang runcing. Ada beberapa kesamaan di dalam diri kami, kami sama-sama menggunakan sebuah sneaker lawas dengan desain old school. Bahkan kamu memiliki selera musik yang sama. 

"Teeeet Teeet Teeet", bel rumah berbunyi nyaring. "Halo, Rad?"

Baru juga aku menceritakan tentangnya, ternyata itu suara Nat yang menjemputku untuk melihat tinju jalanan. Ia berjalan dari rumahnya yang tidak begitu jauh dari rumahku. Jam dinding yang menunjukkan pukul 23.35 WIB, Nat menyapa dan langsung masuk ke kamarku setelah Alice membukakan pintu. 

"Bagaimana penampilanku? Seperti Donas kan? Penuh dengan misteri." 

Setelah mendengar perkataanku Nat seketika menertawakan. 

"Haha, kurus seperti kamu jauh berbeda dengan Donas yang keren itu." 

Seketika Nat berkata seperti itu dengan tawanya yang nyaring. Oh ya, sekedar informasi bahwa Donas Jugans adalah aktor film laga terkenal dunia pada saat ini. Dia adalah aktor yang berasal dari luar bumi alias alien. Namun penampilan serta aktingnya sangat menarik perhatian penduduk bumi. 

Kami pun melangkah keluar rumah. Jalanan bagaikan sebuah pemakaman, sepi sekali, bahkan hantu mungkin enggan untuk keluar dari liang lahat, mengingat waktu menunjukkan pukul 00.13 WIB. Terlihat gelandangan yang terjaga di depan halaman sebuah toko. Nat menghampirinya dan memberikan sebuah bungkusan yang berisi makanan cepat saji dan sebuah minuman kaleng. Ya, Nat memang seseorang yang baik hati. 

"Kasihan mereka, tergerus oleh berkembangnya jaman dan keegoisan makhluk lainnya." 

Langsung saja aku iyakan perkataan Nat setelah dia mengeluarkan kalimat tersebut.

Setelah berjalan sekitar 900 meter, langsung saja kami masuk ke sebuah gedung pertunjukan yang sepi. Terlihat sebuah pintu yang tertutup. Kami langsung membuka pintu dan masuk menuju sebuah ruangan bawah tanah. Ada sebuah pintu kecil di ujung anak tangga. Setelah enam kali ketukan, pintu tersebut dibuka oleh seorang manusia bertubuh besar. Nat mengambil beberapa lembar rupiah dan memberikannya kepada orang tersebut. Kami pun dipersilahkan masuk dan menuju sebuah tangga kebawah. Setelah beberapa langkah terdapat banyak kerumunan manusia dan alien lainnya. Mereka menikmati pertandingan tinju bawah tanah. Terlihat dua orang sedang beradu di sebuah ring yang terlihat kumuh. Malam itu kami lewatkan dengan menonton pertandingan tinju bawah tanah dan bertaruh beberapa rupiah. Setelah beberapa pertandingan, kami keluar dari gedung pertunjukan kumuh tersebut. Sisanya kami habiskan waktu di depan warung kecil dengan sebuah bir serta beberapa batang rokok. 


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login