Mata kami bertemu. Dia melihatku dari bawah sampai atas seperti sedang menganalisis ku. Tidak sopan. Aku membuang mukaku kepadanya dan segera pergi ke kasir dan kulihat wajah pemilik toko pucat tanpa alasan. Aku memberi 1 perak, aku menerima kembalian 5 perunggu, dan beranjak dari kasir. Saat hendak membuka pintu, tanganku ditarik oleh pria berbadan besar itu.
"Ada apa Tuan?".
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?".
Aku lihat wajah tampan itu baik-baik dan berusaha mengulik ingatan Dorothy... Tidak. Dorothy tidak pernah bertemu dengan lelaki setampan ini. Dorothy buruk dalam percintaan.
"Tidak. Kalau begitu permisi."
Baru saja hendak beranjak pergi, tanganku ditarik lagi olehnya. "Apa anda tidak tahu saya?".
Bukankah sudah kubilang aku tidak peduli siapa dia? Oh ya, itu hanya dibenakku. "Tidak. Bisakah anda lepaskan genggaman anda? Anda harusnya tahu jika tidak boleh menggengam tangan seorang Lady sembarangan, kan?".
Dia tersenyum kepadaku. Dia melepaskan tanganku. Kulihat tanganku benar-benar berbekas karena genggamnya. Aku melihatnya dengan sinis dan buru-buru pergi dari toko sihir.
Aku langsung pulang ke rumah. Melihat keadaan rumah yang kosong berarti Hyacinth belum pulang. Belum terlalu sore jadi tidak perlu aku mencarinya untuk membawa dia pulang.
Aku pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk Hyacinth. Dari ingatan Dorothy, Hyacinth tidak pernah mengatakan apa makanan favoritnya. Dari yang kuduga, bagi Hyacinth sudah bisa makan dari Dorothy itu harus disyukuri. Anak sekecil itu harusnya punya makanan favoritnya.
....
Aku akan membuatkan makanan yang bermacam-macam hingga Hyacinth memiliki makanan favorit. Aku memiliki daging ayam dan berbagai bumbu dapur. Sedikit mengejutkan di dunia ini adalah keberadaan rempah-rempah yang melimpah seperti dunia asalku, lebih tepatnya negara asalku. Jika rempah-rempah sebanyak ini maka makanan apa saja bisa kubuat selama aku bisa menemukan rempah-rempah yang sama seperti rempah-rempah di duniaku sebelumnya.
Di dapur ada bahan seperti kapulaga, daun jeruk, daun sirih, bawang merah dan putih, kunyit, dan masih banyak lagi. Aku mencoba mencium masing-masing bau bahannya sudah bisa memastikan jika bahan ini sama seperti bahan yang ada di duniaku yang sebelumnya. Dengan bahan ini bisa aku membuat rendang! Yah... Walaupun aku menggunakan daging ayam tapi tidak masalah. Aku tidak mau membeli daging di pasar karena takut yang dibeli malah daging tikus mata merah raksasa.
Di kehidupanku sebelumnya aku adalah seorang kepala chef di sebuah restoran yang lumayan terkenal di kotaku. Aku suka memasak dan suka melihat orang-orang memakan masakanku. Bagiku makanan dapat menyatukan semua kalangan dalam satu meja dan menyantap hidangan yang sama. Makanan adalah senjata perdamaian!!!
Untungnya di dunia ini ada cobek jadi mudah untuk menghaluskan bahan masak. Di kehidupanku sebelumnya juga aku lebih memilih cobek ketimbang blender karena cobek bisa mempertahankan ciri khas setiap bahan masak yang dihaluskan.
Sebelum memulai semuanya aku harus menyalakan api dahulu. Sialannya adalah tidak ada teknologi benama kompor dan tabung gas. Jadi memasak harus di tungku api dengan meniup api terlebih dahulu. Tubuh Dorothy yang kurang olahraga membuatku sesak nafas hanya dengan meniup-niup api di tungku.
Setelah api siap, aku mulai menghaluskan bawang merah dan putih, kunyit, lengkuas, kemiri, pala, kapulaga, dan ketumbar. Setelah semuanya halus, aku menumisnya dalam wajan dan dilanjutkan dengan menuangkan air yang mirip santan lalu mengaduk rata hingga beraroma nikmat. Kemudian ayam yang telah aku potong 12 dimasukkan ke dalam wajan dan kuaduk hingga rata. Aku mengecilkan api di tungku dengan mengeluarkan beberapa kayu bakar dan menutup wajan dengan penutup wajan. Tinggal menunggu bumbu dan ayamnya menyatu hingga menjadi rendang.
Memasak itu melelahkan tapi menghilang seketika saat melihat makanan kita disantap lahap oleh seseorang. Semoga Hyacinth menyukai rendang yang aku buat. Dari ingatan Dorothy, jarang sekali Dorothy memasak dan jika memasak itu ada tamu di rumahnya. Siapa tamu itu? Laki-laki bujang. Dorothy sudah bermain bersama banyak lelaki demi memenuhi kesepiannya setelah ditinggal adik kesayangannya, Camelia.
Soal Dorothy dan Camelia sungguh menyakitkan hati. Mereka berdua adalah anak yatim piatu yang dibuang dari panti asuhan karena dianggap hama di sana. Dorothy berjuang demi Camelia sejak kecil. Dorothy merampok dan dipukuli oleh orang dewasa. Pernah pula dia menjadi tukang angkat barang namun terkena skandal pencurian yang dimana dia tidak pernah melakukannya setelah kejadian itu. Semua itu demi membuat adiknya bisa makan dan hidup tenang.
Tapi saat mereka berdua remaja, Camelia diambil paksa oleh pihak gereja karena dia adalah seorang Saintess. Camelia awalnya melawan dan tidak ingin meninggalkan kakaknya, Dorothy. Tapi apa daya mereka di hadapan orang dewasa yang memiliki kekuasaan. Dorothy diculik dan dibuang ke perbatasan kerajaan Xamonia hingga Camelia tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang diinginkan pihak gereja. Camelia ikut ke gereja dan Dorothy dibiarkan hidup sampai sekarang. Dari ingatan Dorothy, ia sangat membenci Camelia saat tahu Camelia tidak mencari keberadaannya. Dorothy menjadi hilang arah hingga memutuskan untuk menutup hatinya kepada siapapun. Karena itu saat dia tahu jika adik kesayangannya memiliki anak dia melampiaskan kebenciannya kepada Hyacinth. Walaupun dia tahu Camelia meninggal, dia tidak merasakan apapun. Dorothy benar-benar menutup hatinya untuk siapapun.
Memikirkannya membuat kepalaku mumet. Pemandangan matahari sore di jendela rumah seharusnya membuat hatiku tenang tapi memikirkan takdir Dorothy dan Camelia membuatku muak. Dari arah luar jendela kulihat bayang-bayang Hyacinth pulang menuju ke rumah. Aku berdiri dari kursi dan pergi ke wajan. Rendang ayam sudah jadi dan siap dihidangkan. Aku mendengar suara langkah kaki yang berjalan begitu lambat seperti seorang maling. Jelas itu bukan maling tapi keponakan ku yang imut, Hyacinth.
Aku menoleh ke belakang dan melihat Hyacinth yang bersembunyi di balik rangka pintu dapur. Aku tersenyum melihatnya.
"Bersihkan tangan dan wajahmu di kamar mandi. Kita makan malam sebentar lagi," ucapku.
Dia menunjukkan dirinya dan aku kaget. Sutil memasakku terjatuh ke lantai dan segera aku mendatangi Hyacinth. "Siapa yang melukaimu?," tanyaku serius.
Bajunya penuh robekkan. Ada luka goresan di pipinya. Rambutnya yang indah tadi siang jadi berantakan. Aku benar-benar marah, siapa yang melukai anakku?!
"T-tidak ada Bi-bi... Jangan marah... Tolong..."
Oh tidak... Hyacinth mengira aku marah kepadanya. Biadab. Akan kucari yang melukai anakku ini. Aku menggendong Hyacinth dan membawanya ke kamarku. Aku menaruhnya di kursi, aku mengambil kotak P3K, dan mengobati luka goresan di wajah Hyacinth.
"Bukankah aku bilang berteriak saja saat ada yang menggangumu?," ucapku.
"Sungguh tidak apa-apa Bibi... Ti-tidak ada yang melukaiku. Aku hanya terjatuh saja," balas Hyacinth.
Terjatuh? Tidak mungkin. Pasti ada yang jahil terhadapnya. Aku akan mewajarkan ketidakpercayaannya kepadaku. Lukanya masih begitu besar di hatinya. Aku tanpa sadar memegang tangan Hyacinth dan menatap matanya. Dia ingin menangis karena ketakutan.
"Kamu adalah keluargaku satu-satunya. Tidak apa-apa kamu tidak mau mengatakan siapa yang melukaimu. Maafkan aku telah memaksamu bicara. Aku akan mengurusnya untukmu," balasku.
Aku memberi plester ke luka gores di wajahnya. Dia menangis pelan, terlihat dia menahan tangisannya yang tersedu-sedu. Tangisannya seperti membuat hatiku hancur berkeping-keping.
Dari ingatan Dorothy, Hyacinth pernah pulang dalam keadaan yang sama seperti ini. Dorothy hendak marah dan membunuh pelaku yang melukai keponakannya. Namun ia teringat pernah ditinggal pergi oleh Camelia jadi dia mengurungkan niatnya dan malah melukai Hyacinth lebih lagi.
Aku membaringkan Hyacinth di kasurku hingga dia tertidur pulas sambil menangis. Aku pelan-pelan ke luar kamar dan bergegas pergi ke luar rumah. Tujuanku pergi adalah ke rumah teman Hyacinth, Miliana.