Download App

Chapter 3: Orang Ketiga

•-----•

Aku pernah mencintai suamimu...

•-----•

Khuma tak bisa menahan keterkejutannya akibat mendapati seseorang yang ada di ruang makan. Seseorang yang ternyata adalah sepupunya sendiri, siapa lagi kalau bukan Jafar.

Ya, Jafar Dzikri Rabbani. Pemuda dengan senyum menawan itu tengah bertamu dirumah Khuma.

"Ya Allah, Jafaaaar!" teriak Khuma heboh.

Jeffry pun ikut terkejut sebab tak hanya ada Jafar tapi juga ada Aisyah. Wanita yang tak menghadiri acara pernikahannya dengan Khuma. Wanita yang terobsesi padanya. Kini ada di depan matanya.

Aisyah berada di ambang pintu dapur, dekat meja makan berada. Posisi wanita itu ada di belakang Khuma. Sedangkan Jeffry yang baru saja tiba bisa melihat Aisyah.

Wanita itu baru tiba di Indonesia siang ini, dan dijemput oleh Fathan. Padahal sudah ada Arnan tapi dia memilih Fathan. Alhasil Fathan bawa Aisyah ke rumahnya.

Belum menyadari ada Aisyah di dekat Jafar, "Kamu ke mana aja. Sok sibuk banget sekarang ya!" protes Khuma.

Khuma tak menyadari perubahan ekspresi dari Jeffry. Dia menoleh ke arah suaminya itu dan berkata, "mas kita nginep di sini ya? Aku kangen sama Jafar, mau ngobrol banyak."

Tak mendapat jawaban, Khuma menautkan kedua alis matanya dan mengalihkan pandangannya ke arah Jeffry memandang.

Tepat saat itu juga, Khuma terkejut tapi malah mengukir senyum di wajah manisnya. "MasyaAllah, kak Aisyah?"

Khuma menghampiri Aisyah. "Kakak ke mana aja? Kenapa nggak dateng ke acara pernikahan aku?"

Fathan dan Jeffry saling bertukar pandang. Fathan seakan tahu apa yang ada di pikiran Jeffry, kenapa ada dia? Sebagai jawabannya laki-laki itu menggedikkan bahu.

Terlihat Aisyah tersenyum. Entah senyum apa yang dia berikan. "Maaf ya, aku ada urusan di Edinburgh jadi harus kembali ke sana...

... selamat ya atas pernikahanmu dengan Jeffry," ucap Aisyah lalu menatap Jeffry.

Jeffry pun segera mengalihkan pandangannya. Dia tak ingin membuat Aisyah berharap lebih. Mungkin sikap sedikit cuek akan Jeffry lakukan, demi menjaga perasaan sang istri.

"Makasih banyak kak. Cepet nyusul ya," jawab Khuma dengan senyum sumringahnya.

Aisyah membalasnya dengan tersenyum.

Bunda Fatmah datang dan berkata, "ayo semuanya siap-siap sholat maghrib. Ayah Adnan udah siap di ruang tamu. Ayo Fathan, Jeffry dan Jafar ke masjid."

"Baik bunda..." jawab Jeffry. Dia bisa bernapas lega.

Setelah itu, Bunda Fatmah masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap sholat maghrib.

"Ayo kak, ke kamar aku. Kita sholat di rumah. Nanti teraweh bareng ya sama bunda.." ucap Khuma.

"Mas... boleh kan aku nginep di rumah bunda?" Khuma sudah beralih menghampiri Jeffry.

Ingin sekali Jeffry menolak. Apa Khuma lupa akan permintaan Jeffry tadi? Pikirnya.

Menghela napas pelan. "Ya udah. Mas izinin tapi semalam aja ya."

"Iya mas... makasih ya," sahut Khuma.

"Jaf, nanti kita ngobrol banyak. Kamu harus cerita soal Nayya sama aku!" lanjut Khuma, lalu dia menarik tangan Aisyah dan mengajaknya ke kamarnya.

Jafar hanya menganggukkan kepalanya. "Bang Jeff, maaf ya. Khuma gitu orangnya, tingkat keponya tinggi banget."

"Manggilnya kak, dasar nggak sopan!" protes Fathan sambil menjitak kepala Jafar pelan.

"Hih, sakit bang!" Jafar mengusap kepalanya.

Jeffry hanya tersenyum. "Nggak apa-apa Jaf, yang penting istri saya seneng."

"SubhanAllah... pantesan kak Khuma kesemsem sama bang Jeffry, eh—" sahut Jafar keceplosan. Sebab Khuma pernah bercerita tentang Jeffry pada Jafar.

"Jadi laki kok lemes!" ledek Fathan.

"Bodo amat bang! Nyamber aja kayak petasan korek!" ucap Jafar, lalu berlari untuk siap-siap sholat maghrib.

Jeffry menahan Fathan yang ingin menyusul Jafar. "Fath, itu gimana Aisyah bisa ada di sini?"

"Ceritanya panjang Jeff. Saya akan ceritakan nanti ya sepulang teraweh. Nginep di sini kan?"

"Iya. Jelasin ke saya ya."

Fathan mengangguk. Mereka bedua akhirnya menyusul Jafar. Jadi, para lelaki sholat maghrib di Masjid. Sedangkan para wanita sholat di rumah.

•-----•

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.20 WIB. Sholat teraweh pun selesai beberapa menit lalu --delapan menit.

Khuma, Aisyah dan Bunda Fatmah baru saja tiba di teras rumah masih mengenakan mukena. Tak lama kemudian, datanglah Jeffry dan Fathan.

Jeffry langsung menatap Khuma dan berkata, "subhanAllah... istri mas cantik banget pakai mukena barunya."

"Iiih mas, malu tau jadi ketauan mukenanya baru," protes Khuma. Tapi perempuan itu tak bisa memungkiri kalau dia merasa senang karena pujian dari suaminya itu.

"Pake protes, padahal seneng itu dibilang cantik sama pujaan hati," goda Fathan.

Bunda Fatmah tertawa. "Sudah-sudah. Ayo masuk. Ah, di mana ayah?"

"Masih di masjid sama Jafar, bun. Ini si Jeffry udah rindu sama istrinya jadi pengen cepet-cepet pulang," jawab Fathan.

Jeffry tersenyum malu. "Nggak bun, Fathan bohong!"

Khuma ingin tertawa tapi ditahan. Jadilah dia hanya tersenyum sambil melirik Jeffry. Ya Allah mereka berdua sangat menggemaskan.

Sedangkan Aisyah hanya menyaksikan keduanya dalam diam. Entah apa yang dia pikirkan. Tapi, senyum kecil terukir di sudut bibirnya.

Bunda Fatmah, Fathan dan Aisyah masuk ke dalam rumah. Menyisakan Jeffry dan Khuma di teras depan.

"Sayang... kamu beneran mau nginep? Masakan kamu buat sahur gimana? Padahal tempe bacemnya enak banget..." ucap Jeffry sambil memasang wajah sedih.

Khuma bimbang. Dia sangat ingin bercerita dengan Jafar tapi sekarang prioritas utamanya adalah suami. Jad, Khuma hanya diam sambil menatap Jeffry.

"Ya udah nggak apa-apa. Kita nginep ya," ucap Jeffry pada akhirnya.

Laki-laki yang masih memakai baju koko dan sarung itu mengembuskan napas pasrah. Dengan bahu yang merosot dan senyuman yang sedikit dipaksakan, Jeffry mengusak pucuk kepala Khuma dengan sayang.

"Yuk masuk," lanjut Jeffry lalu menggenggam tangan Khuma.

Baru saja Jeffry ingin melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, Khuma menahannya dengan menarik tangan Jeffry.

"Mas maaf. Aku inget sekarang. Tadi, aku udah janji sama kamu. Jadi kita pulang aja nggak apa-apa," ucap Khuma sambil tersenyum lembut.

Ternyata Khuma baru mengingat tentang permintaan suaminya tadi. Dan dia sempat merutuki dirinya karena melupakan tugas dan kewajibannya sebagai istri.

Mendapat ucapan seperti itu, senyum Jeffry otomatis mengembang. Sebenarnya laki-laki itu sudah menyiapkan sesuatu untuk Khuma. Dia merencanakannya tadi saat mengintip istrinya itu memasak. Dia sudah menelepon seseorang untuk mendekorasi kamar utamanya.

"Sayang, kamu beneran nggak apa-apa?" tanya Jeffry memastikan.

Khuma tersenyum, lalu menarik tangan Jeffry untuk masuk ke dalam rumah. "Iya sayang. Abis ini kita pamitan ya. Atau kamu mau ngobrol dulu sama ayah dan kak Fathan?"

"Nggak sayang, besok aja. Takut kelamaan kalau ngobrol dulu," jawab Jeffry cepat. Dia tak ingin melewati momen ini. Sebab bisa saja dia dan Khuma akan libur selama puasa. Lalu bagaimana dengan program?

Khuma mengangguk dan menggandeng pergelangan tangan Jeffry. Seakan-akan perempuan itu ingin memberitahu pada dunia kalau Jeffry hanya miliknya.

Why? Pasti ada alasan kenapa Khuma langsung bersikap agresif kepada Jeffry.

Ternyata, saat di kamar Khuma. Dia diberitahu oleh Aisyah kalau wanita itu pernah mencintai Jeffry. Dan alasan kenapa Aisyah tidak hadir di acara pernikahannya dengan Jeffry.

Ingin rasanya Khuma marah tapi dia tahu itu tak akan berguna. Sebab sekarang Jeffry sudah menjadi miliknya. Toh, Aisyah memberitahu bahwa itu perasaannya dulu.

Tapi tetap saja Khuma khawatir, kalau tiba-tiba perasaan Aisyah itu muncul lagi. Khuma bukan perempuan polos yang tidak tahu apa-apa. Dia bisa membaca wajah seseorang, dan dia mendapati Aisyah tengah berbohong.

Mau tak mau, Khuma harus lebih waspada sekarang. Maka dari itu, Khuma bertekad akan menjaga apa yang sudah menjadi miliknya --Jeffry. Dia begitu mencintai suaminya itu.

"Bunda... maaf ya Khuma nggak jadi nginep. Khuma lupa ada urusan sama mas Jeffry," ucap Khuma pada bunda Fatmah.

Fathan yang ada di sana malah menggoda adiknya itu. "Urusan buat cucu bun."

Biasanya Khuma akan protes atau marah, tapi kini dia hanya memberikan senyuman sebagai jawabannya. Seakan sengaja agar orang yang mendengarnya beranggapan seperti Fathan.

"Nah kan dia diem aja bun! Berarti bener tuh!" lanjut Fathan lalu tertawa.

Bunda Fatmah menepuk pundak Fathan. "Hus, kamu tuh godain adikmu terus! Makanya cepet nikah biar nggak ngiri!"

Khuma dan Jeffry tertawa bersamaan. Sedangkan Aisyah tetap diam mendengar semua obrolan yang ada di ruang tamu itu.

"Maaf kak Aisyah. Khuma tau kalau kakak masih suka sama mas Jeffry. Tapi, Khuma nggak akan ngebiarin kakak ngerusak rumah tangga Khuma dengan mas Jeffry!" batin Khuma yang masih tertawa sambil melirik ke arah Aisyah.

•-----•


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login