Download App

Chapter 2: CH. 1 : Ritual Pemanggilan

"Waktunya hampir tiba, Yang Mulia. Generasi selanjutnya akan dipilih di kerajaan kita."

"Kau harus pastikan dia memilih putriku, Garlan. Kita sudah kehilangan kemenangan di generasi sebelumnya. Aku ingin Vestaria mencapai kejayaannya seperti dulu."

"Saya akan berusaha sebaik mungkin, Yang Mulia. Putri Veronica akan mengandung anak Raja iblis, pasti."

Garlan, seorang dukun istana tengah berbincang dengan Rajanya. Mereka terkesan membahas sesuatu yang rahasia, terbukti dari sepinya ruangan Raja kala itu. Hanya ada Garlan dan dua orang prajurit yang mendampingi Raja.

"Pertanda yang didapatkan sudah tepat. Mungkin sore nanti ritualnya bisa dimulai," tutur Garlan seraya mengusap janggut putih sedadanya. "Raja Iblis akan mengunjungi kerajaan kita."

"Kalau begitu, kita harus bersiap. Penjaga! Kabarkan berita ini kepada para petinggi istanaku. Cepat!" Sang Raja memerintah.

Kedua penjaga yang bersiaga di kanan-kiri singgasana segera bergerak ke luar ruangan, meninggalkan Garlan dan Rajanya. Sang Raja yang mengenakan mahkota dari zambrud tampak menerawang ke atas sembari memilin-milin kumisnya. Agaknya pria berumur lima puluh tahun itu asyik membayangkan kemenangannya di masa-masa mendatang.

"Katakan padaku, Garlan. Menurutmu, apakah Raja iblis yang datang ini sama dengan yang dulu?"

"Kemungkinan besar begitu, Yang Mulia. Raja Daemon Pertama merupakan Raja iblis terkuat. Jika bayinya dikandung oleh perempuan dari kalangan bangsawan, maka kekuatannya akan menjadi dua kali lipat. Demikianlah yang saya tahu." Garlan menjelaskan.

"Wah-wah, aku jadi merinding." Sang Raja terkekeh. "Aku penasaran bagaimana reaksi Elloria saat tahu kalau kita memanggil Raja Iblis lebih dulu dari mereka."

"Bukan hanya Elloria, tetapi seluruh kerajaan di benua ini akan gempar. Kita ada selangkah di depan mereka," timpal Garlan.

"Tidak, Garlan. Kita ada ribuan langkah di depan mereka. Hebat!" Sang Raja terbahak nyaring, sampai-sampai air liurnya terciprat ke sana-kemari. "Baiklah. Aku ingin kau memanggil beberapa biarawati terbaik untuk membentengi istana ini."

"Segera saya laksanakan, Yang Mulia." Garlan bersimpuh untuk memberi hormat, sebelum pergi meninggalkan ruangan.

Titah telah diberikan. Sesuai perintah Sang Raja, Garlan bergegas menuju gereja terbesar di kota Sears untuk merektur beberapa biarawati terbaik. Sebenarnya, biarawati yang hidup di gereja tersebut bukan sekadar wanita biasa, tetapi mereka punya kekuatan magis untuk menangkal aura beracun yang dipancarkan Raja Iblis.

Begitu kereta kuda sampai di depan gereja, Garlan segera turun dari tumpangannya dan memasuki tempat tersebut. Pria kurus itu disambut oleh sejumlah biarawati yang kebetulan tengah membersihkan gereja.

"Tuan Garlan," ucap seorang biarawati yang paling tua. "Selamat datang."

"Aku mendapat titah dari Raja untuk merekrut biarawati terbaik yang ada di gereja ini. Di mana Suster Grece?" Garlan tampak serius.

"S-saya di sini," sahut seorang biarawati yang berdiri di deretan kursi depan.

"Segera berkemas. Kau mendapat undangan istimewa dari Raja. Selanjutnya, Suster Ferrona dan Suster Eve. Kalian juga berkemas. Ayo, cepat."

Para biarawati itu bergegas mempersiapkan diri. Meski tidak tahu dipanggil untuk apa, mereka tetap bekerja dengan cepat. Bahkan, tak sampai sepuluh menit, Garlan yang menunggu di dekat kereta kuda sudah bisa melanjutkan perjalanan pulang. Ia masuk ke dalam kereta bersama tiga biarawati terbaik seantero Sears.

"T-Tuan Garlan, jika boleh tahu, apa tujuan kami dipanggil ke istana?" Suster Grece memberanikan diri bertanya.

"Raja butuh penetral," jawab Garlan, singkat.

"Penetral untuk apa?" Suster Ferrona, yang berbadan gemuk melanjutkan.

"Aura beracun Raja iblis. Raja iblis akan datang sore nanti, dan kalian diperintah untuk membentengi istana. Mengerti?"

"Tu-tunggu, bukankah sekarang bukan waktunya? Raja iblis hanya akan datang saat periode bulan darah tiap tujuh puluh tahun sekali." Suster Grece protes.

"Jangan sok mengajariku, Suster Grece," tegur Garlan. "Kami, para dukun istana akan melakukan ritual pemanggilan Raja iblis. Kerajaan kita akan mendapatkan bayi iblis lebih cepat dari kerajaan lain, dan itu artinya kesempatan Vestaria menjadi kerajaan terkuat akan terbuka lebar."

"Ritual pemanggilan Raja Iblis?!" Suster Grece terhenyak. "B-bukankah i-itu memerlukan persembahan besar?"

"Oh, lihatlah Suster Grece yang sok pintar ini." Garlan mendelik malas. "Demi kekuatan sebesar itu tentu saja perlu persembahan. Ini cuma di antara kita saja, jangan sampai orang lain tahu. Tiga ratus Kavaleri terbaik yang pergi berperang kemarin, sebenarnya mereka adalah persembahan Raja untuk ritual pemanggilan. Mereka semua akan mati karena kutukan." Kala bicara, Garlan tampak santai-santai saja, seolah nyawa ratusan orang yang ia singgung tidak berarti sama sekali.

"Kavaleri terbaik, kemarin, HAH!?" Suster Grece terkesiap. "Rig Valle ada dalam pasukan itu. Ia ditunjuk menjadi Panglima perang!"

"Aku tahu, Suster! Kau kira aku ini semacam dukun idiot?!" semprot Garlan, agak tersinggung. "Memang begitu rencananya. Untuk mengundang Raja Daemon Pertama, kerajaan kita harus memberikan persembahan terbaik. Tapi tenang saja, bayi Raja iblis yang akan lahir nanti pasti sanggup menggantikan mereka semua."

Sungguh kabar duka yang mengejutkan bagi Suster Grece. Terlebih, ada nama Rig Valle di sana, seorang prajurit perang terbaik yang sering datang ke gereja untuk menemuinya. Jika semua kavaleri yang dikirim kemarin adalah persembahan, itu artinya mereka akan mati, tak peduli menang atau kalah di pertempuran. Kutukan iblis akan merenggut nyawa mereka dengan brutal.

Setengah jam menyusuri kota, ketiga biarawati terbaik akhirnya sampai di istana. Sudah banyak para petinggi kerajaan ketika mereka tiba di aula besar. Hari hampir sore, dan persiapan hampir lengkap. Sejumlah dukun kerajaan berkumpul untuk membuat pentagram raksasa di lantai aula dengan pewarna khusus.

"Kalian bisa mulai membaca doa," perintah Garlan kepada tiga biarawati itu.

Suster Ferrona dan Eve langsung komat-kamit membaca doa, sementara Suster Grece tampak gamang. Wajahnya pucat, senada dengan raut duka. Tentu ia takkan tega membiarkan Rig Valle yang berperang dengan gagah-berani itu dicurangi oleh kerajaannya sendiri.

"Suster Grece." Suster Ferrona menyenggolnya. "Aku yakin kau masih ingat bait-bait doanya."

"T-tentu saja," sahut Suster Grece.

"Kalau begitu kenapa hanya diam? Setidaknya bantu kami yang sudah tua ini."

"M-maaf, aku tidak bisa. Para prajurit sedang mempertaruhkan nyawa mereka di luar sana. Aku tidak bisa menjadikan mereka persembahan," ungkap Suster Grece, lesu.

"Jika kau tidak membaca doanya sekarang, akan ada lebih banyak orang yang mati. Seluruh istana, bukan! Mungkin semua penduduk kota akan mati saat aura beracun itu menyentuh kulit mereka." Suster Ferrona mengomel. "Kita bukan orang naif, Suster Grece. Kita orang-orang realistis."

Meski yang dikatakan Suster Ferrona ada benarnya, Suster Grece tetap saja enggan melafalkan bait-bait doa pelindung. Rig Valle adalah prajurit taat agama yang senang membantu orang-orang di gereja. Ia juga sering memberikan sedekah kepada orang tak mampu. Jika Suster Grace membiarkan pria sebaik itu dikorbankan, betapa jahatnya dia.

"Perhatian! Tuan Putri Veronica Claidestein sudah tiba. Seluruh hadirin diminta untuk memberi hormat." Seorang prajurit kerajaan berseru ketika seorang wanita bergaun hitam memasuki aula bersama Sang Raja di sisinya.

Mereka berdua duduk di singgasana yang telah dipersiapkan. Putri Veronica hanya bisa menunduk gugup, sementara Ayahnya—Sang Raja—menebar senyum semringah kepada seluruh hadirin. Jelas ada kesenjangan situasi di antara keduanya.

"Yang Mulia, apakah ada yang ingin Anda sampaikan sebelum ritualnya dimulai?" Garlan bertanya sembari merendahkan posisi.

"Hmm ... aku tidak punya banyak hal yang ingin disampaikan. Tapi, dengarkanlah perkataanku baik-baik! Wahai rakyatku! Sebentar lagi, kerajaan kita yang tercinta, Vestaria akan kembali mendapatkan kejayaannya. Begitu bayi sang Iblis terlahir, maka invasi kita ke Elloria akan dimulai. Kemenangan sejati akan datang!" Sang Raja mengangkat tangan penuh semangat, bersambut tepuk tangan dari pada hadirin. "Mulai ritualnya!"

Para dukun istana lantas menempati posisi mereka. Ada enam orang dukun yang masing-masingnya duduk di ujung bintang simbol pentagram, sementara Garlan yang mengepalai mereka duduk di tengahnya. Mantra-mantra kuno mulai dibacakan, beradu dengan doa-doa yang dilafalkan oleh para biarawati.

Suster Grece yang masih teguh pada keputusannya berusaha membaur dengan cara menggerak-gerakkan mulut, tetapi bukan doa. Ia hanya bisa berharap kalau ritual itu akan gagal dan persembahan Raja akan ditolak, meski kemungkinannya sangat kecil. Raja iblis sangat menyukai orang-orang yang rela mempertaruhkan segalanya demi kejayaan. Sialnya, kerajaan Vestaria ini dipimpin oleh Raja yang bertipe demikian.

Seiring meningkatnya tensi pembacaan mantra, tiba-tiba garis pentagram yang ditempati oleh para dukun bersinar kemerahan. Sinarnya kian terang dari waktu ke waktu. Tatkala mantra yang dibacakan hampir selesai, Garlan yang duduk di tengah pentagram mulai bergelagat aneh.

Dukun berkepala botak itu terbahak nyaring, sementara kedua matanya menyala merah. Garlan menggeram seraya menegakkan tubuh kurusnya. Sang dukun istana sudah bukan dirinya lagi. Ia digantikan seseorang.

Hawa getir sontak menyelubungi seisi ruangan. Rasanya sangat panas, seolah ada minyak penggorengan yang sengaja dituang di atas kulit. Beberapa orang yang menyaksikan ritual tersebut bahkan ambruk tak sadarkan diri. Ada pula yang berteriak kesakitan ketika kulitnya melepuh-lepuh.

Tiada alasan yang paling logis untuk menjelaskan fenomena tersebut selain satu musabab; Raja Iblis telah datang. Beruntung, Sister Grece yang tak tega menyaksikan penderitaan para hadirin memutuskan untuk ikut melafalkan doa pelindung.

"Aku Raja Daemon Pertama, penguasa neraka tingkat seratus, iblis terkuat yang pernah ada." Garlan yang dirasuki sang iblis memperkenalkan diri. "Aku menerima persembahan kalian, Wahai manusia fana. Aku akan mewariskan takhtaku pada kerajaan ini. Jadi, siapa gerangan orang yang akan mengandung bayiku?" Garlan menatap tajam.

"S-selamat datang, Yang Mulia Daemon Pertama. Hamba Elrond Claidestein, Raja dari kerajaan Vestaria. Hamba sangat senang bi--"

"Tutup mulutmu, Manusia fana! Aku ingin satu nama. Siapa yang akan mengandung bayiku? Calon Raja Iblis." Garlan menyeringai.

"T-tentu, Yang Mulia Daemon Pertama." Elrond—Raja kerajaan Vestaria—bangkit dari singgasananya dengan wajah cemas. "I-ini dia. D-dia adalah orang yang akan mengandung bayi Anda. Putri saya sendiri, Veronica Claidestein." Pria berambut cokelat itu menunjuk putrinya yang takut setengah mati.

"Bawa dia kemari," perintah Garlan.

"Baiklah." Raja Elrond bergegas memegangi lengan putrinya untuk dibawa mendekati sang iblis.

"T-tidak, Ayah. A-aku tidak mau!" Putri Veronica tiba-tiba memberontak.

"Diamlah, Veronica! Jangan buat tugas Ayah menjadi lebih sulit. Ini semua demi kerajaan kita." Raja Elrond menyeret putrinya itu.

"Aku tidak mau! Kumohon, lepaskan aku! Tolong! Tolong! Siapa saja! Tolong aku!" Putri Veronica terseok-seok di lantai tatkala sang Ayah memberangus badannya mendekati Raja iblis.

Tiada satupun orang yang berani menentang sang Raja. Meski putrinya sendiri sudah menangis tersedu-sedu, ia tetap bersikukuh pada ambisinya untuk mencapai kejayaan. Raja Elrond telah dibutakan oleh nafsunya sendiri.

"Kau akan baik-baik saja, Veronica sayang," bisiknya sesaat meninggalkan sang putri di tengah pentagram bersama Raja Iblis.

Suster Grece yang menyaksikan kejadian pilu tersebut hanya bisa memejamkan mata. Kepalanya penuh akan kekalutan yang kian menjadi-jadi. Pertama, ia sangat khawatir dengan nasib Rig Valle. Kedua, ia turut prihatin pada kondisi sang putri. Ketiga sekaligus fakta yang paling ironis adalah dirinya juga ikut ambil bagian dari penderitaan yang menimpa kedua orang tersebut.

"Aku sangat berdosa," gumamnya.

"Eh, apa yang kau bicarakan, Suster?" Suster Ferrona yang asyik melafalkan doa keheranan.

"Aku telah membunuh banyak orang. A-aku tidak pantas hidup." Mata Suster Grece berkaca-kaca. "A-aku telah dimabukkan oleh nafsuku sendiri."

"Itu tidak benar! Kita hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh Raja, tidak lebih. Jadi, jangan menghakimi dirimu sendiri."

"Semoga Tuhan mengampuniku." Wanita berusia dua puluh satu tahun itu terisak, lalu kembali melafalkan doa.

Di lain sisi, Putri Veronica hanya bisa pasrah mengenai nasibnya setelah ini. Ia akan menjadi ibu dari seorang bayi iblis. Itu artinya, ia adalah istri dari Raja iblis yang beringas. Sebagai manusia normal, tentu gadis itu takkan sudi. Namun, karena ambisi sang Ayah, dirinya harus menanggung sebuah penderitaan yang berat.

"Veronica Claidestein, dengan restu neraka, aku anugerahkan kau calon pewaris kekuatanku. Calon Raja Iblis Daemon Pertama akan kutanamkan ke dalam rahimmu. Sampai waktu yang ditentukan, kau akan mengandung dan melahirkannya sebagaimana manusia normal. Apabila calon pewarisku mencapai usia tujuh belas tahun, maka semua rahasia akan tersingkap dengan sendirinya." Garlan mengacungkan telunjuk kiri, disusul seberkas cahaya merah yang bertengger di pucuknya. "Mulai saat ini, kau kudaulat menjadi permainsuri Raja Iblis sekaligus wadah yang akan melahirkan anakku." Telunjuk Garlan beringsut ke atas ubun-ubun Putri Veronica yang tersungkur pasrah.

Kala itu, semua mata terpaku menyaksikan. Titah terbesar sepanjang sejarah umat manusia akan diberikan kepada Vestaria, kerajaan terkuat yang pernah berdiri, dulunya. Setelah kehilangan pewaris Raja iblis di generasi sebelumnya, Vestaria akhirnya berhasil mendapat kesempatan untuk memanggil Raja Daemon Pertama lebih dulu daripada kerajaan yang lain.

Kini, jika cahaya di ujung telunjuk Garlan telah ditanamkan melalui ubun-ubun Putri Veronica, maka gadis itu secara otomatis akan mengandung bayi iblis. Satu-satunya aset perang terbaik milik Vestaria, sebab tiga ratus kavaleri mereka sudah hangus dijadikan persembahan.

"Kejayaan, kemenangan, dominasi...." Raja Elrond tak henti-hentinya meracau ketika menyaksikan prosesi pewarisan itu.

Manakala para petinggi Vestaria sudah kelewat girang membayangkan kejayaan mereka di masa depan, cahaya yang ada di ujung telunjuk sang dukun istana justru padam. Seluruh hadirin pun terkejut bukan main. Mata mereka terbeliak, seiring mulut yang ternganga lebar. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa prosesinya terhenti? Tiada yang tahu, kecuali raut berang di wajah sang iblis yang kian berapi-api.

"Kalian mempermainkanku!"

(TBC)


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login