Download App

Chapter 13: 13. Gosip.

Daffa membaringkan tubuh Harini ke atas tempat tidur.

dan membaringkannya, dengan lembut Daffa melepas sepatu yang masih melekat di kaki Harini.

"Kebiasaan, yang tidak bisa kamu hilangkan. lebih baik kamu lapar dari pada harus bertemu dengan orang tuaku dan saudaraku." Daffa menutup tubuh Harini dengan selimut. setelah mengusap kepala Harini, Daffa meninggalkan kamar Harini.

"Apa yang kamu lakukan di kamar anak sial itu?" Daffa menoleh dimana ibunya tengah berdiri dengan tangan berada di pinggangnya.

"Anak, sial itu memiliki nama Bu?" Daffa melenggang pergi melewati Harumi yang tengah berdiri.

"Daffa, begini caramu bersikap dengan orang tua hah?" Daffa, mendengus kesal mendengar perkataan Harumi.

"Bu, sudahlah tidak perlu kita perdebatkan lagi. inilah Kenapa aku tidak ingin pulang ke rumah karena mendengar perdebatan kalian yang tidak ada gunanya. tidakkah kalian berpikir betapa lelahnya harini harus melakukan semua pekerjaan di rumah dan harus berangkat sekolah tanpa makan terlebih dulu, dan apakah kalian tahu jika Harini berjalan kaki ke sekolah!?" Kata Daffa dengan nada tinggi membuat Harumi menatap nyalang pada putranya.

"Ibu, tidak peduli apa yang dilakukannya. dan semua pekerjaan yang dikerjakannya itu sudah sepantasnya dilakukan. karena dia menumpang hidup dengan keluarga kita, kamu tahu itu Daffa!!" Harumi berteriak di hadapan Daffa.

"Menumpang? apakah aku tidak salah dengar? Harini menumpang di keluarga kita? apakah ibu tidak tahu atau pura-pura amnesia? ibu lupa jika kita juga menumpang di rumah kakek, lalu apa bedanya dengan Harini!?" Daffa meninggalkan Harumi, yang menahan amarah.

"Daffa apa yang kamu lakukan pada ibumu? jangan membantah perkataan ibumu!!" Daffa, meletakan piring yang di pegangnya.

"Ayah, apakah ayah tahu apa yang di lakukan ibu pada Harini? Oh!! aku lupa jika ayah bagian dari penderitaan Harini." Daffa, membuatkan makanan kesukaan Harini dan membawanya ke kamar Harini.

"Daffa, lancang kamu!! begini caramu menghormati orang tua hah? begini ilmu sekolah yang di ajarkan di luar negeri?" Daffa kembali menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Haris dan Harumi.

"Bukan ilmu sekolah yang mengajarkan sikapku seperti ini!! tapi kalian, kalian adalah guru sesungguhnya. dengan kalian aku belajar bersikap tidak sopan, dengan kalian pula aku belajar menjadi orang yang jahat!!" Setelah mengatakan Daffa kembali ke kamar Harini.

"Tunggu!! apa yang kamu bawa itu? dia bukan ratu ataupun putri, biarkan dia mengambil sendiri makannya. letakan kembali makanan itu!!"

"Daffa, ibu tidak mengizinkan makanan itu kamu berikan pada Harini!!" Lanjutnya dengan suara lantang.

"Jangan khawatir ibu, makanan ini aku beli dengan uang pribadi ku, jadi tidak ada uang ibu ataupun ayah!!" Daffa membuat pintu kamar Harini yang masih terlelap.

"Harini, kakak siapkan makanan untukmu, kakak letakan di atas nakas." Daffa keluar dari kamar Harini. 'Aku tahu kamu sudah bangun, dan kamu mendengar semua yang di katakan oleh ayah dan ibu. Harini bersabarlah, setelah kakek kembali. kakak akan membawamu keluar dari neraka ini.' Kata Daffa dalam hati.

Harini yang terbangun setelah pintu tertutup. duduk di atas tempat tidur yang empuk, di kamar yang mewah. namun hatinya selalu tersiksa.

"Terima kasih kak Daffa, aku tidak tahu dengan cara apa bisa membalas kebaikan kakak dan kakek. hanya kalian yang aku miliki." Harini mengunci pintu kamarnya, Harini teringat dengan perkataan Malik. jika tidak ada dirinya di rumah pintu kamar harus terkunci.

Usai makan malam Harini membersikan diri. tiga puluh menit Harini keluar dari kamar mandi, dan kembali membaringkan tubuhnya dan melanjutkan tidurnya.

Keesokan harinya, Harini menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga Herlambang.

"Harini, cepatlah. kakak akan mengantarmu."

"Tidak, usah kak Daffa. aku berangkat bersama Carissa." Kata Harini.

"Tidak ada bantahan, cepatlah." Akhirnya Harini bersiap dengan seragam dan keluar dari kamar.

"Harini, kamu sudah siap?" Daffa menatap wajah cantik alami Harini bibirnya yang merah alami dan wajahnya yang cantik tanpa polesan.

"Ayo, kak. aku sudah siap."

Daffa membukakan pintu mobil untuk Harini.

"Terima kasih kak,"

"Hum ... Harini kakak lapar, kakak ingin makan bubur ayam yang berada tidak jauh dari sekolah." Harini membulatkan matanya.

"Heeiii!! kondisikan bibirmu itu, jika Kamu tidak ingin lalat masuk kedalam mulutmu Harini."

"Ish!! kakak. menyebalkan!!"

"Hahahaha ... heeiii!! jangan bilang menyebalkan, ingat biar menyebalkan begini aku kakakmu ingat itu!!"

"Baiklah, kakak komandan hahaha!! sudahlah ayo kita turun, Hari ini aku mendapatkan traktiran oleh kakakku yang tampan ini!!" Harini keluar dari mobil di ikuti oleh Daffa. tangan Daffa yang merangkul pundak Harini, yang dengan santainya berjalan di samping Daffa.

"Bang, buburnya dua ya." Kata Daffa.

"Ya, mas di tunggu ya." Mereka saling bercanda hingga pembicaraan yang serius, tidak lama kemudian pesanan mereka tiba, dan mereka menikmati sarapan pagi.

Usai sarapan, Daffa mengantar Harini kesekolah. setibanya di depan, Harini keluar dari mobil.

"Harini, apa kamu akan pergi ke perpustakaan sepulang sekolah?" Tanya Daffa.

"Ya, kak. kenapa?" Tanya Harini.

"Tidak, ada."

"Kak Daffa, apakah kakak tidak sekolah?"

"Sudah berapa kali kakak, bilang kakak libur." Harini, mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sudah turun, siang nanti akan kakak jemput." Ucap Daffa, mengusap rambut Harini.

"Hati-hati, belajarlah dengan rajin. kelak kamu akan menjadi orang yang sukses."

"Tentu kakakku sayang." Harini keluar, dari mobil. Daffa memperhatikan orang-orang yang menatap Harini, bahkan di antara mereka mulai berbisik-bisik membuat Daffa mengerutkan keningnya.

"Hei .. kamu tahu tidak, di sekolah kita ada seorang wanita panggilan." Harini melirik kearah seseorang yang mulai menunjuk dirinya.

Berapa orang kini menatap Harini dengan tatapan mencemooh bahkan di antara mereka menatap jijik pada Harini.

"Harini, kamu tidak apa-apa?" Nella memeluk tubuh Harini yang terlihat bingung dengan tatapan orang padanya.

"Ya, aku baik-baik saja tapi, mereka kenapa menatapku seperti itu dan ..." Ucapan Harini terhenti, saat tangannya di tarik oleh Nella dan Selly.

"Kamu harus melihatnya." Mereka menuju lapangan basket. tubuh Harini jatuh ke lantai wajahnya pucat pasi air matanya tidak mampu di bendung.

"Harini, apakah yang?" Nella memeluk tubuh Harini yang bergetar. Harini menghela nafasnya dalam-dalam, lagi-lagi tuhan mengirimkan ujian kali ini lebih berat walau faktanya tidak seperti yang terlibat.

"Aku, tidak apa-apa. lagi pula dia bukan orang lain." Ujarnya berusaha untuk berdiri.

"Harini, kamu mau kemana?"

"Aku ingin ke toilet. kalian kembalilah ke kelas."

"Kamu yakin tidak apa-apa?" Harini mengangguk, tersenyum indah untuk dua sahabatnya yang terlihat khawatir.

"Ternyata, di sekolah kita ada yang jadi ..."

"Cih!! murahan!!"

Harini tidak memperdulikan perkataan teman-temannya. dirinya tetap berjalan ke toilet.

BYURR !!!

Harini terkejut, seseorang menyiramkan air ke tubuhnya.

"Apa yang kalian lakukan padaku?" Tanya Harini tumbuhnya yang basah akibat ulah berapa siswa.

"Itu pantas untukmu wanita panggilan. kamu tahu tidak jika kamu telah mencoreng nama baik sekolah kita ini. dan kamu pantas untuk di keluarkan dari sekolah ini!!" Harini menggelengkan kepalanya.

"Kalian salah paham, dia kakakku. bukan orang lain!!" Ucap Harini membela dirinya.

"Halah jangan percaya itu akal-akalan dia saja!!" Clara mendekati Harini.

PLAKKKK !!!.

"Aawww ..." Harini menyentuh wajahnya yang terasa panas akibat tamparan dari Clara dan teman-temannya.

"Tunggu, sp dari kepala sekolah. atau kau akan langsung di keluarkan? bukankah kau sekolah dengan jalur beasiswa?" Clara mendorong tubuh Harini hingga terjungkal.

Berapa siswa mencemooh dirinya, dengan terang-terangan. bahkan diantara mereka melempari dengan telur.

"Harini!!!"

"Aku tidak, apa-apa. percayalah laki-laki yang bersama denganku adalah saudara laki-laki ku. kalian bisa tanyakan pada Carissa."

"Apa maksudmu bertanya padaku Harini? kamu tahu bukan jika kakakku tidak ada di rumah, dia sekolah di luar negeri!! jangan libatkan saudara laki-lakiku!!" Carissa mendorong tubuh Harini.

"Carissa kamu tahu yang sebenarnya," Ucap Harini lirih. namun Carissa mendorong tubuhnya beruntung disaat yang sama Nella dan Selly menahan tubuhnya sehingga, tubuhnya tidak mendarat di lantai.

Harini mengikuti langkah kakinya menuju atap sekolah.

"Aaaarrrggggghhhhh .... tuhan, ujian apa lagi yang engkau berikan padaku, ayah ibu. bawa aku bersama kalian hiks ... hiks ..." Tangis Harini pecah.

"Tidak ada gunanya kamu berteriak. aku akan membantumu tapi dengan satu syarat!!"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C13
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login