Download App
1.76% ALPHA.

Chapter 5: Perasaan yang sungguh aneh.

Tubuh Aranka Demetria merosot kebawa sambil terus memenutupi telinganya dengan sangat rapat bersamaan dengan air mata yang semakin deras mengalir dari sudut matanya.

"Tuan muda, apa yang terjadi?"

Suara ketukkan pintu terdengar dari luar pintu saat kegaduhan terdengar sangat jelas dari ruangan tersebut. Yang tentu saja di abaikan oleh Alpha Shaqille yang saat ini sudah di kuasai amarah. Apalagi saat ia kembali mengingat kejadian kemarin yang hampir saja merenggut nyawanya karena ulah orang yang benar-benar sangat di bencinya, ayah dari sosok yang sekarang tengah berada di hadapannya.

"Aku mencintaimu Tuan, sangat mencintaimu, tapi kenapa.. " Gumam Aranka Demetria yang terdengar bergetar namun terdengar jelas di pendengaran Alpha Shaqille.

"Apa? Cinta? Dengan tidak tau dirinya kau bilang mencintaiku?" Tanya Alpha Shaqille dengan senyum smirknya sambil melangkah mendekati Aranka Demetria yang masih terduduk di sudut ruangan dengan air mata yang terus mengalir di pelupuk matanya.

"Kau tidak berhak mendapatkan cinta dariku, kau bahkan tidak berhak untuk bahagia, kau seharusnya menderita seumur hidupmu. Dan aku akan membuat hidupmu semakin terpuruk." Ucap Alpha Shaqille dengan tatapan dinginnya.

"Lakukanlah Tuan, jika hal itu bisa membuat Anda merasa bahagia, lakukanlah.. "

"Sayangnya dengan hanya melihatmu menderita itu tidak cukup untukku, kenapa kau tidak mati saja?" Ucap Alpha Shaqille dengan senyum smirknya menatap tajam wajah istrinya yang terus menangis.

"Matilah jika kau ingin melihatku bahagia, bukankah kau mencintaiku?" Tanya Alpha Shaqille dengan nada rendah.

"Tu-tuan Alpha... "

"Karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintaimu, never." Ucap Alpha Shaqille yang langsung beranjak meninggalkan Aranka Demetria yang masih terisak di sudut ruangannya.

BRAAKK..

Suara bantingan pintu bersamaan dengan jeritan Aranka Demetria yang dengan erat memeluk kedua lututnya yang bergetar. Dengan perlahan Aranka Demetria menyeret langkahnya keluar dari ruangan kerja suaminya yang sudah nampak berantakan. Dengan sigap Brenda Marlleta meraih tubuh Aranka Demetria untuk di peluknya, kekhawatiran nampak jelas di wajah wanita paru baya tersebut yang sejak tadi berdiri di depan pintu ruang kerja Alpha Shaqille dengan perasaan cemas.

"Apa ada yang terluka Nyonya? Anda baik-baik saja?" Tanya Brenda Marlleta dengan nada yang penuh dengan kekhawatiran.

"Saya tidak apa-apa Bibi Brenda, saya hanya ingin beristirahat." Jawab Aranka Demetria yang terus berjalan.

"Nyonya, biarkan saya menemani anda,"

"Tidak perlu Bibi Brenda, saya benar tidak apa-apa." Balas Aranka Demetria dengan senyum tipisnya sambil terus melangkah menuju kamarnya.

Di dalam ruangan yang terlihat gelap tanpa pencahayaan sedikitpun, nampak Aranka Demetria terlihat tengah duduk termenung di pinggiran tempat tidurnya. Mata sembapnya jauh menerawang keluar jendela kamarnya. Dengan tangan yang bergetar sambil mengenggam sebotol Benzodiazepin. Tidak ada air mata lagi di sudut matanya yang biasa menemani kesendiriannya. Hanya ada senyum tipis di wajahnya pucatnya.

"Aku benar-benar ingin membuatmu bahagia Lee," Gumam Aranka Demetria menatap beberapa pil yang sudah ada di genggaman tangannya.

* * * * *

Sementara di jalanan kota yang nampak mulai sepi, terlihat sebuah mobil Alphard hitam tengah mengintari jalanan kota Verona dengan kecepatan sedang.

"Kita akan ke mana Tuan?"

Tanya Azio Devian yang sudah hampir 5 jam mengintari kota tersebut, namun belum juga ada tujuan, sepertinya Alpha Shaqille masih sangat betah dengan kediamannya, sambil menyandarkan tubuhnya di jok penumpang dengan nyaman sambil memejam, bahkan ini pertanyaan yang entah sudah berulang kali di tanyakan oleh Azio Devian yang masih belum mendapat satu jawaban pun dari Alpha Shaqille.

"Tuan muda,"

"Hm."

"Sepertinya Anda nampak tidak sehat." Ucap Azio Devian khawatir.

"Aku baik-baik saja."

"Tapi Tuan, Anda terlihat sangat pucat saat ini,"

"Aku hanya butuh Air mineral." Jawab Alpha Shaqille yang masih memejamkan matanya.

"Baiklah, saya akan ke supermarket dekat sini untuk membelinya." Jawab Azio Devian yang langsung menepikan mobilnya saat melihat sebuah supermarket 24 jam di tepi jalan sana.

"Tunggu."

Serga Alpha Shaqille saat dengan tidak sengaja matanya menangkap satu sosok yang tengah berjalan sambil membawa dua kantung sampah sekaligus untuk di buanganya. Sosok gadis dengan seragam kerjanya tengah berlari kecil menyebrangi jalan yang sudah mulai nampak sepi.

"Bukankah dia gadis yang waktu itu?" Tanya Alpha Shaqille yang masih terus mengamati gerak-gerik gadis tersebut, hingga gadis itu kembali ke dalam supermarket dan langsung meraih alat pel dan mulai mengepel lantai. "Dia gadis yang waktu itu kan?" Tanya Alpha Shaqille sekali lagi semakin mempertajam pandangannya.

"Benar Tuan, gadis itu karyawan di tokoh ini." Jawab Azio Devian membenarkan.

"Bukannya katamu dia kerja di sebuah kedai kopi?"

"Benar, saat pagi hingga siang hari, gadis itu bekerja di kedai kopi, kemudian lanjut bekerja paru waktu di toko itu dari sore hingga malam hari." Jelas Azio Devian yang membuat Alpha Shaqille mengangguk pelan. Hingga tidak berselang lama ia pun bergegas turun dari mobil mewahnya dan langsung masuk ke toko tersebut bahkan sebelum Azio Devian turun dari mobil dan membukakan pintu untuknya.

"Selamat malam, selamat datang di Toko kami." Sapa karyawan tokoh tersebut terlihat bersemangat sambil membungkuk hormat dengan senyuman di wajahnya.

"Malam."

"Silahkan berbelanja Tuan.. "

Kalimat gadis itu terhenti saat pandangannya tertuju pada pergelangan tangan pria di hadapannya yang masih terbungkus oleh perban. "Eh.. Anda Tuan yang waktu itu kan?" Tanya Gadis itu tiba-tiba saat ia mendongakkan kepalanya ke atas dan melihat wajah sang pengunjung yang masih berdiri di hadapannya. Sosok yang mempunyai postur tinggi dengan tubuh proporsional lengkap dengan wajah tampan namun terlihat dingin dan datar.

"Anda Tuan yang waktu itu kan?" Tanya gadis itu lagi untuk meyakinkan ingatannya.

"Hm,"

"Bagaimana keadaan Anda? luka Anda? Apa sudah tidak sakit lagi?" Tanya gadis itu lagi sambil terus mengamati lengan Alpha Shaqille yang masih terbalut perban.

"Ini hanya luka kecil," Jawab Alpha Shaqille singkat.

"Oh.."

'Tapi itu tidak terlihat seperti luka kecil.'

Batin gadis itu mengangguk dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya, yang entah mengapa saat melihat senyum itu membuat Alpha Shaqille ikut menarik sudut bibirnya keatas hingga membentuk sebuah senyuman yang sontak membuat mata Azio Devian melebar sempurna karena terkejut. Ia yang sejak tadi berada di samping Alpha Shaqille dan terus mengamati respon Alpha Shaqille yang tidak seperti biasanya hanya bisa terdiam menikmati senyum presdirnya.

'Apa karena gadis manis ini?'

Batin Azio Devian yang kembali mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang masih berdiri di hadapan mereka dengan alat pel yang masih berada di tangannya.

"Apa Tuan membutuhkan sesuatu? Biar saya bantu." Tanya gadis tersebut sambil meletakkan alat pel di sudut ruangan tersebut.

"Aku butuh air mineral." Jawab Alpha Shaqille.

"Baiklah, saya akan mengambilnya untuk Anda." Jawab gadis tersebut yang langsung berlari kecil meninggalkan mereka yang masih berdiri di sana. Hingga beberpa menit kemudian gadis itu kembali dengan cukup banyak botol air mineral di pelukannya, dan membuatnya cukup kerepotan saat membawanya.

"Anda butuh berapa banyak? Dan mau yang merek apa? Saya sengaja membawa banyak agar Tuan bisa memilihnya." Ucap gadis itu terengah dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan.

"Kau tidak perlu membawa semua merek, biar aku bantu," Ucap Alpha Shaqille yang kembali membuat Azio Devian melongo.

'Apa? Tuan muda mau membantu gadis ini? sejak kapan anda menjadi pria yang murah hati.'

Batin Azio Devian hingga ia terlupa dengan tugasnya yang harus melayani presdirnya saat ini.

"Ah tidak perlu, tangan Anda masih terluka, ini berat, nanti tangan Anda bisa sakit lagi." Balas gadis itu menolak.

"Hei aku seorang pria, luka sekecil ini tidak akan membuatku mati." protes Alpha Shaqille.

'Bahkan Tuan muda sudah mengucapkan lebih dari tiga kata pada gadis ini. sepertinya ada yang salah.' Batin Azio Devian semakin panik dengan perubahan sikap Alpha Shaqille yang sungguh tidak biasa.

"Ha? Ah iya ma-maaf hehehe.. " Balas gadis itu terkekeh yang membuat Alpha Shaqille kembali tersenyum dengan manis, meski senyuman itu terlihat begitu mengerikan bagi Azio Devian yang langsung menggeleng pelan untuk menyadarkan dirinya, sambil meraih troli di sudut sana.

"Saya rasa Anda membutuhkan ini Nona..."

"Azura Aubrey, Tuan bisa memanggil saya dengan sebutan Zura saja." Jawab Azura Aubrey yang masih tersenyum.

"Ah iya, Nona Zura. Bisakah Anda menyerahkan botol-botol itu? sepertinya itu sangat berat." Ucap Azio Devian yang langsung mengambil semua botol mineral dari gadis itu dan menaruhnya ke dalam troli.

"Ah iya hahaha.. " Balas Azura Aubrey kembali terkekeh sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Astaga saya sampai lupa harus membersihkan tempat ini." Lanjut Azura Aubrey menepuk jidatnya sendiri saat ia menyadari jika belum membersihkan lantai supermarket, sementara tidak lama lagi supermarket sudah akan tutup.

'Yah sebaiknya nona cepat menyingkir dari hadapan Tuan Alpha, sebab saya takut saat melihat Tuan Alpha mulai tersenyum, ini bukan seperti dirinya.' Batin Azio Devian menarik nafas lega.

"Maaf Tuan, apa ada lagi yang Anda butuhkan?" Tanya Azura Aubrey yang langsung menyimpan alat pelnya.

"Tidak." Jawab Alpha Shaqille singkat.

"Ah iya." Balas Azura Aubrey yang dengan sedikit berlari langsung menghampiri meja kasir untuk melayani Azio Devian yang sudah sejak tadi berdiri dengan troli dan selembaran uang di tangannya.

"Jadinya beli berapa buah?" Tanya gadis itu kepada Azio Devian.

"Dua bo.... "

"Semuanya" Sahut Alpha Shaqille dari sudut sana.

"What?" Reflek Azio Devian sambil melihat beberapa botol air mineral di dalam troli.

'Air mineral sebanyak ini untuk apa Tuan?'

Batin Azio Devian yang langsung menarik menarik nafas dalam sambil mengeluarkan semua botol mineral yang kurang lebih berjumlah 20 buah.

'Dan gadis ini, bagaimana bisa dia membawa begitu banyak botol mineral dengan tubuh mungilnya.' Batin Azio Devian menggeleng pelan.

"Baiklah, silahkan Tuan, Terimakasih telah berbelanja di toko kami." Balas Azura Aubrey tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya ke arah Alpha Shaqille yang hanya mengangguk pelan dengan sebelah sudut bibir yang sedikit melengkung ke atas. Meski wajah Azura Aubrey terlihat sangat kelelahan saat pembayaran transaksi selesai, namun dengan semangat ia kembali meraih alat pelnya dan mulai mengepel sambil bersenandung kecil saat keduanya sudah meninggalkan supermarket tersebut.

Hingga 5 menit kemudian Mobil mewah Alpha Shaqille kembali melaju membelah jalan kota Verona yang sudah nampak terlihat sepi di pukul 23.30 malam.

"Sepertinya Dia seorang gadis pekerja keras." Ucap Alpha Shaqille perlahan dengan mata yang masih menatap kaca spion yang mengarah ke arah supermarket tersebut.

"Iya Tuan. Gadis yang cukup gesit." Balas Azio Devian yang juga masih mengamati ekspresi presdirnya.

"Aku sedikit khawatir, di jam sekian dia masih di luar rumah untuk bekerja." Ucap Alpha Shaqille yang kembali membuat Azio Devian terkejut.

"Ap.. Apa? Tuan khawatir?" Tanya Azio Devian tidak percaya.

"Hm,"

'Benarkah aku sekarang sedang bersama Tuan Alpha? Merasa khawatir dengan orang asing sungguh bukanlah dirinya.'

Batin Azio Devian sambil sesekali melirik Alpha Shaqille lewat kaca yang berada di hadapannya.

"Ev,"

"Iya Tuan muda,"

"Kenapa aku tiba-tiba jadi ingin melindungi gadis itu." Tanya Alpha Shaqille yang lagi-lagi membuat Azio Devian melongo.

"Ma-maksudnya Tuan?" Tanya Azio Devian yang sepertinya masih mencoba mencerna pertanyaan Alpha Shaqille barusan.

"Aku seperti merasa tidak tega saat melihatnya kelelahan seperti tadi." Jawab Alpha Shaqille yang akhirnya membuat Azio Devian terbatuk karena tersedak oleh liurnya sendiri.

"Tuan muda serius? Apa mungkin.. " Azio Devian menghentikan kalimatnya.

"Mungkin apa?" Tanya Alpha Shaqille mengernyit.

"Ah tidak Tuan, ini hanya pikiran bodoh saya saja." Jawab Azio Devian yang lebih memilih aman.

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?" Tanya Alpha Shaqille menatap tajam wajah Azio Devian lewat kaca spion.

"Maaf Tuan.. Apa mungkin Tuan jatuh cinta pada gadis itu?" Tanya Azio Devian perlahan.

"Jatuh cinta?"

"Iy-iya Tuan.. "

"Apa kau tau bagaimana rasanya jatuh cinta?" Tanya Alpha Shaqille dengan wajah polosnya, alih-alih menjawab pertanyaan Azio Devian.

"Haa?? "

Azio Devian kembali melongo saat mendengar pertanyaan sang Presdir. Meskipun hal yang wajar bagi Alpha Shaqille jika ia menanyakan hal tersebut, sebab selama Alpha Shaqille tumbuh remaja hingga sekarang yang sudah berusia 32 tahun, Alpha Shaqille tidak pernah sekalipun bersama wanita lain selain istrinya sekarang. Yang tepatnya ia tidak pernah tertarik kepada seorang wanita apa lagi untuk jatuh cinta, kendati ia sudah menikah. Dan hal itulah yang membuat Alpha Shaqille nampak terlihat bodoh jika berurusan dengan perasaan juga wanita.

Sebab hari-harinya selalu di sibukkan oleh pekerjaan dan juga balas dendam. Hingga ia tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal yang berbau romansa, selain itu, selama ini ia juga memang tidak pernah punya niat sedikitpun untuk mencari seorang wanita, meskipun ia tidak pernah merasa bahagia dengan pernikahannya sekarang yang dari awal memang sudah ia niatkan hanya untuk balas dendam saja.

Dan kali ini Azio Devian benar-benar terkejut dengan reaksi presdirnya yang semudah itu merasakan iba ataupun khawatir kepada seseorang yang baru di lihatnya. Dan tidak menutup kemungkinan juga jika besok Alpha Shaqille akan mengatakan jika ia menyayangi gadis manis itu.

'Yah, gadis itu memang manis.'

Batin Azio Devian yang masih berputar putar dalam pikirannya sendiri.

"Kenapa diam saja?" Tanya Alpha Shaqille membuyarkan lamunan Azio Devian.

"Ma-maaf Tuan, saya juga belum pernah merasakan jatuh cinta, tapi menurut buku yang pernah saya baca, tanda-tanda seseorang yang sedang jatuh cinta, yah seperti yang Tuan rasakan sekarang, tiba-tiba merasa khawatir dan ingin melindungi gadis tersebut." Jawab Azio Devian.

"Benarkah? Apa aku benar-benar jatuh cinta pada gadis itu?" Tanya Alpha Shaqille.

'Astaga, mana saya tahu Tuan, kan anda yang merasakannya.' Batin Azio Devian menjerit.

"Mungkin saja Tuan." jawab Azio Devian mengangguk penuh keyakinan.

"Apa kau yakin?" Tanya Alpha Shaqille lagi.

'Seharusnya saya yang bertanya seperti itu Tuan.' Jawab Azio Devian dalam hati.

"Mungkin, tapi... "

"Apa kau sadar jika kau sudah banyak mengucapkan kata 'mungkin' sejak tadi?" Tanya Alpha Shaqille yang membuat Azio Devian langsung mengatupkan bibirnya.

"Maaf Tuan, tapi pada saat Tuan melihat gadis itu, apa jantung Tuan Muda berdetak dengan kencang?" Tanya Azio Devian lagi seraya menatap wajah Alpha Shaqille yang nampak terlihat sedang berfikir.

"Jantungku memang berdetak dan itu menandakan jika aku memang sehat." Balas Alpha Shaqille santai.

'Tentu saja Anda sangat sehat sekarang Tuan,' Batin Azio Devian mulai kehilangan kata-kata.

"Bu-bukan begitu Tuan, ma-maksud saya, berdetak... "

"Sejak aku lahir sampai saat ini jantungku selalu berdetak Ev."

'Bisakah Anda langsung mencekik saya saja Tuan?' Batin Azio Devian prustasi.

"Maksud saya, saat melihat gadis itu apa jantung anda berdetak atau berdebar dengan kencang?" Tanya Azio Devian lagi.

"Entahlah.." Jawab Alpha Shaqille singkat sambil memegangi dadanya yang memang masih berdetak dengan normal sejak tadi.

Seolah menyerah dengan obrolan mereka malam ini, Azio Devian lebih memilih diam dan tetap fokus pada kemudinya meski sesekali ia masih penasaran dan kembali melirik presdirnya yang nampak terlihat melamun sambil terus memegangi dadanya untuk memeriksa detak jantungnya. Hingga selang 20 menit.

"Ev, aku ingin kau menempatkan orang kita di sekitar supermarket tempat gadis itu bekerja." Perintah Alpha Shaqille yang terlihat nampak khawatir.

"Maksud Tuan?"

"ikuti saja perintahku. Lindungi gadis itu." Balas Alpha Shaqille yang langsung di balas anggukan oleh Azio Devian.

"Baik Tuan, saya akan segera mengirim orang kita ke sana besok. Tapi, apa Tuan muda akan pulang ke Mansion malam ini?"

"Tidak." jawab Alpha Shaqille singkat.

"Baiklah Tuan." Jawab Azio Devian mengangguk sambil menginjak dalam pedal gas mobilnya menuju ke sebuah hunian mewah milik Alpha Shaqille. Sebuah Vila yang terlihat mewah dengan desain yang terlihat elegant, yang selalu ia datangi saat suasana hatinya sedang kacau, atau untuk sekedar menyamankan dirinya.

* * * * *

Bersambung...


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login