Download App

Chapter 42: Berkhianat (3)

Amanda terbangun mendengar dering ponselnya yang terus menerus. Hari masih subuh, masih sekitar pukul lima pagi, tapi ponsel itu sudah berdering selama beberapa menit. Ada nama Latissa di layar ponsel Amanda.

"Halo?" sapa Amanda dengan suara serak, dia masih mengantuk. Sepanjang malam Amanda mempelajari kontrak kerja yang akan dia ajukan pada Ibu Inez. Amanda juga sedang membaca evaluasi triwulan dari semua divisi perusahaannya. Amanda bekerja lebih keras beberapa hari ini, selain memang karena perusahaannya sedang butuh banyak perhatian, dia juga berusaha mengalihkan isi kepalanya dari satu nama, Abi.

"Selamat pagi Bu, maaf, ini benar-benar mendadak, makanya saya telepon Ibu segera" ucap Latissa. Suaranya terdengar panik.

"Ada apa?" tanya Amanda.

"Saya baru dapat kabar, kalau Pak Ananda membujuk semua pemegang saham untuk segera mengadakan rapat untuk mengambil keputusan mengenai investor Bu." jelas Latissa.

"Sial!" Maki Amanda, kantuknya seketika hilang. Dia muak sekali dengan sikap culas Ananda.

"Jadi kapan rapatnya?" tanya Amanda, gadis itu mulai memijat pelipisnya, kepalanya terasa berdenyut. Seharusnya dia sudah menyingkirkan Ananda dari beberapa tahun lalu. Ananda seperti parasit di perusahaan mereka. Selalu ada ulah Ananda yang membuat Amanda merugi.

"Dua hari lagi" jawab Latissa. Dia juga merasa khawatir dengan keadaan ini. Terancamnya posisi Amanda di perusahaan sama artinya dengan terancamnya posisi dia. Bila Ananda berhasil menyingkirkan Amanda, Latissa yakin dia pasti juga akan dipecat dari pekerjaannya.

"Emm, ada satu lagi Bu yang harus saya sampaikan" ucap Latissa.

"Apa lagi?" tanya Amanda, menghela napas berat, seakan berita buruk hari ini tidak ada habisnya.

"Pak Ananda tetap meminta Anton untuk jadi investor produk baru kita, dan Pak Anton setuju" jawab Latissa.

"Ah, sial sekali tua bangka itu!" umpat Amanda sekali lagi.

"Maaf Bu" balas Latissa, takut dan terkejut.

"Hari ini hubungi kembali Bu Inez. Kita harus bertemu langsung, apapun caranya kita harus mencapai kata sepakat hari ini Tis, sudah enggak ada waktu lagi untuk kita cari investor baru" perintah Amanda. Apapun syarat Inez nanti terpaksa harus Amanda setujui. Dia tidak mau kalah dengan kelicikan Ananda.

"Baik Bu" jawab Latissa dengan patuh.

Amanda tidak kembali tidur, dia membereskan pekerjaannya yang semalam tertunda dan segera bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.

Tepat pukul 7 pagi, Amanda sudah meminta Pak Salim untuk menjeput. Amanda menunggu di halaman depan apartemennya.

"Amanda" sebuah suara yang Amanda kenal menyapa dirinya. Abi berjalan mendekati dirinya.

"Selamat pagi Dok" sapa Amanda dengan sopan.

"Sudah mau pergi ke kantor?" tanya Abi lagi, pertanyaan yang terkesan basa-basi, tapi Abi tidak punya hal lain dikepalanya. Pria ini sudah memutuskan untuk mulai kembali mendekati Amanda. Setelah merenungkan kembali semuanya selama beberapa hari terakhir, Abi merasa mungkin dia terlalu terburu-buru sebelumnya. Abi merasa dirinya dan Amanda sama-sama bingung dengan perasaan mereka.

"Iya" balas Amanda singkat, sebisa mungkin menghindari kontak mata dengan Abi. Dia sudah merasa tidak nyaman sekali. Setiap hari Amanda mencoba menghindari Abi, tapi entah mengapa hari ini dia bertemu dengan tetangganya itu. Seingat Amanda, Abi hampir tidak pernah berangkat pagi.

Setelah jawaban Amanda, Abi berusaha memeras kepalanya, mencari topik lain untuk melanjutkan obrolan dengan Amanda. Disisi lain, Amanda berdoa agar Pak Salim segera menjeput dirinya, dia bingung sekali mengapa Abi malah berdiam diri disampingnya. Biasanya setiap mereka bertemu Amanda selalu berhasil menghindar, tapi kali ini Amanda berada diposisi yang sulit. Dia sendiri juga bingung harus bagaimana lagi menghindari Abi pagi ini.

"Taman di apartemen kamu..." ucap Abi tiba-tiba. Mendadak dia menemukan sesuatu di kepalanya.

"Hmm?" balas Amanda.

"Emm, rasanya..., sudah lama saya tidak lihat kamu duduk di taman itu" ucap Abi sedikit terbata. Sedetik kemudian dia menyesali kalimatnya itu, sekarang Amanda pasti tahu kalau diam-diam dia sering mengamati apartemen Amanda dari apartemennya.

"Oh, iya. Ada banyak pekerjaan di kantor. Tidak sempat akhir-akhir ini" balas Amanda dengan ekspresi datar.

"Masalah yang kemarin, apa sudah baik-baik saja?" tanya Abi lagi. Dia teringat masalah tuntutan yang sedang diajukan Amanda.

"Ya, baik" balas Amanda dengan singkat. Dia memalingkan wajahnya, tidak tahan dipandangi Abi, Amanda dapat merasakan wajahnya memanas, mungkin juga memerah saat ini. Dia merasa kikuk sekali.

Amanda beruntung, mobilnya terlihat sedang melaju ke arah tempatnya berdiri.

"Saya duluan Dok" ucap Amanda cepat, dia berjalan menjauh dari Abi, menuju mobilnya. Amanda masuk ke dalam mobil, meminta Pak Salim untuk segera pergi. Dia hanya memandang lurus ke depan,

Abi hanya bisa memandangi kepergian Amanda, ada banyak hal yang ingin dia sampaikan. Tapi hari ini dia berhasil berbicara dengan gadis ini, setelah beberapa hari sebelumnya Amanda selalu menghindari dirinya.

"Pelan-pelan Abi.." ucap Abi bermonolog, berusaha memberi semangat pada dirinya sendiri. Dia percaya suatu hari nanti perasaan Amanda akan kembali seperti dulu untuk dirinya.

______________

jangan lupa follow IG saya di

rizka_author ya

happy reading


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C42
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login