Download App

Chapter 2: Jejak Rakha

Kini aku benar-benar telah jatuh dalam jurang kerinduan

Tak kuasa hati ini menahan degup rindu yang kian membuncah

Hari berganti hari, bahkan detik berganti detik hingga tahun berganti tahun

Kenangan tentangmu masih saja tetap setia menemani rinduku

Tulisku malam ini dalam postingan terbaruku di akun @sajak_aira. Malam ini lagi-lagi aku tak bisa memejamkan mata, seperti biasa aku kembali mengingat dan merindukan Rakha yang tak tahu di mana keberadaannya saat ini. Aku hanya bisa menuangkan segala perasaanku dalam barisan sajak-sajak yang aku tuliskan. Itu cukup membuat perasaanku sedikit merasa tenang kembali.

Setelah menuliskan beberapa sajak, sebelum tidur kembali aku memutuskan untuk membaca sebuah buku berjudul Bertahun-Tahun Bertahan karya seorang penulis bernama Ivanasha. Entah, setiap aku membaca deratan kata demi kata dalam buku ini seolah membuatku merasa tak sendirian. Ternyata diluar sana juga banyak orang yang seperti aku, yang hanya berani mencintai dan merindukan seseorang, sendirian dalam diam.

***

"Meski bibir ini tak berkata bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita dan tak mungkin ku melewatkan mu hanya karena diriku tak mampu untuk berkata bahwa aku inginkan kau ada di hidupku".

Keesokan harinya, menjelang sore tiba-tiba ponselku berbunyi dengan melantunkan ringtone salah satu lagu dari Hivi, menandakan ada panggilan masuk. Ternyata itu dari Indira sahabatku.

"Halo, Assalamualaikum. Kenapa Ra?" jawabku menerima panggilan Indira.

"Waalaikumsalam. Aira, aku ada info penting banget buat kamu. Kamu sekarang dimana? Aku pengen ketemu langsung denganmu," balasnya semangat membuatku sedikit penasaran.

"Aku lagi di mall depan rumah aja nih, di tempat biasa di ruang baca. Kalau mau kesini aja."

"Oke beb. Tungguin aku. Aku ke sana langsung yah. Jangan kemana-mana loh ra," ancam Indira semangat kepadaku.

"Hahaha, semangat banget sih kamu. Aku stay disini aja kok. Emang apaan sih infonya sampai kamu segitu hebohnya? Aku jadi makin penasaran Ra," tukasku penasaran.

"Tungguin aja disana. Entar di sana baru aku ngomong. Okey! Wait me beibeh. Bye. Assalamualaikum," ucapnya mengakhiri panggilan sambil sedikit berteriak. Aku pastikan dia pasti sedang bersiap-siap.

Aku menunggu Indira dengan sabar sambil membaca kembali buku yang sejak tadi kupegang. Tak lupa aku menyeruput coklat dingin yang sedari tadi kubeli di lantai dasar.

Beberapa menit kemudian, Indira datang dengan tergesa-gesa sambil menyodorkan ponselnya padaku.

"Aira, coba deh kamu lihat akun ini. Ini Rakha kan?" tanya Indira sambil menunjuk foto seseorang yang kini tampil di layar ponselnya. Seketika wajahku perlahan memucat setelah melihat foto itu.

Aku memperhatikan foto yang muncul di salah satu feed instagram akun bernama @rkhaa_dnjaya itu. Foto itu betul-betul menampakkan wajah Rakha yang selama ini aku rindukan.

Namun setelah aku mencoba stalking akun miliknya tersebut, aku merasa sedang melihat Rakha yang berbeda dari yang kukenal dulu. Hatiku tiba-tiba berdesir merasakan sebuah perasaan bahagia sekaligus bercampur dengan sebuah perasaan cemas.

"Ra, you okay?" ujar Indira menggoyangkan bahuku dan membuyarkan lamunanku. Ternyata sejak tadi aku tak mendengarkan ocehan dia tentang akun Rakha yang ia temukan di instagram itu. Membuat ia sedikit khawatir tentang perubahan raut wajahku.

"Hhmm. I'm fine, Ra," tuturku singkat.

Indira memang satu-satunya sahabatku yang tahu persis kisahku dengan Rakha sejak dulu. Kebetulan aku, Indira dan Rakha memang satu sekolah saat di SMA dulu. Makanya Indira begitu mengetahui dengan jelas alur kisah dan perasaan yang kusimpan diam-diam buat Rakha sejak dulu.

Setelah mendengar ocehan Indira yang panjang lebar, aku menyimpulkan bahwa ia menemukan akun Rakha saat sedang stalking akun instagram kakak laki-lakinya yang kebetulan berteman dengan Rakha. Saat itu ia tiba-tiba mengingat nama Rakha Dhananjaya, teman SMA kami yang juga adalah cinta pertamaku.

Ternyata, dulu Rakha adalah teman kuliah dari kakak Indira. Awalnya Indira sempat ragu kalau itu Rakha Dhananjaya, tapi setelah ia sedikit kepo, ia akhirnya yakin kalau itu adalah Rakha yang kami kenal dan Rakha aku rindukan selama ini.

Saat itulah Indira tiba-tiba mengingatku dan ingin langsung memberitahu aku tentang informasi ini. Indira ingin aku mem-follow akun Rakha dan mengirimkan sebuah pesan lebih dulu kepadanya melalui direct messenger. Tapi dasar aku gak percaya diri banget orangnya, aku hanya mengatakan "iya nanti aja, Ra".

Bagiku, lebih baik memendam perasaan sendirian daripada harus mengungkapkannya ke seorang laki-laki. Mungkin terdengar sangat klise bagi sebagian orang di zaman milenial ini, namun aku masih memegang harkat yang sejak dulu diajarkan oleh orang tuaku. Bahwa seorang perempuan harus menjaga harga dirinya apalagi di hadapan seorang laki-laki. Selain itu, bagiku, mengungkapkan perasaan lebih dulu kepada seorang lelaki sama saja membunuh harga diri yang sedari dulu kujaga.

"Kalau tunggu kamu mau, pasti bakal gak jadi-jadi deh. Come on, Ra, sekarang udah 2020 loh. Gak ada salahnya cewek lebih dulu menyapa cowok, bahkan buat ungkapin perasaan lebih dulu pun sekarang udah banyak. Ini Rakha udah depan mata kamu loh, eh maksud aku akun instagram dia. Kamu itu udah mikirin dan rinduin dia hampir sepuluh tahun kan? Sejak dulu kamu itu sering mencari informasi tentang dia tapi nggak pernah mendapatkannya. Ra, sekarang saatnya kamu memberikan kelonggaran untuk hatimu agar bisa melampiaskan rindunya," cerocos Indira panjang sambil merebut ponselku dan dengan gesit nge-follow akun Rakha tersebut.

"Ya ampun Ra, kamu kok nge-follow dia sih?" pekikku kelabakan penuh cemas sambil merebut kembali ponselku dari tangan Indira.

Beberapa menit kemudian sebuah notifikasi dari instagram muncul memperlihatkan bahwa Rakha telah nge-follback akun instagramku. Wow, aku tiba-tiba merasa speechless dan tentu saja merasa bahagia bahkan saat ini aku sedang bersorak dalam hati. Tak sadar aku senyum-senyum sendiri hingga wajahku sedikit memerah karena digodain oleh Indira.

"Ciee ada yang di follback. Akhirnya seneng juga kan kamu beb. Aku doakan semoga cinta pertama dan cinta dalam diam kamu itu segera berakhir happy ending yah," ucap Indira menggodaku sekaligus mendoakanku. Aku cuma tersenyum malu-malu menanggapi kata-kata Indira tersebut.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login