Download App

Chapter 2: ketegasan dalam berkomitmen

Violet Charlotte, anak perempuan dari Raja Markz Middleton dan ibu Ratu Arina Charlotte.

Hanya cukup dengan memandangi paras nya sejenak, mampu membuat hasrat ingin memiliki seorang manusia membuncah.

Perempuan itu memang tak bisa disamakan dengan angsa berbulu putih keemasan, karna dirinya jauh lebih elok dan sempurna, tubuh nya adalah idaman para seluruh wanita bangsawan, terlihat sangat bagus dan juga jangan lupa kembali menyematkan kata sempurna didalamnya.

Perempuan berusia 14 tahun itu, bagai cahaya yang hanya bisa di pandang tanpa bisa di genggam.

"Violet, ada satu hal yang harus kau ketahui, bahwa seorang pasangan bisa hidup tanpa cinta, tapi tak akan bisa hidup tanpa komitmen."

"Ibu.."

"Komitmen dapat menghadirkan cinta, namun cinta tak dapat menghadirkan komitmen. Jika ada, semua itu omong kosong, karna sesuatu yang berawal dari jalan cinta, akan berakhir dengan kegelapan membuat sang pemilik jiwa terus berjalan tanpa tujuan."

"Ibu..."

"Sedangkan yang berawal dari sebuah komitmen, dapat menumbuhkan hal baik karna mereka berdua terikat dengan sebuah janji. Janji yang dapat mempererat hubungan keduanya, bukan yang malah membutakan mata dan hati."

"Ibu, aku bosan, " rengek Violet ke Arina.

Arina menatap Putrinya tegas.

"Ibu, bisa kita bersantai sejenak? "

"Tidak, dan kembali fokus Violet."

"Ibu, tapi aku kan juga sudah belajar di ke--"

"Kelas khusus yang kau datangi tadi pagi? Di hari pertama saja kamu langsung pergi saat kelas baru saja berlangsung, apa itu yang kau sebut belajar?"

Wajah Violet tertekuk, memang benar ia meninggalkan kelas yang tadi pagi ia datangi, tapi dari pada membiarkan kupingnya terus memanas mendengar omongan seisi kelas, lebih baik ia pergi bukan?

"Memangnya kau memiliki alasan Violet? Jangan hanya kau putri ayahmu, kau bisa menjadi semena-mena," Ujar Arina penuh penekanan.

bukan tanpa alasan Arina berujar begitu. suaminya, Markz. adalah seorang Raja Agung yang sangat dihormati oleh sekutu bahkan kepemimpinan asing, tak ada yang berani berkutik apalagi berurusan dengan seorang Markz, Raja dari kerajaan Etherria itu terkenal dengan kebengisannya terhadap musuh, akan tetapi menyimpan sejuta kebijakan untuk rakyatnya.

"Ibu, aku punya alasan untuk itu.."

"Apa?"

Violet terdiam, haruskah ia menceritakan kejadian itu ke ibunya? Jika ia ceritakan, bagaimana nasib wanita tadi? Ia bingung sekarang.

"Apa Violet? Jawab ibu ketika ibu menyuruhmu menjawab."

"Ibu"

"Tidak ada? Kalau begitu kembali fokus, sebelum ibu menghukummu!"

Pasrah, hanya itu yang yang bisa ia lakukan, walau rasa jenuh sudah lebih dulu menyerangnya, membuatnya dengan sangat tidak niat kembali mendengarkan ibunya menjelaskan sesuatu.

"Dari semua yang ibu jelaskan, tolong berikan pendapatmu." Titah Arina

Kepala Violet yang tadinya tertunduk lesu, kini terangkat jelas menghadap Arina yang duduk tidak jauh darinya.

"Pendapat ku?" Tanya Violet ragu, karna sejujurnya ia tidak terlalu mendengar saat ibunya tengah menjelaskan sesuatu tadi.

"Iya, pendapat mu Violet."

"Ahh.."

Mata indah itu terpejam, dalam otaknya berusaha mengumpulkan setiap apa yang ibu nya jelaskan, seperti serpihan kaca yang kembali menyatu, terdapat sebuah kesimpulan yang Violet dapat.

Tapi ia ragu, tepatnya ia takut Jawabannya membuat sang ibu marah.

"Katakan Violet!"

Violet gelagapan, mulutnya terbuka ingin menjawab, tetapi lidah nya terasa kelu.

"Cinta itu seperti angin yang dapat menerpa siapa saja. Tidak memandang apakah rupanya tampan, hartanya melimpah, atau bagaimana status sosialnya, namun jika kita mengawali dengan sebuah komitmen baik, kedepannya dapat melahirkan cinta yang baik pula, setidaknya kita tau bahwa kita jatuh cinta bukan dengan orang yang salah, berbeda dengan yang mengawalinya dengan cinta buta, biarpun salah tetap akan dicintai, begitu 'kan ibu?"

Arina terdiam, namun terdapat secarik senyuman menghiasi wajah cantiknya.

"Jawaban mu membuat ibu bangga, tapi Carlo.. ibu tidak bertanya itu padamu, tapi pada kakakmu."

Yang menjawab memanglah Carlo, Carlo Middleton. Putra kedua Raja Markz Middleton dan ibu Ratu Arina Charlotte.

"Habisnya dia tidak menjawab, hal itu membuatku refleks menjawab." Kata Carlo.

"Violet, dengan adikmu menjawab, bukan berarti ibu tidak akan menyuruh mu menjawab, sekarang berikan jawabanmu."

Baiklah, mau bagaimana lagi? Mau tidak mau Violet tetap harus menjawab.

"Maaf ibu, tapi aku tidak terlalu setuju dengan penjelasan ibu." Alis Arina terangkat mendengar jawaban Violet.

"Cinta yang bukan diawali dengan komitmen bukan melulu soal cinta buta yang dimaksud Carlo, karna dengan cinta kita dapat mengorbankan apapun untuk seorang yang dicinta--"

"Itulah maksud ibu Violet, cinta buta yang menyesatkan." Potong Arina.

"Tidak ibu, demi seorang yang dicinta kita dapat mengorbankan apapun, jika memang dirasa hubungan yang dijalani memang salah, dengan cinta, kita dapat merelakan satu sama lain, dengan cinta.. kita akan memikirkan masa depan pasangan kita kedepannya, dengan cinta kita akan diuji seberapa mampukah kita mempertahankan rasa itu, dengan cinta.. yang bukan hanya tentang hidup bersama, tapi tentang saling memikirkan yang terbaik untuk kedepannya."

Violet menghembuskan nafas panjang, ia tau mungkin penjelasannya berbelit sehingga menciptakan ekspresi bingung di wajah ibunya.

"Jadi, kesimpulannya?"

"Yang dimaksud dengan cinta, bukanlah melakukan hal egois demi bisa selalu hidup bersama, bukan juga rela menapaki jalan kegelapan hingga sang pemilik jiwa terus berjalan tanpa arah, tapi cinta adalah tentang rasa peduli, khawatir, dan keikhlasan. Yang membuat kita menjadi kuat saat memang harus merelakan satu sama lain. Dengan kata lain, hubungan yang hanya diawali dengan cinta masih bisa dapat membangun komitmen yang kuat."

Arina menatap Putrinya itu masih dengan tatapan tegas.

"Ibu hargai pendapatmu, Violet."

"Apa ibu tidak senang? Apa aku salah menjawabnya?"

"Tidak, tapi sayangnya apa yang kamu jelaskan itu. tidak di yakini oleh orang sekitar kita," ucap Arina yang membuat kepala Violet kembali tertunduk.

"dan apa yang ibu jelaskan tadi, adalah termasuk pelajaran hidup yang mulai sekarang harus kamu terapkan, karna kau... adalah calon Ratu bagi negeri kita di masa depan."

Carlo menatap sekilas ke arah Violet, entah apa yang ada di isi kepalanya, tapi tatapan datar terpancar jelas dari bola matanya.

"Bukan aku seharusnya ibu, tapi Carlo," balas Violet yang diam-diam menyadari tatapan adiknya.

"Ya, itu bisa terjadi hanya ketika seorang Raja yang nantinya akan menikahimu, namun jika tidak.."

"Ibu, Violet, aku pergi dulu." Carlo berdiri dari tempatnya, dan kemudian beranjak pergi.

Arina menatap kepergian putra bungsunya, begitupun Violet yang masih mengamati punggung Carlo yang perlahan menghilang.

"Walau masih belajar, setidaknya dia sudah bisa mengatasi emosinya."

"A-apa?" Tanya Violet.

"Adikmu, perkembangannya sangat cepat."

"Itulah mengapa, yang sepantasnya menjadi penerus negeri ini adalah Carlo ibu."

"Itu bisa terjadi hanya jika ada seorang Raja yang berbaik hati menawarkan dirinya untuk menjadi suamimu Violet, dan kalau pun tidak ada juga, keputusan ayah dan ibu tetap akan menjadikan mu Ratu bagi negeri kita. Maka mulai sekarang pahamilah!"

"A-ah iya ibu.."

"Pergilah istirahat, setelah makan malam ibu akan kembali menjelaskan beberapa hal kepadamu." Titah Arina kembali.

Langsung saja Violet berdiri, sebelum beranjak pergi ia membungkuk hormat kepada ibunya.

Ia tutup pintu ruangan yang tak lain adalah ruang belajar yang biasanya ia gunakan saat belajar dengan ibunya.

"Maaf ibu, aku tidak akan menyesali setiap apa yang kukatakan, karna.. aku meyakininya."

***


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login