Download App

Chapter 20: Devil 18 : Calon Istri

"Valerie!"

Panggilan itu membuat Valerie dan Annabelle otomatis menoleh.

Valerie menaikan sebelah alisnya, sedangkan Annabelle melotot kemudian terkekeh pelan. "Ow amazing." Katanya.

Valerie menegapkan tubuhnya yang tadinya membungkuk. Raut wajah Valerie berubah datar. Matanya tak lepas menatap 2 orang pria yang melangkah dengan percaya diri mendekat pada Valerie. Saat 2 orang itu sampai di depannya, Valerie menghela napas malas.

"Gue udah tau kalo itu lo walopun dari belakang." Kata salah satu pria yang akrab dipanggil Bams itu. Bams kemudian menoleh pada Annabelle. "Hello, Anna. Still not yet can speak Indonesian?" tanyanya balelol.

Annabelle tertawa pelan.

Bams kembali menatap Valerie. "Lo apa kabar, Val? Makin cantik aja lo setelah ke luar negri." Katanya.

Valerie mengedikan bahunya angkuh. "Seperti yang lo liat, ya, gue makin cantik."

Bams tertawa. "Gimana pergaulan di sana? Masih perawan lo?"

Valerie kali ini mendengus sinis. "Ya, begitulah. Seenggaknya, di sana nggak ada yang nyoba perkosa gue." Ada, sebenarnya. Si bos brengsek itu.

Bams malah tertawa dan memukul pelan lengan Valerie. "Halah, lo inget aja kejadian yang dulu. Udahlah, itu kan masa lalu. Kalo masa sekarang pasti sama-sama enak."

Valerie berdecih. "Ada maksud apa lo ngomong kayak gitu? Gue nggak sudi ya tidur sama cowok macem lo!"

"Speak English, please." Kata Annabelle yang tidak mengerti.

Bams mengabaikan. Dia maju dan mencondongkan wajah menuju telinga Valerie. "Oh ya? Punya gue gede loh, Val." Katanya berbisik di telinga Valerie. Bams memundurkan kepalanya lalu tersenyum miring. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajah Valerie. Tangan Bams terulur dan memegang sisi wajah Valerie. "Lo seksi pake baju berenang gini."

Valerie ikut tersenyum miring. "Gue nggak nafsu sama lo, Bambang."

"Hands off, you son of a bitch!!!"

Seruan kencang suara bass itu dilanjutkan dengan tubuh Bams yang tertarik menjauhi Valerie. Tubuh jangkung Alarick yang khas bule dan tubuh Bams yang sangat Asia itu membuat Bams terlihat kecil disandingkan dengan Alarick. Kedua tangan Alarick mencengkram kerah kemeja Bams dengan erat. "Berani-beraninya kau menyentuh milikku!"

Bams menelan ludahnya dengan susah payah. "What you doing to me?" tanya Bams, membuat Annabelle lagi-lagi tertawa.

Alarick mengerutkan alisnya dengan heran. "Bicara yang benar! Kau tidak bisa berbicara bahasa Inggris? Dia milikku! Jangan menyentuh milikku! Kau dengar??? Don't you dare, to touch her, again! She's mine! SHE'S MINE!" tekannya.

Bams melirik Valerie takut-takut. "Val, ngomong apaan sih dia?"

Valerie hanya mengedikan bahunya. "Makanya, waktu sekolah yang dibanyakin itu belajar, bukannya dibanyakin masuk BK. Sekolah 12 tahun, masuk univ 4 tahun ngapain aja hah? Setor absen doang?"

"Don't staring at her!" seru Alarick kemudian.

Bams yang panik langsung menggenggam tangan Alarick yang berada di kerah kaosnya. "I-I don't know what you saying. Please, let it go."

Annabelle lagi-lagi kembali tertawa. Memang setiap bertemu Bams membuatnya dapat sering tertawa karena kebodohannya dalam bahasa Inggris.

Felix yang sedari tadi diam, kali ini maju dan berdiri di samping Alarick. "Biar aku terjemahkan." Kata Felix lalu menatap Bams. "Kau menyentuh Valerie, bung. Itu tidak boleh." Katanya pada Bams.

"K-kenapa?"

"Valerie adalah calon istri dari pria ini. Yang merupakan pemilik perusahaan terkenal se-Eropa dan menghasilkan uang 12 digit pertahunnya."

"A-apa?"

"Artinya, menjauhlah dari wanita ini, brengsek! Dia calon pengantin seorang miliarder!"

"Hah?"

Felix kemudian menatap Alarick. "Sudah, pria bernama Bambang ini sudah mengerti apa yang kau maksud. Lepaskan dia."

Alarick memelototi Bams untuk yang terakhir kalinya. "Stay away from her!" serunya sambil melepaskan tangannya dari Bams. Bams kemudian lari terbirit dan menjauh dari Alarick dan yang lainnya.

Alarick mendengus keras. Dia merapikan jasnya, lalu menatap pada Valerie. "Hanya perempuan kurang belaian yang rela disentuh oleh sembarang lelaki."

Valerie mengangkat sebelah alisnya. Ia melipat tangan di depan dada. Wajahnya terangkat untuk menatap Alarick seolah menantang. "Saya memang kurang belaian dan dia bukanlah sembarang lelaki, Sir. Dia adalah mantan pacar saya."

"Lelaki bernama Bambang itu adalah mantanmu??? Kenapa kau meminta belaian dari dia?? Kau bisa meminta belaian padaku!!"

"Ya, dan kenapa saya harus meminta pada Anda?? Anda bahkan bukan siapa-siapa saya!"

"Nah kan benar, Darren." Kata Makiel pada Darren. "Kau lihat sendiri jika Valerie menolak Alarick."

"Aku bisa mendengarmu, Brengsek." Balas Alarick dan dibalas kedikan bahu dari Makiel.

"Kenapa Anda bisa berada di sini, Sir?" tanya Valerie.

"Aku? Tentu saja aku bisa."

"Maksud saya, untuk apa Anda ke sini? Ada urusan apa?"

"Menemuimu. Memangnya apalagi?"

"Kenapa Anda harus menemui saya? Sedangkan, saya di sini adalah untuk melakukan kegiatan Sehari Tanpa Alarick Si Iblis."

"I-ib-iblis???" tanya Alarick syok, lalu tertawa hambar. "Woah, ini pertama kalinya ada perempuan yang memanggilku iblis. Woah, Valerie, kau sangat luar biasa. Ini pertama kalinya! Benar-benar pertama kalinya! Berani-beraninya kau!!"

"Memangnya kenapa? Saya harus takut pada calon suami saya sendiri??"

"Berani-beraninya kau menggunakan baju renang ketat yang bagian bawahnya memperlihatkan pahamu!!"

"Memangnya kenapa?? Anda akan memukul pantat saya lagi??"

Makiel menarik napas kaget. "Tutup matamu, Darren. Ini pembicaraan orang dewasa." Katanya.

Felix mendelik. "Kau berkata seolah mata yang menjadi indra pendengar."

"Hey, aku berkata pada Darren! Kenapa kalian berdua selalu menimpali ucapanku huh??"

"Bukan!" kata Alarick pada Valerie. "Aku kali ini tak akan menghukummu dan membuatmu lagi-lagi membahas tentang hal itu. Yang akan kulakukan adalah mencolok bola mata para pria yang menatapmu dengan kurang ajar!"

Tiga orang yang merupakan sahabat Alarick itu berkedip beberapa kali, kemudian berdeham saat Alarick menatap ketiganya tajam.

"Apa dia membicarakan kita?" tanya Makiel.

"Dia membicarakan kita bertiga." Jawab Felix.

"Baiklah. Apa itu artinya kita tidak boleh menatap Valerie?" Tanya Makiel lagi.

"Ya. Mungkin, termasuk pedagang jagung itu." Kata Darren.

"Neng, ieu angsulan na." Kata pedagang jagung sambil mengulurkan tangan yang menggenggam uang pada Valerie.

Menyangka pedagang itu menggoda Valerie, Alarick menatap pedagang itu dengan tatapan membunuh.

Pedagang itu tersentak takut dan sedikit memundurkan uluran tangannya. Pria yang lebih tua dari Alarick itu menatap Alarick dengan segan. "Kunaon atuh jang? Ninggalina meuni kitu pisan."

Valerie segera mengambil uang dari pedagang itu. "Nuhun, mang." Katanya.

Namun, Alarick melihatnya dengan cara berbeda. Dia kali ini memelototi Valerie. "Apa yang dia berikan padamu?? Dia menggodamu?? Apa itu kertas yang berisikan nomor telfonnya???"

Valerie menghela napas panjang, lalu memperlihatkan uang kembaliannya pada Alarick. "Dia hanya memberikan saya uang kembalian, Sir. Ada apa dengan Anda? Mengapa Anda terlihat sangat posesif sekali pada saya?"

"Posesif? Siapa? Aku??? Siapa yang mengatakannya??"

"Itu jelas-jelas terlihat dari sikap Anda, Sir."

"Aku tidak posesif! Dan aku tidak menyukaimu."

"Ya. Dan tidak ada yang berkata jika Anda menyukai saya, Sir."

"Valerie!"

"Sudah, hentikan Barbara!" kata Makiel menengahi. Dia maju dan berdiri di samping Annabelle. "Valerie, lebih baik kau mengenalkan kami pada teman seksimu ini. Siapakah namamu, cantik? Apakah Angel? Karena kau terlihat seperti malaikat di mataku." Katanya, sambil mengambil sejumput rambut Annabelle.

"Dari wajahnya, aku bisa menebak jika namanya adalah Pretty." Kata Felix yang sudah berada di belakang Annabelle.

"Bukan. Namanya adalah Annabelle, dan dia sedang mengandung anak teman kalian yang bernama Darren." Kata Valerie, dan sukses membuat Makiel dan Felix mematung. Keduanya kemudian berdeham dan langsung lari berdiri di balik tubuh Alarick.

"Wajah itu yang kau sebut Boneka Setan?" bisik Felix pada Makiel.

"Ya. Dan apa wajah itu yang kau sebut Boneka Iblis?" balas Makiel sambil ikut berbisik.

"Sial, Darren dan Alarick benar-benar beruntung." Kata Felix.

Sedangkan Alarick menatapi Annabelle dengan tatapan menyelidik. "Kau... Wajahmu nampak familier." Katanya pada Annabelle.

Annabelle tersenyum pada Alarick. "Apa kabar, Alarick? Masih suka mengompolkah kau, kakak kelasku?"

Alarick seketika membelalak kaget. "Kau... Annabelle?? Annabelle yang itu?? Yang sering dijahili kami saat sekolah dasar??"

Annabelle tertawa kencang dan mengangguk. Refleks, Alarick memeluk tubuh Annabelle dengan erat. "Wow, aku tidak menyangka kau sudah sebesar ini!"

"Kau mengatakan seperti itu disaat sahabatmu bahkan umurnya lebih muda dariku."

"Err, kau dihamili oleh adik kelasmu sendiri."

Annabelle kembali tertawa.

Alarick melepaskan pelukannya, dan mencubit pipi Annabelle dengan kencang. "Mukamu masih baby face. Jangan salahkan aku jika aku berkata seperti barusan." Katanya, dan mengundang tawa Annabelle kembali.

"Kau mengenalnya, Alarick?" tanya Felix.

Alarick berdecak. "Kau ini bagaimana, Felix? Dia ini adik kelas kita di sekolah dasar."

"Benarkah?" tanya Makiel.

Annabelle menganggukkan kepalanya cepat. "Ya. Aku yang sering menangis akibat kenakalan kalian." Katanya.

Felix dan Makiel saling pandang. Seolah mendapatkan telepati, mereka serentak menggunakan itu sebagai kesempatan untuk memeluk Annabelle. Namun, sebelum itu terjadi, Darren segera memeluk Annabelle dengan erat.

"Woah, kau benar sekali. Kita pernah satu sekoah saat di sekolah dasar. Hahaha." Kata Darren datar.

Annabelle menjauhkan tubuhnya. "Kau kenapa? Bukannya kau tahu kita dulunya satu sekolah?"

"Oh ya? Entahlah aku tidak ingat. Sedang apa kalian di sini? Kenapa kalian menggunakan baju renang? Apa tidak kedinginan?"

Alarick segera melirik teman-temannya. "Darren berbicara panjang."

"Dia bahkan berbasa-basi." Kata Makiel.

"Ya, jelas sekali dia sedang berbohong." Kata Felix kemudian.

"Tuan-tuan, boleh minta perhatiannya sebentar?" tanya Valerie yang membuat keempat orang itu menatap ke arahnya. Valerie segera menarik Annabelle dari pelukan Darren. "Entah bagaimana caranya kalian semua bisa mengetahui tempat kita berada, namun ketahuilah jika kami di sini adalah untuk menggunakan waktu kami yang berharga agar bebas dari segala hal yang berbau pria." Katanya panjang lebar. "Jadi intinya, di sini, aku dan Annabelle akan bersenang-senang sampai malam tiba. Dan intinya lagi, kami tidak ingin diganggu oleh siapapun, terutama oleh kalian."

"Kau ingin bersenang-senang?? Di saat pernikahan kita hanya terhitung 6 hari lagi???" tanya Alarick.

"Karena pernikahan kita hanya terhitung 6 hari lagi, saya akan menghabiskan waktu saya untuk bersenang-senang, Sir. Bisa jadi, saat menikah saya bahkan tidak ada waktu untuk bersenang-senang."

"Apa maksudmu??"

"Maksud saya, dengarkan ucapan saya, kali ini saja! Dengarkan ucapan calon istrimu, satu kali ini saja!"

Alarick seketika cemberut. Gampangan sekali kau, brengsek! Valerie hanya mengatakan fakta jika dia adalah calon istrimu! Kenapa kau harus berdebar bodoh?? Kenapa kau ragu membalas ucapan Valerie??? Batin Alarick frustasi. "Baik, terserah padamu." Kata Alarick.

"Terimakasih, Sir! Dan tuan-tuan, saya pamit pergi." Kata Valerie, kemudian menarik Annabelle untuk pergi dari kumpulan iblis idiot itu.

Keempat pria itu menatap punggung Valerie dan Annabelle dalam diam.

"Jadi, bagaimana sekarang? Pulang?" tanya Felix kemudian.

"Siapa bilang?" tanya Alarick. "Valerie hanya mengatakan tidak ingin diganggu. Bukan berarti, dia menyuruh kita untuk pergi."

"Ya. Alarick benar. Mari kita buntuti mereka." Kata Darren seolah mengerti apa yang Alarick akan katakan.

Alarick mengangguk. Alarick dan Darren kemudian berjalan mendahului Felix dan Makiel. Karena dua orang itu masih terdiam ditempatnya.

"Alarik benar-benar pembual. Mana yang katanya didambakan oleh seorang Valerie?" tanya Felix sambil mulai melangkahkan kakinya.

"Ya. Terlihat sekali. Aku mendeteksi bahwa Alarick akan menjadi budak cinta Valerie." Balas Makiel.

Dan keempatnya terpaksa membeli tiket berenang menggunakan uang dollar karena tidak memiliki uang rupiah.

TBC

JANGAN LUPA POWER STONE DAN KOMENTAR POSITIF NYA YAAA BIAR SEMANGAT UPDATE


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C20
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login