Download App

Chapter 23: Jangan Tinggalkan Aku.

Malam harinya Herdy menghubungi Bimo, ia tak bisa keluar rumah mendadak Alea demam dan mengigil.

Herdy yang semula akan menghabisi Erwin malam ini pun urung yang melakukan hal tersebut, saat ini prioritas utamanya adalah Alea dan Alea.

Dengan lembut Herdy dikompres dahi Alea, lelaki itu terus saja menempelkan Telapak tangan di atas dahi Alea.

Karena demam Alea terlalu tinggi dan dokter yang Herdy minta belum datang, Alea terus saja meracau tak jelas.

Suara Alea terdengar membuat Herdy terluka, "Jangan tinggalkan aku lagi, Dy? Aku mohon, "suara rintihan terdengar begitu menyayat hati Herdy.

Butuh satu jam, Herdy mendengus ke arah Dokter tersebut yang hanya bisa menundukan wajahnya.

"Cepat periksa." Suara Herdry terdengar sangat menakutkan.

Tanpa basa-basi lagi Dokter tersebut pun langsung memeriksa kondisi Alea, dari pemeriksaan denyut nadi hingga pemeriksaan lainnya.

Kini Dookter tersebut langsung merapihkan peralatan medisnya, kemudian segera melaporkan resep obat dan memberikannya kepada asisten rumah tangga untuk segera menebus obat tersebut.

"Jadi apa yang terjadi?" tanya Herdy.

Dokter tersebut langsung membuka suaranya, "Nona Alea hanya panas, mungkin saja karena terlalu lama keluar dari rumah Nona menjadi mudah stres .." papar Dokter tersebut.

Herdy langsung memberikan kode kepada Dokter tersebut untuk keluar, kini Herdy hanya bisa berdiri sambil menatap Alea.

Selama ini Herdy tak kepikiran untuk membawa Alea keluar rumah, bayangkan saja Erwin dan segala hal yang telah dibawa pergi oleh lelaki tersebut.

Namun kini Herdy malah kelimpungan sendiri setelah mendengar bahwa Alea stres karena terkurung di dalam rumah.

Suara Erangan dari bibir Alea terdengar, Herdy langsung menghampiri Alea dan mengusap pelipisnya.

Asisten rumah tangga yang tadi telah pergi pun kini telah kembali membawa sekantung plastik obat yang telah ia tebus di apotik.

"Heii…" Herdy yang mengusap lembut pipi Alea yang bersemu merah karena demam.

Dia mencoba untuk membangunkan Alea, obat yang tadi dokter resepkan itu harus Alea terlebih dahulu agar demamnya bisa turun.

"Bnagun dulu yuk sebentar, minum obat dulu," ujar Herdy dengan lembut.

Alea mencoba membuka matanya, melihat Herdy yang berada dihadapannya.

"Pusing hmm?" Alea menganggukan kepalanya, Herdy dengan pelan mengangkat kepala Alea untuk bangun.

Kini Alea hanya bisa bersandar di kepala bord ranjang sambil menunggu obat yang Herdy buka kan.

Namun bukan obat yang Alea dapatkan melainkan sesendok bubur hangat yang berada di dekat mulutnya.

Tentu saja Alea langsung menggelengkan kepalanya, lidahnya terasa sangat pahit boro-boro ingin makanan apapun.

Sedikit saja, kamu harus minum obat, "Alea tetap menggelengkan kepalanya.

Menolak apa yang Herdy berikan, "Sedikit oke biar obatnya cepat diminum," titah Herdy.

Alea hanya merapatkan mulutnya, lidahnya memang terasa sangat pahit namun Herdy tak meminta meminta izin kepada Alea hingga Herdy ekspedisi akan membawa Alea untuk berjalan-jalan.

"Nggak bohong, kan?" tanya Alea, suaranya terdengar sangat parau.

Herdy menganggukan sebuah, bahkan lelaki itu memberikan senyuman terbaiknya.

Alea langsung saja membuka mulut, dan menerima satu suapan bubur abalone.

Bubur yang terasa sangat lezat itu terasa sangat pahit di mulut Alea mungkin karena kondisinya yang sedang tidak baik.

Herdy akan memberikan suapan kedua namun Alea tidak menolaknya, Herdy pun paham lantas mengambil obat dan menyuapkannnya ke mulut Alea.

Obat itu telah Alea minum dan butuh dua menit, Alea langsung merasakan ngantuk yang luar biasa.

"Kamu nggak akan pergi, kan?" tanya Alea sebelum memejamkan matanya.

"Aku disini nemenin kamu, tidur oke aku nggak bakalan pergi kemana-mana," janji Herdy.

Mata Alea mulai terasa berat lantas wanita itu memejamkan matanya dan tertidur, Herdy mengusap lembut rambut Alea meskipun Alea telah terlelap tidur.

Mungkin karena telah berlaku kepada Alea dan Herdy tak mau mengingkarinya.

***

Bimo hanya menganggukan suara yang mendengar bos-nya berbicara, malam ini mungkin Erwin akan kembali berteriak karena sakit disekujur tubuhnya.

Herdy meminta izin kepada Bimo untuk memberikan suntikan dosis tinggi, urusan Erwin meraung-raung kesakita itu bukan urusan Herdy.

Lelaki itu harus mendapatkan balasan setimpal atas apa yang telah Erwin lakukan kepada Alea.

Bimo meminta anak buahnya untuk mempersiapkan suntikan tersebut, mereka kemudian meminta untuk siapkannya.

"Bagaimana dengan wanita itu?" tanya Bimo.

"Apkaah kalian masih belum menemukan keberadaannya?" tanya balik Herdy.

Bimo langsung memberikan jawaban, wanita milik Erwin belum bisa ditemukan sama sekali meskipun anak buahnya telah mencari kemana-mana.

"Cari sampai ketemu, Mo.Jangan sampai jadi masalah suatu saat nanti," titah Herdy.

Sambungan telepon pun terputus dan Bimo bisa berpikir kerasa.

Bagaimana menemukan wanita Erwin, jika bertanya kepada Erwin mana mau lelaki itu membuka suaranya.

Lagipula yang Bimo tau Erwin begitu membantu wanita tersebut sampai-sampai mau melakukan segala hal.

Miris memang hal yang dilakukan oleh Erwin, Alea yang gagal pun harus terkena imbasnya dan sekarang masalah menjadi semakin rumit.

"Bos semua telah siap," kata anak buah Bimo.

<Bimo langsung menuju ke tempat Erwin berada, Erwin langsung menegakan tubuhnya melihat Bimo yang masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Why tak kau bunuh saja aku!" maki Erwin.

Bimo hanya tersenyum jika dijinkan ia pun ingin menghabisi Erwin sekalian.

Bimo telah bosan dengan suara Erwin yang terus saja berteriak, seperti biasa Bimo tak akan banyak bicara itu langsung menambahkan suntikan untuk Erwin membuat Erwin langsung kejang-kejang.

Sialan memang Herdy menyiksa dirinya untuk bisa membuka mulutnya, Erwin kembali merintih tak peduli sama sekali dengan yang akan ia terima.

Apapun yang akan terjadi, Erwin ingin anak dan istrinya selamat dan hidup bahagia meskipun tanpanya.

Erwin memang telah berpesan kepada istrinya itu, hidup bahagia dan kelak mereka akan bertemu lagi ketika istrinya meninggal suatu saat nanti.

"Kau masih belum mau memberitau kami?" Bimo berjongkok dihadapan Erwin.

Suara kekehan dibarengi dengan kesakitan pun terdengar, "Kenapa aku harus repot-repot menyebutkan mereka dimana kepada kalian, dengar ?! Mereka sama sekali tak ada bahasanya dengan ini," mata Erwin melot Bimo memukul kepala Erwin hingga jatuh pingsan, Bimo selalu terpancing amarahnya jika berbicara dengan Erwin.

Kini Bimo langsung keluar dari ruangan tersebut, dan kembali masuk ke dalam ruangan tempatnya untuk memberitau Herdy jika tugas yang ia lakukan telah selesai.

***

Bersambung.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C23
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login