Download App
33.33% belenggu
belenggu belenggu original

belenggu

Author: Azka_Shakila_0714

© WebNovel

Chapter 1: Kabar Mengejutkan

Arkana Eldra yang selama ini menetap di Surabaya, sengaja mengambil cuti untuk bertemu dengan keluarganya.

Sudah satu bulan ini Arkan tidak pulang dan itu membuatnya rindu pada orang-orang kesayangannya.

Terutama, pada sosok wanita cantik yang selama ini menjadi tambatan hatinya. Arina Almayra, kekasih sekaligus sepupunya.

Ya, Arkan dan juga Arina diam-diam menjalin hubungan spesial di belakang kedua orang tua mereka. Rasa cinta yang tak bisa mereka bendung, membuat keduanya melupakan status persaudaraan yang selama ini mengikat mereka.

Entah akan dibawa kemana hubungan itu, namun Arkan dan Arina sepakat untuk menikmati setiap moment kebahagiaan yang mereka ciptakan tanpa peduli pada apa pun.

Setelah satu bulan tak bertemu, hari ini Arkan sengaja pulang dan menuju rumah pamannya dulu sebelum pulang ke rumah kedua orang tuanya. Tentu saja rasa rindu pada Arina yang menjadi alasan laki-laki itu mengesampingkan kedua orang tuanya.

Senyum merekah tampak terukir di bibir Arkan. Rasa bahagia kala membayangkan pertemuannya dengan sang kekasih, tak bisa Arkan bendung lagi.

"Arin pasti senang melihat aku tiba-tiba ada di hadapannya. Apalagi, aku membawakan dia beberapa makanan kesukaannya," gumam Arkan dengan bibir yang terus melukiskan senyuman.

Setelah beberapa saat melakukan perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya Arkan tiba juga di rumah sang paman.

Sebenarnya itu adalah rumah kakeknya, hanya saja pamannya pun memang memilih tinggal di sana untuk menemani masa tua Tuan Eldaz.

Dengan langkah riang dan penuh semangat, Arkan melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam rumahnya. Beberapa faverbag yang berisi oleh-oleh tampak memenuhi kedua tangan lelaki itu.

"Pernikahan kamu satu bulan lagi, Arin, jadi kamu harus mulai mempersiapkan segalanya bersama Valdo."

Brak!

"Menikah? Siapa yang akan menikah, Paman?" tanya Arkan dengan suara tercekat menahan gemuruh yang tiba-tiba meluap di dadanya. Faverbag yang dia bawa, tanpa sadar terjatuh begitu mendengar perkataan mengejutkan dari bibir pamannya.

Semua orang yang tengah asik larut dalam pembicaraan, langsung menoleh ke arah sumber suara. Begitu melihat Arkan yang datang, mereka tampak tersenyum bahagia kecuali seorang gadis cantik yang langsung menundukan wajahnya.

"Loh, Arkan, kamu kapan pulang? Kok enggak bilang-bilang sama Paman?" tanya balik Rian kaget melihat kehadiran keponakannya.

"Siapa yang akan menikah, Paman?" tanya Arkan lagi, mengabaikan pertanyaan sang paman padanya.

"Oh, itu. Sini kamu duduk dulu! Enggak enak bicara sambil berdiri," ucap Rian menepuk sofa di sebelahnya agar Arkan duduk di sana.

Perlahan Arkan kembali menggapai faverbag yang dia jatuhkan lalu berjalan ke arah sang paman. Tatapan laki-laki itu terus terkunci pada sosok wanita cantik yang tak lain adalah Arina—kekasihnya.

Gadis itu hanya menunduk tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Seolah, dia enggan bersitatap dengan Arkan.

"Jadi begini, Arkan. Paman dan seluruh keluarga sudah sepakat untuk menjodohkan Arina dengan Valdo, anak dari paman Andi. Satu bulan lalu kamu mengadakan pertemuan dan semua sepakat dengan rencana ini. Dalam pertemuan itu juga, disepakati jika bulan depan akan digelar acara pernikahan langsung tanpa acara pertunangan terlebih dahulu. Kebetulan acara tukar cincin sudah dilakukan di pertemuan pertama," jelas Rian mengutarakan rencana yang sudah mereka susun satu bulan lalu.

Kebetulan memang dalam pertemuan itu hanya Arkan saja yang tidak hadir karena laki-laki itu mengurus perusahaan nya yang ada di Surabaya.

Selain itu, kabar ini pun belum disampaikan kepada Arkan karena semua orang menganggap tak enak harus mengabarkan hal bahagia melalui sambungan telepon. Jadi, mereka menunggu Arkan pulang dulu untuk mengabarkan semuanya.

Sedangkan Arkan yang mendengar perkataan pamannya, langsung membeku. Tatapannya terus terkunci pada sosok wanita yang ada di depannya seolah meminta penjelasan. Backstreet yang mereka jalani hampir dua tahun ini, bukan waktu yang sebentar untuk Arkan mengukuhkan cintanya pada Arin. Tapi kenapa semua hal ini harus tiba-tiba menimpa hubungan mereka.

"Paman senang kamu pulang sekarang karena dengan begitu kamu bisa mengatur jadwal kamu yang padat itu agar bisa menghadiri pernikahan saudaramu. Arin pasti senang kalau kamu datang di acara bahagianya," ujar Rian sembari menepuk bahu keponakannya.

"Aku tidak bisa janji, Paman. Tapi aku akan mengusahakan datang di acara BAHAGIANYA Arin. Sebenarnya hari ini pun aku bukan sengaja pulang. Aku ada perkejaan dengan rekan Bisnisku makannya mampir ke sini," sahut Arkan menekankan kata bahagia dalam perkataannya.

Arina yang awalnya menunduk untuk menyembunyikan wajah sendunya, perlahan mendongak hingga tatapannya bertemu dengan manik mata Arkan yang telihat sudah memerah penuh kesedihan.

"Jadi kamu belum pulang ke rumah orang tua kamu, Arkan?" tanya Rian.

"Belum Paman, dan sepertinya aku tidak akan bisa pulang ke rumah Mama sama Papah dulu. Aku mampir ke sini pun karena kebetulan tempat pertemuanku dekat dengan rumah Paman.

Malam ini pun aku akan kembali pulang ke Surabaya karena besok aku ada meeting penting. Tolong sampaikan oleh-oleh ini sebagian untuk Mama," dusta Arkan sambil menyodorkan oleh-oleh yang dia bawa.

"Paman kira kamu akan menginap sehari dua hari di sini, Arkan. Ternyata, kamu malah masih gila kerja. Sekali-kali kamu harus reflesing, Arkan, supaya cepat dapat pasangan. Jangan hanya pekerjaan saja yang ada di pikiranmu," ujar Rian geleng-geleng kepala melihat kelakuan keponakannya yang gila kerja.

"Untuk apa aku maencari pasangan jika pada akhirnya akan dijodohkan? Ini masih jaman Siti Nurbaya, Paman, jadi aku tidak perlu khawatir tentang jodoh karena ada kedua orang tuaku yang akan mengaturnya sama seperti Paman yang akan menikahkan Arina saat ini," sahut Arkan begitu menohok.

"Haha … kamu benar. Kami para orang tua selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak kami hingga urusan jodohpun tidak bisa lepas tangan. Kamu juga pasti akan melakukan hal yang sama saat sudah menjadi orang tua nanti," ujar Rian dengan senyum kecil di bibirnya membalas sindiran Arkan.

"Tidak, Paman! Orang tua memang selalu ingin yang terbaik untuk anaknya tapi kadang yang mereka pilih pun tidak selamanya benar-benar yang terbaik. Kadang, hal yang dianggap orang tua sebagai kebahagiaan untuk anaknya, justru itu adalah hal yang sebaliknya," sahut Arkan membuat Rian hanya garuk-garuk kepala.

"Aku pamit sekarang, Paman. Aku takut jika kalienku sudah menunggu. Untuk pernikahan Arina nanti, aku mengucapkan selamat. Hanya saja aku tidak janji akan bisa hadir. Tapi aku pastikan, doaku akan selalu mengalir untuk kebahagiaan Arina," ucap Arkan segera beranjak meninggalkan tempat itu.

Arina yang melihat punggung Arkan semakin menghilang dari pandangannya, hanya bisa diam-diam menyeka air mata.

'Maafkan aku, Arkan. Ini juga bukan keinginanku. Aku janji akan kembali padamu, aku janji,' batin Arin penuh kesedihan.

"Ayah, Bunda, Arin mau istirahat dulu," pamit Arin lalu beranjak dari duduknya.

"Kami belum selesai bicara, Arin. Bagaimana bisa kamu …."

"Please, Yah! Aku capek!"

Arin langsung melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan teriakan sang ayah. Saat ini dia harus menghubungi Arkan untuk menjelaskan segalanya. Arin tidak ingin Arkan salah paham dan menganggapnya sudah berkhianat. Padahal kenyataannya, saat ini dia pun dalam keadaan tertekan.


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login