Download App

Chapter 35: Mulai Menghukummu

Selamat Membaca

Kejadian tadi siang membuat Gina tak fokus. Di rumah sakit, dia menemani Reynand sambil belajar. Keadaan Harrison masih sama, tak ada pergerakan sama sekali. Tampak Gina tengah menatap sendu wajah kekasihnya Reynand tak kunjung bangun.  Hati Gina semakin gusar. Ia segera berdiri dari tempatnya dan mencoba mencari udara. 

"Mau ke mana?" tanya Bi Surti. 

"Mau cari angin,Bi. Gina suntuk." 

"Jangan lama-lama." Gina hanya mengangguk mengiyakan. Begitu di luar, dia dikejutkan dengan keberadaan Choco dengan setelah Hoodie berwarna abu-abu dipadukan dengan celana jeans yang sedikit kebesaran. 

"Kamu kenapa bisa di sini?" 

"Ada yang mau aku bicarakan." 

Entah pembicaraan apa, sepertinya ini sangat penting hingga Gina mengiyakan ajakan Choco. 

**** 

Kini mereka berdua duduk di kursi outdoor Cafe yang tak jauh dari rumah sakit. Hembusan angin malam sedikit menerpa wajah imut Gina. Beruntung dia juga memakai jaket miliknya yang sedikit tebal hingga tak akan khawatir kedinginan. 

"Nagisa, aku harap kamu harus semakin berhati-hati," kata Choco memberi peringatan. 

"Memang ada apa?" 

"Ingat! Jangan pernah percaya dengan orang yang berusaha mendekatimu." Choco berhasil membuat Gila Berpikir. Bagaimana bisa gadis yang membencinya dulu di depannya ini tahu jika bahaya tengah mengancam nyawanya. 

"Jangan tanya bagaimana aku tahu, tadi siang seseorang menolongku sebuah belati seolah dia geram karena aku menyelamatkan dirimu!" Pernyataan Chocoi membuat Gina terkejut. Tubuhnya sedikit bergetar mendengar apa yang dikatakan oleh Choco. Bahkan dia hampir tak ingin mempercayai itu. 

"Dan ... sekarang keadaan Reynand juga belum sadarkan diri," ujar Chocoi dengan sedikit sendu. Gina Menjadi iba sekaligus bingung, dari mana keduanya bisa saling kenal dan akrab. 

"Aku berjanji, aku akan menggantikan posisi Reynand yang seharusnya menjaga kamu."

"Kenapa begitu?" 

"Ikatan kami bertiga terlalu kuat, tak ada yang bisa menggantikan kecuali kamu tumbang semua." 

Bertiga? Bukannya hanya Reynand dan Choco? Lalu siapa satunya? Apa anak pemilik yayasan juga terlibat dalam hal ini? Lalu apa hubungannya dengan dirinya jika anak pemilik yayasan ikut serta? 

"Choco, aku mau bertanya. Barangkali kamu bisa membantu," harap Gina, mumpung ini adalah kesempatan. 

"Apa memangnya?" 

"Apa kamu sangat dekat dengan anak pemilik yayasan?" Pertanyaan Gina sedikit membuat Anayouri terdiam. 

"Memangnya kenapa?"

"Mengenai video tentang Abila, siapa tahu dia juga memiliki video tentang kecelakaan Reynand," ungkap Gina, membuat Chocoi berpikir sejenak. 

"Apa waktu kejadian, ada sebuah acara?"

"Iya! Pentas drama musikal untuk pengambilan nilai!" 

"Apa ada kabar jika anak pemilik yayasan datang berkunjung?" Pertanyaan Choco seketika membuat  Gina sedikit lemas. Benar juga apa yang dikatakan oleh Choco. 

"Tapi apa , iya, kamu nggak punya rasa curiga sama orang lain?"

Gina berfikir. Apa dia menaruh curiga pada orang lain bahkan saat itu dirinya tak tahu jika Reynand pergi ke atas. 

"Siapa yang perlu dicurigai?"

*****

Seperti biasanya, Gina merasa badannya semakin tidak fit. Sejak mimpi buruk terus menghantui dirinya, semua menjadi berubah. Bahkan hari-hari yang dilalui olehnya begitu sangat melelahkan. 

"Selamat pagi, Gina! " sapa Hanny dengan wajah bermuka duanya, membuat Gina merotasi kedua bola matanya. 

"Wah, lihat! Hari ini Gina tampak tampil berani!" teriak Hanny begitu melihat Gina yang berjalan memasuki halaman sekolah. Entah apa yang sedikit dirombak pada penampilannya, sosok Gina terlihat begitu seperti gadis yang sangat berani.

"Waw, tampaknya dia memakai sedikit riasan pada wajahnya," puji Hanny yang sedikit kagum. 

Gina hanya melirik ketika Abila sampai di dalam kelas. Hanny tidak bohong, tampilan Abila saat ini tampak sangat berbeda. Kini tampak Hanny sedang menghampiri Abila dengan penuh semangat. 

"Abila, apa kamu menggunakan make up baru?" tanya Hanny dengan penuh harap mendapat jawaban yang dia inginkan dari Abila. Abila hanya menatap bingung, entah sejak kapan Hanny menjadi sok dekat dengan dirinya.

 "Hanya riasan kecil," balas Abila seadanya. 

 "Kamu tampak beda, loh. Lihat! Liptint yang kamu gunakan warnanya sangat bagus, pipimu juga agak merona!"

"Bisakah kamu diam?" Gina tampak terkejut dengan respon yang diberikan oleh Abila. Dia merasa ini bukan seperti Abila, ini sangat berbeda. 

"Mau aku berdandan atau tidak itu urusanku. Jadi .... " Abila pun berdiri lalu menuding Hanny hingga sedikit mundur . "Berhenti mendekatiku jika kamu masih tetap menyombongkan diri orang lain di depan orang lainnya lagi." Gina tahu siapa yang di maksud oleh Abila. Ia paham situasi saat ini seolah Hanny sedang memuji Abila dan mengolok dirinya. Hanny terlihat membutuhkan pendukung untuk menyokong dirinya. Abila keluar dari kelasnya meninggalkan Hanny dengan deru nafas tak beraturan. Gertakan yang dibuat Nagisa sedikit membuatnya terkejut. 

Usai jam istirahat, Gina selalu sering mendapat surat peringatan. Ini sudah ke empat kalinya dia mendapat surat sejenis ini setelah surat itu menanyakan keadaannya. Lalu besoknya tentang 'Bagaimana perasaanmu setelah Reynand koma?', dan hari ini Gina lebih terkejut lagi. 

"'Apa kamu tahu hukuman apa yang cocok untuk seorang pendosa?' Tanpa sengaja Gina menjatuhkan surat itu dan diketahui oleh Choco. 

 "Gina, yang sejenis ini namanya ancaman—" Gina segera membekap mulut Choco. Dia tidak ingin orang lain tahu tentang hal ini. 

Semua murid SMA Tunas Bangsa telah berhamburan untuk pulang. Abila sengaja menunggu jemputan yang diperintahkan oleh Alert dari awal. Hari ini Alert berjanji untuk mempertemukan dirinya dengan Alex di kediaman Alex sendiri. Ponsel miliknya berdering, menampakkan satu pesan. Itu dari Alert i. 

"'Lihat, akan ada pertunjukan!' Abila mengernyitkan alisnya, merasa bingung dengan pesan yang dikirim oleh Alert. 

 Brak!! 

Sesuatu terjadi di depan sekolah hingga disaksikan banyak orang di sana. Tubuh Darwin tampak mengejang dengan berlumuran darah. Orang-orang disana ingin sekali menolong Darwin, tetapi tak berani. Saat di telisik lagi, di dalam mobil ada Joice yang duduk di kursi mengemudi. 

"Joice?" Abila menatap tak percaya. Mengapa Joice selaku sahabat dekat Darwin sendiri pelaku tabrak lari tersebut. Di dalam mobil, Joice menangis dengan tubuh bergetar. Abila segera mencari kontak milik Alert, beruntung telepon tersebut berhasil tersambung. 

"Al, apa maksud semua ini?" tanya Abila dengan sedikit khawatir. Dia masih tetap menatap Joice yang sudah dibawa keluar oleh orang-orang untuk diminta keterangan. 

"Hal itu membuktikan, semua orang yang dekat bahkan sangat dekat dengan kita sekalipun bisa melakukan pengkhianatan," ucap Alert di seberang sana. 

"Lihat Joice, demi menyelamatkan dirinya dari tuduhan kriminal, dia rela menghabisi nyawa temannya sendiri. Jadi aku beritahu untukmu, Abila." Abila menelan ludahnya ketika suara Alerti mengambang di sana. 

"Berhati-hatilah dengan yang namanya kepercayaan." Abila menatap ke atas, dapat dilihat Alert yang tengah tersenyum di balik ruangan itu. Iya, itu adalah ruangan milik anak pemilik yayasan berada. 

Bersambung


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C35
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login