Download App

Chapter 3: Single Daddy Yang Mengacaukan Ladang Gandum

Sesungguhnya tidak hanya tragedi di kamar Nora saja yang membuat Tera meledak dalam emosi pagi ini, tapi kenyataan bahwa dirinya telah diperlakukan dengan seenak hati-lah yang membuatnya meledak tak terkendali.

Bagaimana tidak?

Ia telah melalui banyaknya neraka selama dua tahun belakangan ini!

Tera yang memiliki nama asli Teratai Hutama itu bekerja sebagai Personal Assistant Big Boss Sebastian Lim yang merupakan seorang CEO dari Bank of Trust Asia dan Trust Group. Pria itu adalah pewaris tunggal sekaligus penopang kejayaan Trust Group yang diwarisi dari sang ayah dan kakek Lim sang pioneer.

Trust Group adalah sebuah perusahaan besar yang memiliki basis di Singapura dan memiliki banyak cabang, tidak hanya bank namun juga berbagai jenis bisnis dan investasi lainnya yang tersebar di kawasan Asia. Trust Group merupakan sebuah korporat bonafit yang menjadi impian banyak orang.

Tiga tahun yang lalu Tera adalah salah satu pemilik mimpi itu. Setelah lulus kuliah berkat beasiswa yang Tera dapatkan di Singapura, ia pun langsung melamar pekerjaan di Trust Group untuk posisi International Market Analys. Impiannya sangat tinggi, ia ingin menjadi analis pasar yang sukses dan memiliki jenjang karir yang cerah dan terang benderang seperti sinar bulan ditengah gelapnya malam.

Seluruh proses seleksi yang ketat dan panjang pun Tera lalui dengan mudah, bukan hanya karena nilai GPA nya yang tinggi, almamater kampusnya yang reputable, namun juga disertai dengan kemampuan Tera dalam bidang yang dipelajarinya dikampus tempat Tera menimba ilmu. Tera telah menyelesaikan program internship selama tiga bulan masa kuliahnya di sebuah perusahaan dan menangani bidang yang sama sehingga membuat Tera menguasai berbagai seluk beluk pasar internasional.

Selama dua tahun Tera bekerja dengan damai di bawah naungan divisi International Market Analys, hingga tiba-tiba saja sebuah meteor menjatuhi bumi dan mengubah ladang gandum menjadi kue coklat yang lezat. Tidak – tidak. Tera tidak setega itu mengibaratkan hidupnya seperti iklan yang sering Tera tonton di saluran TV Indonesia – di kampung halaman tempat keluarganya berada.

Namun definisi yang tepat untuk menggambarkan hidupnya hanyalah iklan itu. Hidupnya berubah drastis. Dari gandum utuh menjadi kue coklat!

Lezat sih, tapi…

Cita-citanya tertunda dan segalanya berubah diluar kendali. Walau ladang gandum berubah jadi kue coklat yang nikmat, walau dompet Tera menjadi semakin tebal setelah menjadi Personal Assistant Sang CEO, walau banyak kemajuan dalam kehidupan dan ekonominya, namun, ini bukanlah impiannya. Posisi Personal Assistant bukanlah tujuan Tera bekerja di perusahaan ini.

Impiannya adalah menjadi master dalam bidang market analis, Tera ingin menjadi supervisor, Manager dan bahkan direktur dari divisi tersebut.

Yang Tera inginkan adalah jenjang karir yang dijanjikan pada masa awal perekrutan!!

Tapi kini, semua itu lenyap tak berbekas!

Hidupnya berubah hanya karena satu orang yang paling menyebalkan di dunia.

Sebastian Lim!!!

Boss dari neraka yang mengganggu hidupnya selama satu tahun belakangan!

"Huh…"

Tera mendesah lelah, kemudian mengaduk kopi hitam yang telah bercampur dengan air panas. Tangannya berpangku pada meja pantry sementara matanya melihat keramaian di lantai sembilan belas.

Di lantai inilah divisi international market analys berada. Mereka sedang sibuk meeting dan saling mengemukakan pendapat. Setiap ruangan di gedung ini hanya dibatasi oleh dinding kaca yang transparan membuat seluruh lantai terlihat luas dan terbuka.

Semua karyawan bisa melihat kegiatan masing-masing dengan terbuka. Tidak ada kesempatan untuk berbuat aneh di gedung ini karena design transparan tersebut membuat semua orang bisa memantau kelakuan setiap individu yang menempatinya.

Tera merenung sejenak sambil menikmati aroma kopi yang mampu menurunkan emosinya. Aroma yang selalu berhasil membuat Tera merasa tenang.

"Andai setahun yang lalu meteor tak menghantam hidupku, mungkin aku masih bermain di ladang gandum bersama teman-teman divisiku…" gumam Tera sambil memandang teman-temannya. "Dan aku tidak perlu menghadapi Boss dari neraka itu setiap hari…"

Pikiran Tera melayang pada kejadian yang membawanya pada posisi Personal Assistant. Pada hari itu ia sedang berlari dengan sangat terburu-buru sebelum rapat dimulai, namun langkah kaki Tera berhenti seketika tatkala telinganya mendengar suara tangis seorang anak batita yang begitu sedih.

Tera pun mencari sumber suara tersebut, dan menemukan seorang anak bayi yang menangis dalam kondisi berbaring di atas lantai. Tera pun mendekati anak itu dan baru menyadari jika batita tersebut adalah Nora Lim. Putri tunggal Sebastian Lim yang sedang bersama pengasuhnya yang bernama Sofia.

Sofia sedang membujuk Nora untuk pulang ke rumah agar tidak mengganggu ayahnya yang sedang bekerja. Tetapi Nora menolak, bocah itu memberontak hingga akhirnya jatuh dan menangis semakin kencang.

Melihat Sofia yang kesulitan menghadapi bocah tatrum itu membuat Tera tak tega dan ingin membantu Sofia, Tera pun membujuk Nora dengan kelembutan yang tidak mempan bagi Nora. Bocah itu adalah anak yang sangat dimanja, semua orang selalu bersikap lembut dan berkata "Ya" atas semua keinginannya sehingga membuat Nora tidak terbiasa menerima penolakan apapun dari orang-orang di sekitarnya.

Hari itu untuk pertama kalinya seseorang berkata tidak dengan sangat tegas kepada Nora. Tak hanya sampai di sana, Tera pun membujuk Nora dengan ketegasan yang membuat batita itu terdiam dan berhenti menangis seketika.

Nora menatap Tera takut namun penuh penasaran.

"Jangan takut sama tante, cantik. Tante Cuma ingin kamu berhenti menangis dan ikut sama kak Sofia untuk pulang ke rumah." Kalimat Tera membujuk namun penuh ketegasan. Anak ini harus mengerti bahwa dunia tidak berputar dalam poros hidupnya saja.

"Nola gak mau pulang!" seru bocah itu sambil sesenggukan.

"Kenapa Nora tidak mau pulang?"

"Nola ingin disini sama daddy…"

"Daddy sedang bekerja, nanti sore Daddy pulang saat sudah selesai. Nora bisa ajak Kak Sofia untuk ke kantor menjemput Daddy sore nanti, bagaimana?"

Kompromi itu membuat Nora berpikir sejenak, namun anak keras kepala tersebut tetap menggelang, "Nola tidak mau di rumah sendiri."

"Ada kak Sofia. Nora tidak sendiri. Ayo, sayang. Tante antar Nora sampai ke mobil."

"No! Nola mau sama Daddy." Protes Nora. Namun anehnya bocah itu tetap menerima uluran tangan Tera, bahkan memberi kode dengan kedua tangan mungilnya agar Tera menggendong Nora.

Tera mengangkat alis seketika, namun tak menunggu waktu lama, Tera pun menggendong Nora di dalam pelukannya.

"Nora bisa bermain dengan Kak Sofia di rumah, bisa belajar juga. Nanti kalau Nora sudah besar, Nora harus sekolah. Harus pintar seperti Daddy. Okay?"

"Wokay… Tapi Nora kangen sama Daddy." Ujar bocah itu dengan raut yang sangat sendu.

"Tadi malam Daddy nya tidak pulang, makanya sampai mengamuk begini…" bisik Sofia pada Tera.

"Daddy sibuk bekerja, nak. Harus meeting di Indonesia, di Amerika, di mana-mana… kalau sudah besar, Nora pasti diajak. Sabar ya…" bujuk Tera sambil menghapus air mata di pipi Nora.

Nora cemberut dan tak menjawab, namun tampaknya anak itu mengerti dan menyandarkan pipinya di bahu Tera.

Sofia dan Tera pun membalik badan untuk menuju lobby depan, namun betapa terkejutnya mereka saat mendapati keberadaan Sebastian berdiri dalam diam sambil memperhatikan semuanya.

"Tuan…" Seru Sofia takut-takut.

"Boss…" sapa Tera dengan tenang.

"Daddy!"

Nora yang lemas menjadi bersemangat.

"Daddy ikut Nola pulang?" harap anak itu.

Sang Daddy hanya tersenyum kecil, lalu mengulurkan kedua tangan dan mengambil Nora dari gendongan Tera. Single daddy itu terlihat sangat kelelahan, matanya mengantuk dan pakaiannya terlihat kusut. Sepertinya baru kembali dari suatu tempat dan belum sempat merapikan diri.

"Tidak, daddy ada meeting sampai jam sepuluh. Nora tunggu daddy saja, nanti kita pulang bersama."

"Yeay!!!" seru anak itu senang bukan main.

Tera pun ikut tersenyum senang.

"Siapa namamu?" tanya Big boss kepada Tera.

"Tera, Boss. Saya dari Divisi International Market Analys."

Sebastian mengangguk, matanya naik turun memperhatikan penampilan wanita itu hingga membuat Tera mengkerut tak percaya diri.

"Jaga anak saya selama saya meeting." Ujar Sebastian kepada Tera. "Sepertinya dia betah di dalam gendonganmu. Sangat jarang hal ini terjadi."

Kalimat itu bagaikan petir di pagi hari hingga membuat Tera melongo seperti orang bodoh, "Tapi…"

"Tapi apa?" tanya Sebastian malas.

"Saya ada meeting pagi ini, Boss. Meeting penting dengan Divisi saya…"

Sebastian menoleh ke belakang. Wilson Sang Sekretaris mendekat.

"Tunda rapat Divisi International Market Analys. Ulur waktu sampai jam sepuluh. Wanita bernama Tera ini akan membantu Sofia menjaga anak saya." Perintah Sebastian.

"Baik, Boss."

***


CREATORS' THOUGHTS
your_energy your_energy

Sudahkah kalian memasukkan cerita ini ke Pustaka? Cuss! masukkan yuk, jangan lupa tulis review supaya Author semangat nulis!

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login