Download App

Chapter 7: #007: Datang ke Kota

Endra sudah tiba di tempat penyewaan gaun pengantin, dan langsung membereskan semua yang dia taruh di bagasi, kemudian langsung mengembalikannya ke tempat sewa. Sementara Sarah hanya duduk diam menunggu sampai Endra kembali.

Tak berapa lama kemudian, Endra masuk kembali ke dalam mobil dan berniat melanjutkan perjalanannya menuju kantor. Namun, Sarah langsung bersuara. "Hari ini nggak usah ke kantor aja."

Endra tidak jadi menginjak pedal gas, lantas menengok kesamping, mengerutkan kening bingung.

"Bukannya hari ini ada jadwal untuk membahas model fashion terbaru bulan depan?" Endra mengingatkan, barangkali Sarah lupa. Sebagai budak Sarah 24 jam, Endra juga diharuskan tahu skedul Sarah dari pagi sampai malam. Endra benar-benar merangkap semua tugas yang seharusnya dikerjakan banyak orang.

"Tadi gue udah ngubungin Asti buat menghandel semuanya. Jadi nggak ada masalah." Tatapan Sarah tetap saja terfokus pada layar hapenya.

Endra langsung tidak berkomentar lagi. "Terus sekarang mau kemana?" tanya Endra kemudian.

Sarah tidak langsung menjawab, sedang asyik mengetik sesuatu. Dan Endra hanya bisa menunggu dengan sabar.

"Ke sini," jawab Sarah akhirnya sembari menunjukkan layar hapenya pada Endra.

Seketika saja Endra dibuat terkejut. Rupanya sejak tadi Sarah sedang asyik chat-chatan dengan seseorang. Dan 'ke sini' yang baru saja Sarah maksud adalah ke tempat seseorang itu. Chatan terbaru Sarah dengan seseorang itu diakhiri dengan foto selfie alay orang itu dengan caption 'Ibu tunggu sekarang.'

"JADI DARI TADI KAMU CHAT-CHATAN SAMA IBU?!" Saking terkejutnya, Endra tidak sadar dengan ucapannya sendiri yang kelewat kencang.

"Ya ampun, biasa aja dong ngomongnya. Dan apaan tadi?! Kamu? Hei, panggil-gue-Bu-Sarah!" ralat Sarah langsung, tidak terima.

"Astaga! Iya, Bu Sarah, kenapa Ibu malah chat2an sama Ibu saya?" tanya Endra lagi, yang kali ini sudah bisa mengendalikan keterkejutannya.

"Ya terserah gue dong, kok lo jadi ngelarang. Inget yah siapa lo. Apa perlu gue bacain lagi surat perjanjian bermaterai yang udah lo tanda tanganin dan sah secara hukum."

Endra membuang napas kesal. Selalu saja seperti ini kalau Endra berusaha mendebat Sarah. Dan lagi kenapa juga perjanjian itu harus ada segala. Kalau saja waktu itu ibu Endra nggak dateng ke kota. Mungkin nasib Endra tidak akan sesial ini.

***

Hari itu, saat ayah Endra mengabarkan bahwa satu jam lagi orang tua Endra akan tiba di kota, maka selama menanti satu jam itu Endra dibuatnya cemas. Sampai-sampai pekerjaannya jadi kacau. Contohnya saja saat mau mengelap kaca, yang disemprotin ke kaca malah cairan pencuci piring. Pas bersih-bersih wastafel, eh malah wastafelnya jadi mampet. Pas disuruh Sarah buat bikin teh manis panas, yang dateng malah coklat panas. Sampai akhirnya Sarah dibikin ngomel.

"Lo udah bosen kerja apa gimana? Gue kan udah bilang nggak suka coklat panas, ngapain malah dibawain ginian."

"Maaf, Bu, padahal tadi saya nyeduhnya teh, tapi pas dibawa kesini jadi coklat."

"Ha?"

"Enggak, Bu, maksud saya ... saya yang salah. Biar saya ganti saja minumannya."

"Tapi yang ini jangan dibuang, mubazir. Tawarin aja ke yang lain barangkali ada yang mau."

"Iya, Bu, siap."

Endra akhirnya membawa kembali gelas yang berisi coklat panas dan akan menawarkannya pada pegawai lain. Tapi saat langkah Endra baru sampai di salah satu meja pegawai, hape Endra sudah lebih dulu bergetar. Cepat-cepat Endra merogoh saku celananya untuk mengambil hape.

"Hallo, Ndra."

Endra tidak menjawab. Suara yang terdengar di telinganya barusan adalah suara ibunya. Dia tidak mau kena prank lagi kalau sampai meladeni perkataan ibunya.

"Kamu denger nggak sih Ibu ngomong."

Endra masih diam.

"Kamu ngambek gara-gara tadi Ibu kerjain ya?"

Endra tetap diam.

"Ya udah, Ibu nggak jadi bawain seduhan teh spesial yang kamu pesen itu yah."

"Eh ... nggak kok, Bu, Endra nggak marah." Endra langsung menyerah. Karena seduhan teh spesial itu adalah pesanan Sarah, jadi setiap hari Endra nggak pernah lupa ngingetin ibunya buat ngeracik teh spesial dalam jumlah banyak. Sehingga bisa dijadikan hadiah untuk sang pujaan.

"Ibu udah sampai di kota? Mau Endra jemput sekarang?" kata Endra lagi.

"Iya nih, Ayah sama Ibu barusan nyampe, mending kamu aja yang kasih alamatnya biar kita yang nyamperin kamu."

"Jangan, Bu, Endra aja yang kesana."

"Ya udah kalau kamu maksa. Ibu kirimin aja alamat Ibu sekarang lewat chat ya."

"Oke, Bu."

Tak butuh waktu lama, sampai Endra mendapatkan lokasi terkini keberadaaan orang tuanya. Endra akhirnya menaruh coklat panas yang masih dibawanya ke ruang pantry dan berniat meminumnya sendiri nanti. Tak lupa dia juga langsung membuatkan teh untuk sang pujaan, sekaligus meminta ijin untuk menjemput kedua orang tuanya.

"Nyokap lo jadi dateng?" komentar Sarah begitu Endra mengutarakan niatnya untuk ijin keluar.

"Iya, Bu. Ini saya mau jemput mereka sekarang."

"Mereka?"

"Iya, Bu, ibu saya kesini bareng ayah saya."

"Oh, ya udah. Tapi kalau nanti setelah ketemu orang tua lo, lo jadi pengen berhenti kerja. Ya tinggal berhenti aja. Dan ini gue kasih hasil kerja lo selama tiga hari ini." Sarah menyerahkan amplop berisi uang pada Endra.

"Enggak, Bu, enggak perlu. Saya akan tetap kerja di sini kok."

"Oh, gitu."

"Iya, Bu, kalau begitu saya permisi dulu."

"Ya udah sana."

Endra pun berlalu dari ruang kerja Sarah, kemudian bergegas mengganti baju OB-nya dengan baju miliknya sendiri, lantas keluar dari kantor dan memesan ojek online. Tak butuh waktu lama sampai ojek datang. Sepanjang perjalanan, Endra tak henti-hentinya berdoa agar ibunya tidak meminta bertemu dengan Sarah. Dengan karakter ibunya yang super berisik, bisa jadi usahanya dalam menaklukkan hati Sarah gagal total. Terlebih Sarah masih benar-benar liar, sedikitpun Endra belum bisa menjinakkan nada judes suara Sarah.

Butuh waktu yang cukup lama bagi Endra untuk bisa sampai di tempat ibunya. Dengan kondisi jalanan kota yang super padat, membuat laju kendaraan yang diboncengi Endra terasa lama.

Saat nama jalan yang dikirimkan ibunya sudah terlihat, Endra mengarahkan matanya ke sekitar. Namun masih belum ada tanda-tanda penampakan kedua orang tuanya. Sampai akhirnya ojek online yang dinaikinya sudah mencapai titik akhir. Endra pun turun, mengucapkan terima kasih sembari mengangsurkan helm yang sempat dikenakannya pada sang driver.

Di saat Endra berniat merogoh saku celananya untuk mengambil hape, sebuah suara memanggil-manggil namanya. Endra langsung mencari sumber suara, dan mendapati kedua orang tuanya sedang berada di kedai jus. Endra pun bergegas menghampirinya.

"Katanya bawa mobil? Dari tadi aku nyari-nyari mobilnya tapi nggak ketemu," tanya Endra begitu sampai di depan ayah-ibunya yang sudah asyik duduk berdua sembari menyeruput jus buah.

"Iya tuh, mobilnya di parkir di sebelah sono. Takut macet kalo di parkir di sini," jawab ibu Endra sembari mengarahkan telunjuknya ke depan sana.

"Oh, pantes aja."

"Kamu mau pesen jus juga?" tanya ibunya menawarkan.

"Boleh dong."

"Ya udah, sono, pesen sendiri."


CREATORS' THOUGHTS
AdDinaKhalim AdDinaKhalim

Terima kasih sudah membaca cerita ini.

- AdDina Khalim

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C7
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login