Download App

Chapter 2: Rasa Perih

ketika harus menelan ucapan pahit

ketika perih menusuk berulang kali

hanya air mata yang bisa menenangkan

Tak terasa sang fajar Inging berpulang telah berada diujung barat dengan senyum mengambang sama dengan keadaan hati Bulan, daritadi tak henti-hentinya Bulan tersenyum sambil melihat kewarna oranye ujung barat .

Reza melihat apartemen Bulan dari ujung bawah hingga ata "Ini apartemen Lo?"tanya Reza hati- hati.

Bulan menatap heran dengan pertanyaan Reza"Iya, emang knp?"tanya Bulan balik.

Reza hanya tersenyum lalu menyalakan montor sport miliknya"Gak sih, gue pulang"ucap Reza, lalu melajukan motornya meninggalkan apartemen Bulan.

Bulan memandang kepergian Reza "Hati-hati Reza " ucap Bulan dan tersenyum.

Bulan masuk ke apartemen dengan keadaan seperti biasa " sunyi " keadaan yang sering Bulan alami bahkan selalu tanpa seorang pun menemani Bulan , ia masuk berjalan ingin menuju kamar tercintanya namun amat terkejutnya Bulan melihat nenek sihir. Ehh enggak deng, maksudnya Ibu Bulan yang sudah lama enggak ia lihat dan masih seperti biasa, dengan sikap dinginnya ke Bulan beliau sudah duduk di atas sofa ruangan tamu .

Ibu bulan menatap Bulan dengan tatapan tajam dengan wajah dingin "Darimana kamu?jam segini baru pulang?" Ucap Ibu Bulan dengan nada dingin tanpa menatap Bulan.

Bulan sudah lelah dengan sikap keluarga Bulan tak ada hangat-hangatnya seperti keluarga lainnya"Ngapain ibu disini?bulan gk perlu siapa-siapa kesini "ucap Bulan dengan ketus.

Ibu Bulan tersenyum meremehkan seperti tidak anak kandungnya didepannya."Jaga omongan kamu, anak gak tau diuntung udah untung keluarga saya mau membiaya kamu "ucap Ibu Bulan yang sudah naik darah.

Bulan membalas dengan senyum meremehkan juga " Ohh sana pergi "usir Bulan ia tak peduli lagi dengan siapa dia ngomong, Lan dosa lo banyak, ngusir mak sendiri tapi Mak Bulan ngeselin gimana dong.

Muka Ibu Bulan mulai memerah menahan marah "Kamu apakan mentari ahh?sampai rumah dia nangis?"bentak ibu bulan tepat didepan muka Bulan

Bulan berjalan mendekat kearah Ibunya "Aku tidak apa-apakan dia ,dianya aja drama " ucap bulan dingin, menirukan gaya bicara Ibunya yang dingin kepadanya. Dasar anak emak kerjaannya ngadu doang, pengen Bulan garuk mulutnya.

Ibu Bulan mengangkat tangannya dan menampar pipi Bulan" plakk" suara tamparan bergema di seluruh ruangan

Bulan memegang pipi yang baru aja ditampar, ia membentak Ibunya sendiri, enggak merasa bahwa wanita didepannya, wanita yang melahirkan Bulan karena sikap dingin dan kasar yang selalu diperlakukan terhadap Bulan. Enggak seperti ibu lainya, dia selalu bersikap kasar dan kadang lebih parah dari ini. Tapi Bulan gak boleh lemah, siapa lagi yang nguatin Bulan kalau bukan dirinya sendiri.

"Pergi dari apartemen saya sekarang!!!" Bentak gue tanpa terasa air mata gue jatuh .

Ibu Bulan tersenyum puas "Saya akan pergi dan tidak mau menginjakkan kaki lagi disini"ucap Ibu Bulan, lalu pergi dari apartemen.

Di kamar Bulan menangis sejadi-jadinya, karena perlakuan ibu yang sering menampar Bulan. Kadang Bulan iri sama yang lain, ia juga pengen merasakan kasih sayang seperti orang lain rasakan,menganggap ibu adalah tempat dia mengeluhkan kelu kesah dia bukan tempat neraka baginya. Rasa perih yang selalu Bulan telan bulat- bulat yang hanya menangis obat penenang bagi Bulan, biarkanlah saat ini ia menangis untuk meluapkan rasa perih ini.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login