Download App
CEO menikahi gadis miskin CEO menikahi gadis miskin original

CEO menikahi gadis miskin

Author: Salju_Ju

© WebNovel

Chapter 1: Gadis itu

Olivia Zahra nama gadis yang sayang sekali tidak memiliki rupa sempurna seperti kebanyakan perempuan diluar sana.

Olive selalu merasa insecure, tidak percaya diri, dan selalu menyalahkan dirinya sendiri. Mengapa dirinya tidak dapat seperti perempuan-perempuan diluar sana? Di umurnya yang ke dua puluh empat tahun Olive masih tidak mempunyai pasangan, dan kerja juga hanya seadanya.

Ibu nya selalu menanyakan, kapan Olive mempunyai pasangan?

Kalau Olive mempunyai tubuh dan rupa yang cantik seperti perempuan-perempuan di luar sana akan sangat mudah baginya memperoleh pasangan.

"Buk, aku harus bilang ke berapa kali sih? Kalau aku nggak akan nikah! Aku nggak cantik! Badan aku juga nggak bagus! Aku nggak mau kalau nikah karena terpaksa dari kedua belah pihak!" tolak Olive. Entah sudah keberapa kali, Olive mengatakan hal itu kepada ibunya.

Perempuan tua yang di gadang-gadang adalah ibu dari Olive itu hanya dapat menghembuskan nafasnya, tiba-tiba ide gila muncul di benak nya.

"Nah! Bagaimana kalau kamu menikah dengan Pak Dodot? Dia kaya raya, paling kaya di desa ini. Dia pasti mampu untuk merawat mu, mempercantik diri kamu, dan hidup kita akan tenang kedepannya," usul Kartika, ibu dari Olive.

Olive menggeleng-gelengkan kepalanya, dengan tatapan tidak percaya. "Ibu nyuruh aku menikahi pria beristri tiga? Ibu setega ini padaku?" tanya Olive

Kartika mengangguk dengan percaya diri, dirinya merasa yakin dengan apa yang diusulkan pada anak semata wayangnya ini.

"Loh, memang kenapa? Bagus dong ibu memberi usul itu, kalau Pak Dodot mau, ibu rela kok menjadi istri dia yang keempat," balas Kartika dengan yakin seyakin-yakinnya.

Olive menggeleng-gelengkan kepalanya heran dengan apa yang ada di pikiran sang ibu. Apakah ada orang seperti ibu nya ini di luar sana?

"Duh! Ibu ngomong nya ngelantur! Sudah lah! Mending Olive berangkat kerja, daripada mendengar ocehan ibu yang nggak selesai-selesai dan aneh, Assalamu'alaikum!" pamit Olive memilih untuk pergi pamit dari hadapan Kartika.

Kartika menggelengkan kepalanya, dirinya tidak mengerti mengapa anaknya sangat tidak mau menikah? Dan, kalau pasal fisik dirinya sudah memberi usulan yang sangat bagus. Ya, walaupun umur Pak Dodot lebih cocok menjadi ayah Kartika.

"Dasar! Wa'alaikumussalam! Bawa uang yang banyak, dari pada ibu jodoh in ke Pak Dodot!" teriak Kartika keras, karena jarak nya dengan Olive sudah cukup jauh.

Olive sendiri tidak menanggapi teriakan sang ibu, malas meladeni orang itu. Walaupun itu ibunya sendiri, tetapi setiap hari dirinya merasa jengkel.

Bagaimana tidak jengkel? Selalu setiap hari yang dibahas adalah, Nikah! Pasangan! Nikah! Pasangan! Begitu terus tidak tidak ada habisnya dan tidak ada yang lain.

Olive berjalan hingga di pangkalan ojek, di sana sudah terdapat tiga orang ojek yang tengah menunggu giliran penumpang.

Olive tersenyum, lalu berjalan mendekat ke arah mereka.

"Ojek, Mang," kata Olive tanpa senyum, ia malu jika ia tersenyum karena akan menambah kesan jelek di wajahnya.

Bapak-bapak bertubuh cungkring dengan kumis sedikit tebal berdiri duduk ke arah motornya. "Ayo, Neng," ajaknya

Olive buru-buru menaiki motor sang bapak ojek dan memakai helm yang disodorkan oleh bapak ojek itu.

* * *

"Sampai, Pak," ucap Olive memberhentikan ojeknya. Di depan tempat kerja nya.

Bapak-bapak ojek itu memberhentikan motornya, sebelum itu tentu ia menepikan motornya.

"Dua puluh ribu, Mbak," ujar Bapak-bapak itu menyebutkan jumlah biaya yang harus dibayar oleh Olive.

Olive membuka tas selempang nya, membuka dompetnya, dan mengeluarkan uang yang disebutkan oleh bapak ojek.

"Ini, Pak." Olive menyodorkan uang kepada bapak ojek.

Bapak ojek itu tersenyum lalu pamit pergi.

Olive hendak tersenyum, namun ia urungkan. Ia tidak perlu tersenyum karena senyum nya jelek, jadi akan menambah kesan jelek di rupa nya.

Olive memasuki ruangan tempat kerjanya. Dia kerja di minimarket milik orang.

"Permisi, Mas maaf Olive baru sampai," kata Olive menundukkan kepalanya.

"Kemana aja sih? Telatnya udah lama banget loh ini! Dasar tidak disiplin! Kalau begini terus saya bisa turunkan gaji anda!" marah Mas-mas pemilik mini market Olive menundukkan kepalanya, ia menyadari kesalahannya.

"Maaf, Mas. Saya tidak sengaja, saya janji tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi," ucap Olive penuh sesal.

"Hah, ya sudah cepat lakukan pekerjaan kamu! Saya akan bertemu teman-teman saya!" perintah Mas Fiki dengan emosi.

Bruak!

Pintu minimarket berdentum keras, di banting oleh Mas Fiki pemilik nya. Olive memejamkan kedua matanya, meminimalisir rasa terkejutnya.

Ia mengelus dadanya, berusaha bersabar dengan perlakuan sang pemilik mini market tempat ia bekerja.

Ia pantas mendapatkan ini semua, dirinya jelek, tidak sempurna, pantas mendapatkan perlakuan tidak seenaknya dan sepatutnya seperti ini.

Ia memperbaiki jilbab, dan baju serta celana panjang berwarna hitam.

Ting! Bunyi bell pintu minimarket berbunyi, menandakan bahwa ada pelanggan yang masuk.

"Silahkan," ujar Olive sopan.

Pria bertubuh tegap, dengan pakaian layaknya seorang santri yang baru saja pulang dari pesantren.

Pria itu memilah-milah barang, menimang apa yang hendak ia beli di minimarket ini.

Saat dirinya tidak menemukan barang-barang yang ia cari, ia bertanya pada Olive.

"Mohon maaf, Mbak." Pria itu dengan canggung mengajak bicara Olive

Olive menoleh lalu mengangguk, "iya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Olive menawarkan bantuan.

Pria itu mengangguk. "Rak bagian buah segar di sebelah mana ya?"

"Mohon maaf, stok buah segar telah habis, Mas," balas Olive

"Oh begitu, eum kalau boleh saya minta tolong lagi boleh?" pinta Pria itu takut-takut

Olive tentu mengangguk, "tentu saja."

"Saya baru saja pindah ke sini, saya tidak tahu jalan. Apakah Mbaknya bisa mengantar saya sebentar untuk membeli buah segar?"

Olive tentu menimang-nimang, ia mempertimbangkan permintaan pelanggan nya ini. Lalu kemudian mengangguk.

"Baik, boleh," jawab Olive setuju.

"Okay, untuk waktunya mbak bisa hubungi nomor yang tertera di sini ya, terima kasih," pinta lelaki itu menyodorkan sebuah kertas yang berisikan tulisan nomor telepon nya.

Olive menerima nya, ia tidak tersenyum sama sekali. "Baik, sama-sama."

Lelaki itu menyodorkan keranjang belanja nya untuk dihitung oleh Olive, dan Olive menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin.

Seusai belanjaan dihitung, dan dibayar. Lelaki itu memilih untuk pamit undur diri dari minimarket.

Olive menghela nafas nya, ia hampir saja tersenyum tadi. Tidak! Ia tidak boleh tersenyum, atau orang-orang akan pergi meninggalkannya, dan membencinya.

Karena fisiknya yang benar-benar tidak sempurna. Ia membuka ponselnya, dirinya hanya menghembuskan napas lelah.

"Kenapa ya? Orang-orang kok cantik banget, kok aku nggak ya?" gumamnya merasa insecure.

"Andai aku jadi cantik, pasti akan sangat mudah mendapatkan pasangan, pekerjaan dan selalu dihargai dengan orang-orang sekitar, nggak kena omelan ibu, nggak dipandang sebelah mata sama warga kampung dan sekitar," celoteh Olive.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login