Download App
42.85% Cewekku!

Chapter 3: Chapter 3

.

.

.

Waktu istirahat makan siang....

Saat aku ingin memakan bekal yang aku bawa, tiba-tiba Tiaraniya sudah ada di depan mejaku.

"Destryan, mau makan bekal bersama?" ucapnya.

Berbeda dengan sebelumnya, dia terlihat lebih tenang. Mungkin dia tipe yang bersemangat saat membicarakan sesuatu yang disukainya.

"Ryan saja. Kalau kau mau, kau bisa ikut denganku dan temanku. Bagaimana, Tiaraniya?" tanyaku.

"Tiara" jawabnya.

"Huh? Apa maksudmu?"

"Tiara"

"Mungkin dia ingin aku memanggilnya begitu?" pikirku.

"...Tiara, apa kau mau ikut?" tanyaku sekali lagi.

"Hm. Baiklah, aku mau ikut" ucapnya.

Ada rasa bangga di raut wajahnya. Dan aku juga merasakan banyak sekali tatapan heran di sekitarku.

Bagaimana tidak, seorang Putri Tak Tersentuh yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain, mengajak seseorang untuk makan bekal bersama, dan lagi menyuruhnya memanggilnya dengan nama panggilan.

Kami pun pergi ke sebuah bangku di dekat pohon besar di akademi. Aku dan Niendya sepakat untuk bertemu di situ. Saat kami sampai, Niendya sudah lebih dulu sampai di sana.

"Niendya!" kataku.

"Ryan! Lama sekali kamu. Hm? Siapa gadis itu?" tanyanya.

"Oh, perkenalkan ini teman sekelasku, Tiaraniya. Tiara, ini sahabat masa kecilku, Aniendya" ucapku.

Entah kenapa aku merasakan hawa yang aneh diantara mereka berdua.

"Oh..salam kenal, aku Tiaraniya, panggil saja Tiara" ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

".....Salam kenal, Tiara. Aku Aniendya, panggil saja Niendya" jawab Niendya.

Mungkin mereka memang terlihat berjabat tangan dengan baik, tapi aku masih merasakan hawa aneh itu.

Kami pun melanjutkan rencana makan bersama kami.

"Hei, Niendya. Kamu yakin nanti bisa ke perpustakaan?" tanyaku.

Klub akan dimulai saat pulang sekolah nanti, yaitu jam tiga sore. Sebelumnya, Niendya bilang kepadaku kalau ia akan ikut klub yang lain juga. Jadi kupikir dia akan mengecek klub yang lain dulu baru pergi ke perpustakaan.

"Hm? Oh, soal itu ya? Tentu saja aku bisa! Aku yakin klub itu akan cepat selesainya" jawabnya.

"Oh iya, aku lupa menanyakannya. Memangnya kamu mau masuk klub apa?" ucapku.

"Aku mau masuk Klub Voli. Sudah lama aku tidak bermain voli, jadi aku putuskan akan masuk ke klub itu saja" katanya.

"Hahaha...aku yakin kamu pasti bisa menjadi Ace dengan cepat! Kamu kan sangat pandai dalam olahraga" ucapku sambil mengusap kepalanya.

*(mengusap)

Entah kenapa Niendya langsung menunduk. Saat kulihat ternyata mukanya memerah.

"Eh? Kamu tersipu?"

"T-tidak kok, mana mungkin aku seperti itu, aha-ahahahaha"

Tiba-tiba, Tiara memanggilku.

"Ryan" panggilnya.

"Hm? Ya?" jawabku.

"Apa benar kau masuk Klub Perpustakaan?" tanyanya.

"Ya, benar. Kenapa memangnya?"

"Ini hanya rumor saja. Katanya, siapapun yang masuk ke klub itu dapat dipastikan, akan ditimpa kesialan selama beberapa hari selama dia di dalam perpustakaan. Aku tidak tahu apa itu memang benar atau tidak, jadi aku tidak yakin" katanya.

"Kesialan? Kesialan seperti apa?" tanyaku.

"Tertimpa buku, terjatuh, dan menabrak rak buku. Itu saja yang kudengar" jawabnya.

Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang familiar disini.

"Hm....apa kau tahu tentang ketua klub tersebut?" tanyaku.

"Ketua Klub? Tidak, aku tidak pernah melihatnya. Tapi kudengar, Ketua Klub itu adalah orang yang sangat cantik! Perpaduan seorang malaikat dan juga Kutu Buku. Tapi, tidak ada yang pernah melihat wajahnya sama sekali, jadi tidak ada yang tahu seperti apa wajah ketua" jawabnya.

"Tidak ada yang pernah melihat wajahnya tetapi tahu kalau dia itu orang yang sangat cantik? Aneh sekali"

"Kupikir juga begitu" ucap Niendya.

Entah kenapa hal ini agak aneh.

"Hm.....sebentar. Tiara, apa kau tahu orang yang bernama Shaqilla Rahmawati?" tanyaku.

"Shaqilla Rahmawati? Maksudmu Miss SMA Indragiri?! Tentu saja aku tahu. Dia itu sangat cantik, mudah bergaul, ramah, dan selalu menolong siapapun. Sayangnya, sekaligus poin tambahan, dia itu orang yang sangat jahil" katanya.

"Miss SMA Indragiri?! Wow dia hebat sekali" ucap Niendya.

Baiklah, ini mulai terlihat jelas.

"Apa kau tahu dia ikut klub apa?" tanyaku.

"Klub? Tidak pernah ada yang tahu tentang klub apa yang dia ikuti. Dia selalu menghilang dengan cepat setelah sekolah selesai. Tapi, dari yang kudengar, dia itu sangat tidak suka bila banyak orang memperhatikannya. Jadi, kurasa itu juga alasan tidak adanya orang yang tahu klub yang dia ikuti"

"Ah, tentang dia orang yang jahil, jahil seperti apa memangnya?" tanyaku agar lebih jelas.

"Dari yang kudengar, kejahilannya itu seperti mengangkat rok siswi lain, membuat orang jatuh, dan menyembunyikan barang orang lain" jawabnya.

"Hm, tidak kusangka. Tapi ada yang aneh...jangan-jangan...."

Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku, Tiara langsung berbicara.

"Ah! Meskipun begitu, dia itu sangat ceroboh. Dia sering sekali kena jebakannya sendiri. Sungguh poin tambah yang hebat! Gap moe!!" ucap Tiara.

"Apa? Dia orang yang ceroboh? Sama sekali tidak terlihat olehku!" ucap Niendya dengan wajah keheranan.

"Hm? Kau kenal dengan Nona Shaqilla?" tanya Tiara.

"Tentu saja! Kami sudah bertemu dengannya beberapa kali!" kata Niendya.

"BERUNTUNG SEKALI!!!. Ah?!....jadi, bagaimana menurutmu?" ucap Tiara.

"Dia sangat cantik sekali! Sama seperti yang kau jelaskan! Tapi, aku terkejut orang sepertinya bisa ceroboh juga hahaha!" ucap Niendya sambil tertawa.

.

.

.

Ok. Sudah kuduga ada yang aneh. Tapi, sekarang semua sudah terlihat jelas.

"Niendya, kamu ingat saat Qilla tertimpa tumpukan buku tadi pagi?" tanyaku.

"Hm? Iya, aku ingat, kok. Kenapa memangnya?"

"Saat aku mencoba mengambil buku yang ada di dekat kakinya, ada sebuah benang tipis tersangkut pada kakinya. Dan saat aku mengecek rak buku tersebut, posisinya berbeda dari rak yang lainnya, jadi ujung dari rak tersebut agak menghalangi jalan keluarnya. Saat Qilla keluar, dia tidak sengaja menyenggol ujung rak tersebut. Seterusnya, kita sudah tau kejadiannya" ujarku.

"Ah? Umm...jadi?" ucap Niendya dengan wajah kebingungan.

"Huft...Tiara, kau tahu maksudku, kan? Tolong"

"Aku mengerti. Ketua Klub Perpustakaan dan Kak Shaqilla. Memiliki kecantikan luar biasa, terlihat dewasa, dan ramah. Kak Shaqilla adalah orang jahil tetapi juga ceroboh. Kesialan yang terjadi pada anggota Klub Perpustakaan mirip dengan kejahilan Kak Shaqilla. Bisa dipastikan kalau kesialan itu adalah ulah jahil Kak Shaqilla. Aku jadi tahu kalau Kak Shaqilla adalah Ketua Klub Perpustakaan yang misterius itu" ujar Tiara.

"Wow! Kau bisa menyimpulkannya? Aku sama sekali tidak dalam hal ini" ucap Niendya dengan kagum.

"Itu memang benar. Tapi, yang masih aku pikirkan adalah alasan kenapa dia ingin sekali sendirian. Padahal dia mengizinkan kami masuk ke dalam klub" kataku.

"Hm....Ah sudahlah!! Aku pusing dengan ini!! Yang lebih penting adalah Qilla membiarkan kita bersama dengannya, bukan?!! Kalau begitu biarkan saja!! Biarkan waktu yang membawa dia pada keputusan untuk memberitahu kita!!" teriak Niendya.

Yah, mungkin apa yang dikatakan Niendya benar. Lebih baik kita fokus pada apa yang ada sekarang.

*(Bel)

"Ah! Waktu istirahat sudah selesai! Ayo kembali ke kelas masing-masing!" ucap Niendya sambil merapihkan kotak bekalnya.

"Kamu benar. Ayo Tiara, kita harus kembali ke kelas" ucapku.

*(Mengulurkan tangan)

Bukannya bersiap-siap, Tiara malah mengulurkan tangannya padaku.

"Huh?" ucapku dan Niendya secara bersamaan.

"Tolong" katanya.

"Ha?!!" ucap Niendya yang terkejut.

"B-baiklah. Ayo, kita kembali ke kelas" ucapku sambil mengambil tangan Tiara.

"A-aku duluan!!!" ucap Niendya sambil berlari meninggalkan kami.

"Niendya?"

"Ayo, Ryan. Kita harus kembali ke kelas, bukan?" kata Tiara.

"Ah, baiklah. Ayo" ucapku.

Aku dan Tiara pun kembali ke kelas.

Sesampainya di kelas....

*(terkejut)

....semuanya terkejut saat melihat kami. Bukan karena kami yang kembali bersama, tapi karena kami masih berpegangan tangan.

*(Melepaskan)

"T-tunggu teman-teman!! Ini bukan seperti yang kalian pikirkan!" ucapku.

Percuma saja. Semua murid di kelas sudah heboh.

"Ryan. Kau harus menjelaskan detailnya kepada kami, ok?" ucap murid-murid laki-laki padaku.

"A-ah..dengan semampuku"

Sebelum aku menjelaskannya kepada mereka, guru pelajaran berikutnya sudah masuk ke kelas.

"Hei! Duduk kembali ke kursi kalian masing-masing! Pelajaran sudah mau dimulai!" ujarnya.

Aku pun terselamatkan dari situasi itu.

.

.

.

.

.

Pulang sekolah....

Setelah bel, aku pun langsung bergegas ke perpustakaan. Sesampainya aku di perpustakaan, Qilla sedang mencatat buku-buku yang baru dikembalikan.

"Hai Qilla!"

"Oh? Selamat datang. Bagaimana hari ini?" tanyanya.

"Biasa-biasa saja. Bagaimana denganmu, Qilla?" tanyaku.

*(Terhenti)

Entah kenapa Qilla tiba-tiba berhenti mencatat.

"Hm? Qilla? Kau tidak apa-apa?"

"K-kau menanyakan keadaanku?" jawabnya.

"Hm? Tentu saja, memangnya ada yang salah?" kataku.

"T-tidak ada. Aku baik-baik saja hari ini" ujarnya.

Suasana di sekitar kami pun hening seketika.

"H-hei, Ryan. Boleh aku meminta sesuatu padamu?" tanyanya.

"Boleh. Asalkan itu masih dalam kemampuanku"

"Maukah kau..."

"Ya?"

"Maukah kau....jadi...pacarku?"

Ucapannya sore itu, membuatku terkejut sekaligus terheran-heran.

To Be Continued...


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login