Download App
11.11% CHRONOS

Chapter 2: Bab 2

Derap langkah kaki tersamarkan di dalam derasnya hujan yang mengguyur kota Denver, sebuah kota yang memiliki salah satu kebun raya terbesar di Amerika. Ada seorang gadis muda yang sedang berlari menghindari orang berpakaian hitam yang hendak menculik dirinya, gadis itu sangat ketakutan ketika ia dicegat di tengah jalan. Tempat yang ia lewati sangatlah sepi terlebih ini sudah hampir memasuki tengah malam, ia terus berlari melewati gang untuk menghindari dua pria yang masih saja mengejarnya.

Entah apa yang membuat ia menjadi target penculikan, selama ini dirinya tidak pernah berurusan dengan orang-orang berbahaya. Dia hanya seorang pegawai di sebuah restoran cepat saji, tidak ada yang menarik dari dirinya. Nafasnya sudah putus-putus, tapi ia masih terus berlari yang entah sampai kapan. Sesekali ia melihat kebelakang untuk memastikan kalau ia sudah tidak dikejar lagi. Ia memilih masuk ke sebuah gang sempit dan bersembunyi di sampin tong sampah besar, di depannya pun sudah ada tiga tong sampah berbentuk tabung berwarna biru tua. Gadis itu mengatur nafasnya yang sudah hampir putus, perlahan ia menarik dan menghembuskan udara yang walau baunya sangat busuk, tapi masih bisa ia tahan.

Saat dirinya merasa aman dari para pengejar itu, saat itu juga ada yang menepuk bahunya dari belakang. Gadis itu memutar kepalanya dan matanya membola sempurna, ia pikir sudah lepas ternyata tidak. Ia terus memberontak bahkan sampai menggigit tangan pria yang menangkapnya, tapi ia malah mendapatkan tamparan di pipinya.

"Kau tidak bisa lari lagi, Kimberly Rodriguez," ucapnya. "Percuma saja kau lari. Kami akan menangkapmu," sambungnya dengan senyuman mengerikan.

"Lepas! Lepaskan! Lepaskan aku! Mengapa kalian menculikku Apa salahku?!" Kim terus memberontak namun ia tidak bisa melepaskan cengkraman kuat pria itu dari tangannya.

Hujan masih turun di kota ini, bahkan semakin deras, Kim diseret masuk ke dalam sebuah mobil hitam, ia sama sekali tidak bisa keluar dari mobil itu, tidak ada celah. Kim pasrah dengan nasibnya, ia tidak tahu akan dibawa ke mana. Selama perjalanan Kim diberi obat bius karena ia terus saja memberontak, sekarang Kim tidak tahu di mana dan sudah berapa hari berlalu, saat ini ia berada di dalam sebuah ruangan gelap.

Kim bangkit untuk mencari jalan keluar, hanya sebuah jendela bulat yang posisinya sangat tinggi, ukurannya pas untuk tubuhnya. Kim mencari benda yang bisa ia pakai sebagai pijakkan, Kim menajamkan matanya dan melihat beberapa kotak kayu di sudut ruangan, Kim pun memindahkan dan menumpuknya dengan susah payah, ia memanjat tumpukan kotak itu dengan harapan bisa keluar dari ruangan ini. Harapannya langsung sirna seperti debu tertiup angin ketika ia melihat keluar jendela, ia tidak berada di sebuah bangunan tapi di tengah lautan lepas dan ruangan ini berada di sebuah kapal.

"Aku akan dibawa kemana," ucapnya lirih, air mata merembes dari matanya. Kim terduduk lemas di atas kotak, ia mencengkram ujung bajunya.

Kim menoleh ke pintu ketika ia mendengar suara kunci yang diputar, ia menghapus air matanya. Di depan pintu berdiri dua orang pria dan satu wanita yang masih terlihat cukup muda, wanita itu memperhatikan Kim dengan sangat lekat.

"Dia cantik, pasti akan laku keras nanti," ucapnya sambil menghisap rokok dan menghembuskan asap putih dari mulutnya.

"Bawa dia dan pastikan dia tidak kabur," titahnya.

Wanita itu berjalan meninggalkan ruangan itu. Dua pria berpakaian hitam itu mendekati Kim dan menyeretnya turun.

Kim kembali berontak. "Lepaskan! Lepaskan aku!" Ucapannya sama sekali tidak didengar oleh kedua pria berbadan besar itu, mereka semakin menarik Kim. Lelah, Kim akhirnya pasrah di seret oleh mereka.

Ia dibawa ke sebuah ruangan yang berisi meja rias lengkap dengan baju mewah di sana, Kim benar-benar tidak tahu akan mau diapakan, ia pasrah saja ketika seorang wanita mendandaninya. Kim tampil sangat sempurna dengan baju yang mewah di matanya, ia seperti akan ke pesta, jika memang ia akan dibawa ke pesta kenapa dirinya sampai diseret seperti itu dan Kim tambah bingung saat wanita yang memintanya berganti pakaian menyematkan sebuah nomor di dadanya.

"Semua sudah siap?" tanya wanita yang pertama ia temui tadi.

"Sudah, Mam."

Wanita itu melihat Kim dari atas sampai bawah dan kembali lagi ke atas, ia tersenyum puas dengan hasil riasan serta baju yang Kim gunakan.

"Persiapkan dia saat gilirannya tiba."

"Baik, Mam."

Kim duduk termenung di sebuah kursi di dalam ruang rias, pikirannya berkelana. Ia sangat cemas sekarang, tangannya mulai mendingin. Kim mendongakan kepala saat wanita yang mendandaninya datang membawakan makanan untuk dirinya.

"Makanlah, kau pasti lapar," ucapnya sambil meletakan nampan di samping Kim.

"Aku tidak lapar," ucapnya berbohong.

"Jangan berbohong. Jika kau tidak mengisi perutmu itu nanti kau akan pingsan." Lalu wanita itu meninggalkan Kim yang masih terdiam.

Kim melirik makanan yang berada di sampingnya, perutnya langsung berbunyi nyaring, seperti orang yang tidak makan selama beberapa hari. Apa yang dikatakan wanita itu benar, ia akan pingsan jika terus menahan lapar, Kim pun mengambil nampan itu dan mulai menghabiskan makanan yang tersaji di sana dengan lahap, ia menghabiskan semuanya tanpa sisa dan sekarang Kim sudah merasa kenyang.

"Sudah gilirannya," ucap pria dari depan pintu.

Kim pun di bawa oleh kedua pria berbeda dari yang menjempunya tadi. Perasaannya semakin tidak tenang ketika melewati koridor yang tampak mewah, seumur hidupnya baru kali ini Kim berjalan di koridor mewah seperti ini. Kim masuk ke dalam sebuah ruang tunggu, di sana sudah ada beberapa orang yang menunduk lemas, Kim sangat kaget saat melihat beberapa senjata dan perhiasan yang terlihat sangat mahal berada di dalam ruangan itu.

Dari arah depan ia bisa mendengar suara seseorang yang sedang berbicara menggunakan microphone, Kim tidak bodoh sampai ia tidak mengetahui kalau orang itu sedang membicarakan penawaran harga. Pria itu semakin memancing audiens untuk menaikkan harga dengan kata-kata rayuannya. Kim akhirnya sadar kalau ia sedang berada di acara pelelangan dan dirinya adalah salah satu yang akan dilelang di acara ini. Lututnya terasa sangat lemas, tenaganya hilang. Kim benar-benar tidak tahu harus berbuat apalagi sekarang, bahkan untuk menangis pun ia sudah tidak bisa, mencari jalan keluar juga tidak bisa, ia benar-benar terjebak di sini.

Ia tampak konyol ketika sempat berfikir akan menghadiri sebuah pesta atau acara penting, ya ini memang sebuah acara, acara pelelangan. Entah apa yang akan terjadi pada dirinya, Kim sudah tidak bisa memikirkannya lagi, bahkan ia berencana untuk lompat ke laut jika ada kesempatan dan ia akan berusaha untuk mencari kesempatan itu.

"Daripada aku diperlakukan seperti barang, lebih baik aku mati saja," ia sudah bertekad untuk kabur dari sini ketika memiliki kesempatan. Ia menatap penuh dendam orang-orang berpakain hitam di sekeliling ruang tunggu itu.


CREATORS' THOUGHTS
vianca_rent vianca_rent

Mohon maaf jika nanti ada kalimat yang kurang tepat dan ada typo. Aku akan berusaha untuk memperbaikinya, agar teman-teman nyaman waktu membaca novel ini.

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login