Chapter 1: Teman masa kecil
Disebuah tanah lapang, disuatu sore, saat itu sedang turun hujan ketika mereka berdua asik bercanda disudut gubuk. "hey, kenapa kita tidak mencoba lari sampai kerumah?",Satriyo kecil mencoba memikirkan cara agar mereka bisa sampai kerumah sebelum langit menjadi gelap. "tetap saja kita akan basah kuyup,dan tentu saja aku akan dimarahi...",Murti kecil berkata dengan wajah lesu. Melihat temannya menjadi murung Satriyo kecil mencoba menghibur, "baiklah mari kita pikirkan cara lainnya,atau kita tunggu saja hujannya berhenti."
"aku takut langit menjadi semakin gelap."
"tenang saja, aku akan disisimu agar kau tidak takut lagi." Satriyo kecil berusaha meyakinkan sembari merangkul tubuh mungil temannya itu.
Cinta monyet? Bahkan tidak terlintas sedikit pun dibenak kedua bocah kecil itu. Yang mereka tau hanyalah kebahagiaan saat bersama-sama layaknya seorang teman. Namun ada yang sedikit berbeda ketika mereka mulai beranjak remaja. Satriyo kecil menjadi posesif kepada setiap mereka yang ingin berteman dengan Murti kecil, sedikit tidak wajar tapi itu hanyalah niat seorang anak remaja yang tidak ingin ada seorang pun menyakiti temannya itu.
Hari berganti, Bulan berganti, Tahun berganti, Mereka sekarang adalah ABG[1]. Perlahan-lahan mereka juga merasakan perasaan yang aneh didalam diri mereka saat bersama. Seolah tak ingin terpisahkan, kali ini mereka saling jatuh cinta. Mereka mencoba mengutarakan perasaan satu sama lain, dan, mereka memutuskan menjalin hubungan. Diusia mereka memang sedang asik-asiknya berpacaran, tapi pasangan yang satu ini berbeda dengan pasangan sembrono[2] pada umumnya.
Tahun pun berlalu begitu cepatnya, hingga tanpa disadari kini mereka harus melanjutkan pendidikan yang menyita waktu. Perbedaan usia mereka 2 tahun, tapi cukup untuk membuat mereka tidak bisa sejalan dalam hal pendidikan.
Kali ini Satriyo kecil mengajak Murti kecil untuk bertemu, ia lalu menuliskan sepucuk surat, bertuliskan "AKU INGIN BERTEMU, AKU RINDU, JIKA KAU MAU KITA BERTEMU DITEMPAT BIASA PUKUL 3 SORE, AKU AKAN MENUNGGU MU." dengan bergegas ia menitipkan kepada seorang teman dekat Murti kecil untuk menyampaikan surat tersebut.
"Elvira, apakah aku bisa meminta tolong padamu untuk mengantarkan surat ini kepada Murti?" ia sedikit memohon kepada Elvira.
"boleh saja, asal aku mendapatkan ice cream." Elvira menjawab dengan sedikit menggoda.
"tentu, kau pasti akan mendapatkannya."
"haha,tidak tidak, aku hanya bercanda saja, akan aku sampaikan suratmu kepada sahabatku." Elvira tidak bisa menahan tawanya.
Tepat pukul 3 sore Satriyo sudah berada ditempat janjian. Disebuah gubuk didekat tanah lapang tempat mereka biasa bermain dan bertemu.
Dia sudah menunggu hampir 1 jam lamanya, ketika seseorang dari kejauhan nampak berlari kearahnya. "maaf aku terlambat,ada tugas yang harus aku kerjakan untuk ujian besok." Murti mencoba menjelaskan sambil mengatur napasnya. "baiklah tidak apa,kamu ada disini saja sudah cukup untukku,aku hanya rindu padamu, sudah beberapa waktu kita tidak bertemu karna kesibukan kita,aku menjadi gelisah memikirkan mu." Murti tahu benar bahwa Satriyo sedang cemburu, dengan sigap dia menjelaskan, "aku tau, tapi kita tidak bisa mengacaukan pendidikan kita kan?"
"iya, aku tau itu."
"jadi untuk saat ini percayalah aku akan baik-baik saja, kita masih bisa bertemu saat kita sama-sama senggang bukan??" Murti menjawab dengan mantap.
Pertemuan sekejap itu telah berhasil membuat tenang hati Satriyo.
[1] Anak Baru Gede(disingkat).
[2] Seperti melakukan sesuatu tanpa perhitungan,tidak sesuai alurnya.
Weekly Power Status
-- Power
Ranking 
-- Power
stone