Download App

Chapter 18: Harapan yang runtuh.

Dor Dor Dor...

Terdengar suara pintu digedor-gedor oleh Echa, karna terkunci dari luar.

Nathan yang kini sedang sarapan sendiri pun tak menghiraukan gadis itu, ia tetap melahap makanan nya hingga kandas.

"Tuan, Non Echa hari ini harus ke sekolah, kenapa Tuan menguncinya di kamar ?" Kata seorang ART paruh baya di rumah itu.

"Jangan biarkan dia keluar, antarkan saja sarapan nya, setelah itu kembali kunci kamarnya." ujar Nathan memperingati pembantu nya.

"Tapi tuan_"

"Jangan membantah, turuti saja perkataan ku, atau ku pecat kamu." hardik Nathan tegas.

"Baiklah Tuan." Dengan berat hati, terpaksa pembantu tersebut menuruti perkataan pria tampan yang tak lain adalah majikan nya.

Setelah menghabiskan sarapan nya, Nathan pun pergi ke kantor. Wanita paruh baya, yang tak lain adalah ART itupun segera menyiapkan sarapan untuk Echa.

"Non, saya masuk ya." Pembantu itupun masuk dengan membawa nampan berisikan makanan di tangan nya.

Ia melihat Echa sedang duduk bersimpuh di lantai, air matanya mengalir deras membasahi kedua pipi nya yang chubby.

"Bi Mirna, Echa sudah tidak sanggup lagi, bantu Echa keluar dari rumah ini." ucap Echa pada pembantu nya yang tak lain adalah Bi Mirna. Bi Mirna adalah ART yang sudah bekerja disana selama 10 tahun, Bi Mirna lah yang menggantikan posisi Ibu nya saat ini.

10 tahun yang lalu, saat Ibu Echa meninggal karena kecelakaan, dan Ayah nya menikahi selingkuhan nya, Echa pun di ajak pindah oleh sang Ayah ke rumah mewah milik istri baru nya yang tak lain adalah Grace. Karena Echa masih kecil, usia nya baru tujuh tahun, sang Ayah mencarikan pembantu, dan merekrut Mirna untuk mengasuh Echa. Disanalah Echa menjadi sangat nyaman dan manja pada Mirna dari pada Arka Ayah nya.

Arka dan Grace yang selalu sibuk bekerja, hingga membuat Echa semakin membenci kedua nya.

Sampai pada akhir nya, saat ia remaja, datanglah si kakak tiri, yang tak lain adalah Nathan, yang menurut Echa kedatanga nya itu membawa mala petaka, dan membuat hidup nya semakin hancur dan sengsara.

Setelah Arka dan Grace meninggal karena kecelakaan, Nathan dengan seenak nya memecat semua ART di rumah itu, tak terkecuali Mirna, pembantu kesayangan Echa. Saat itu Echa benar-benar merasa frustasi dan hampir gila, tak ada tempat untuk mengutarakan isi hati, tak ada yang membela nya lagi, dan tak ada yang mau memberi perhatian lagi pada nya.

Namun, tak lama kemudian, saat Echa berpura-pura mau untuk berdamai, akhirnya Nathan kembali mempekerjakan Mirna, Echapun sangat senang karena akhir nya ia bisa bertemu lagi dengan sosok wanita paruh baya yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.

"Bi Mirna, Echa sudah tidak sanggup lagi, bantu Echa keluar dari rumah ini." ucap Echa pada pembantu nya yang tak lain adalah Bi Mirna. Bi Mirna adalah ART yang sudah bekerja disana selama 10 tahun, Bi Mirna lah yang menggantikan posisi Ibu nya saat ini.

"Sabar Non, Tuan saat ini hanya sedang emosi, besok juga sudah tidak lagi." kata Mirna sembari mengelus rambut Echa lembut.

"Bibi tidak tau, apa yang dia lakukan padaku saat dia marah begitu, aku benar-benar sudah tidak tahan." ujar Echa menangis keras dan semakin menjadi-jadi.

"Memangnya apa yang Tuan lakukan Non ? Jangan di simpan sendiri, bicarakan dengan Bibi." kata Mirna meminta agar Echa mau berbagi kesedihan nya.

"Bibi janji ya, jangan beri tahu siapapun." Echa menggenggam erat kedua tangan Mirna, mata nya yang basah menatap sayu wajah yang sudah mulai keriput itu.

"Lihatlah Bi." Echa membuka selimut yang sedari tadi menutupi tubuhnya, terlihat bercak-bercak merah memenuhi kulit putih mulus nya, mulai dari leher, dada, bahkan perut nya.

Mirna yang melihat hal itupun, seketika terkaget, Mirnapun kembali membalut tubuh mungil yang masih telanjang itu dengan selimut.

"Sejak kapan ini terjadi Non ?" Tanyanya sembari tetap memeluk Echa, air mata Mirna mulai berjatuhan.

"Ini sudah kedua kali nya Bi, aku bukan gadis suci lagi, aku kotor Bi." Echa mulai histeris, ia menggosok-gosok kulit nya kasar, berharap bercak-bercak merah itu menghilang.

"Jangan lakukan itu Non, itu bisa melukai anda." Larang nya.

"Aku tidak peduli Bi, aku tidak peduli."

"Hentikan Non, tenanglah, ada Bibi disini. Ya Tuhan, bagaimana bisa Tuan melakukan ini pada adiknya yang masih remaja." Mirna ikutan menangis, tak dapat menahan pedih nya hati, membayangkan betapa sakit nya gadis kecil itu.

"Ayo ke kamar mandi Non, Bibi akan membantu Non Echa untuk membersihkan diri." kata Mirna setelah keadaan sudah mulai membaik.

Echapun menurut, ia mengikuti Mirna yang memapah nya ke kamar mandi, gadis kecil itu tak dapat berjalan normal akibat perbuatan sang kakak yang sangat brutal semalam.

Mirna membimbing Echa merendam diri di bak mandi, kemudian mulai mengguyur tubuh nya dengan air hangat.

"Apakah sakit Non ? Bibi akan menyabun nya dengan pelan-pelan."

"Sakit sekali Bi, tubuh Echa terasa remuk semua, dia bukan manusia, dia iblis, dia menganggap ku seperti boneka pemuas nafsunya, bahkan dia tak peduli saat aku berteriak kesakitan, aku tidak kuat lagi Bi, aku ingin mati saja." curhat Echa, dengan di penuhi deraian air mata yang terus berjatuhan dari mata sayu nya yang indah.

"Sabar Non, sabar, semua ini pasti akan berakhir dan terlewati, jangan putus asa, jangan pernah berkata seperti itu Non,"

Kedua wanita beda generasi itu menangis tersedu-sedu di dalam kamar mandi, suasana menjadi sangat pilu dan menyedihkan.

Setelah selesai dari ritual mandi, Mirna membantu Echa mengenakan baju, kemudian menyuapi nya sarapan pagi yang telah ia siapkan.

"Istirahatlah Non. Bibi akan pergi ke sekolah, akan memberitahukan guru bahwa Non Echa sekarang lagi sakit dan tidak bisa mengikuti mata pelajaran."

Echa hanya mengangguk pelan. Begitulah Mirna, dia sangat menyayangi Echa seperti menyayangi putri nya sendiri.

Karena merasa lelah, Echapun akhir nya terlelap tidur. Namun, tidur bukanlah jalan yang terbaik, lagi-lagi Nathan hadir dalam mimpinya.

Belum sampai 15 menit, Echa kembali terbangun, nafasnya memburu, ia memeluk kedua lututnya frustasi, bayangan itu terus menghantuinya. Echa mengacak rambutnya, ia merasa seperti akan benar-benar gila saat ini.

Otaknya hanya di penuhi bayangan mengerikan itu.

Untungnya disaat yang tepat, Mirna datang, ia mencoba menenangkan gadis itu. Namun, Echa masih tetap histeris, wajahnya terlihat ketakutan.

Karena bingung, dan tak tau harus berbuat apa, akhirnya Mirna pun memberikan obat penenang pada Echa.

Tak lama kemudian Echa mulai mengantuk dan kembali tertidur.

To Be Continued...


CREATORS' THOUGHTS
Tiana_Mutiara Tiana_Mutiara

Hai para pembaca, Author mohon maaf sebelumnya, mungkin novel ini akan libur dulu, tidak update selama beberapa Minggu ke depan, di karenakan Author sekarang lagi sibuk mengikuti MGS di novel yang satunya.

Untuk para pembaca di mohon bersabar ya, atau bisa beralih ke novel Author yang lain dulu.

Terima kasih.

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C18
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login