Download App
1.42% CINTA SEJATI Alif dan Najma / Chapter 2: Kehilangan Najma

Chapter 2: Kehilangan Najma

Beberapa bulan setelah kelahiran Najma, Kaif dan Ashila sedang cemas, putri mereka Najma tiba-tiba demam tinggi. Keduanya membawa Najma ke rumah sakit. Alif yang kebetulan sedang pulang ke Blitar sengaja tidak diberitahu oleh Kaif, dia takut Alif cemas dan akan langsung pergi ke Malang padahal ini sudah larut malam.

Untuk itu Kaif sengaja tidak memberitahu karena besok Alif akan segera kembali ke Malang jadi, Kaif akan memberitahu Alif saat dia sudah tiba dibMalang saja. Yang terpenting saat ini Kaif dan Ashila segera membawa Najma ke Rumah sakit.

Najma sudah mendapatkan pertolongan pertama, lalu,Kaif dan Ashila diminta mendaftar ke bagian administrasi. Sementara Najma masih ditangani dokter. Setelah Kaif dan Ashila pergi, datang lagi seorang bayi yang usianya sama dengan Najma. Mereka langsung membawanya ke UGD di tempat Najma berada. Dokter baru saja pergi saat bayi itu datang, lalu perawat meminta kepada ibu pasien agar menunggu sebentar. Perawat segera memanggil dokter, ibu dari bayi yang baru datang itu tampak depresi. Lalu, dia mengambil Najma yang menangis dan meninggalkan anaknya yang hanya diam tidak bergerak.

"Sayang, kamu kedinginan ya? sini ibu pakaikan baju." ibu itu kemudian membuka baju yang dipakai putrinya dan memakaikannya kepada Najma yang sengaja tidak dipakaikan baju karena demamnya sangat tinggi. Ibu itu kemudian menaruh putrinya ditempat Najma tadi dan membawa Najma yang menangis keluar dengan harapan Najma akan segera diam.

Wanita itu mengira, Najma menangis karena lapar atau haus. Maka dia membawa Najma kekantin rumah sakit. Wanita itu memesan teh hangat dan menyuapi Najma teh hangat dengan menggunakan sendok. Akhirnya Najma pun tidak menangis lagi, malah sekarang tertidur dan demamnya sudah agak turun.

Disaat yang sama di ruang UGD, perawat yang memanggil dokter itu bingung mencari ibu yang tadi membawa bayinya. Saat dokter dan perawat tidak melihat siapapun berada didalam ruangan itu, mereka pun melihat keadaan Najma.

"Bagaimana suster? apakah bayi Najma sudah turun demamnya?" dokter itu bertanya kepada perawat yang memanggilnya tadi.

"Dok, kenapa tubuh bayi ini dingin sekali?" perawat itu merasakan tubuh bayi yang di kira Najma terasa sangat dingin seperti es. Lalu, dokter memeriksa keadaan bayi itu ternyata tubuhnya telah membiru, bayi itu telah meninggal dunia.

"Kaif dan Ashila yang baru saja kembali dari mendaftarkan putrinya langsung syok diberitahu kalau Najma sudah meninggal dunia. Ashila langsung jatuh pingsan.

"Suster, tolong istri saya." Kaif kemudian meminta suster untuk merawat istrinya. Setelah Ashila mendapatkan perawatan, Kaif segera melihat jenazah putrinya di ruang UGD.

"Dokter, kenapa putriku meninggal? dia sebenarnya sakit apa dok?" Kaif bertanya kepada dokter yang kini berada di dekat mayat bayi itu. Kaif membuka kain penutup yang menutupi tubuh mungil bayi itu. Dia sebenarnya agak ragu, dia merasa bayi itu bukanlah Najma, tetapi kalau masih kecil kan wajah bayi hampir mirip-mirip apalagi tubuh bayi itu telah membiru.

"kalau dilihat dari kondisinya, bayi bapak menderita gagal jantung. Mungkin ini penyakit bawaan sejak lahir yang tidak terdeteksi sejak dini pak." dokter menjelaskan kepada Kaif.

"Tetapi, tadi purti kami tidak separah ini. Bayi ini seperti meninggal sudah agak lama. Mungkin beberapa jam yang lalu, sedangkan putri kami baru satu jam yang lalu datang. Apakah dokter yakin ini putriku?" Kaif masih ingin memastikan kepada dokter yang tadi menangani putrinya.

"Pak, saat anda pergi tadi bayi anda meninggal. Karena tadi kondisinya juga tidak stabil. Lagi pula hanya ada satu bayi disini, bagaimana mungkin itu bukan bayi anda.?" dokter juga bersikeras mengatakan kalau itu adalah bayi Kaif, padahal tadi suster bilang kalau ada seorang ibu yang datang membawa bayi. Kata suster, ibu bayi itu seperti orang gila.

Kemungkinan ibu itu menukarnya,ckarena dokter itu juga tahu kalau itu bukan Najma. Najma sebenarnya baik-baik saja, tetapi karena takut disalahkan karena telah lalai yang akan berakibat pemecatan bahkan sampai masuk penjara, dokter dan suster itu sepakat menyembunyikan kebenaran ini.

"Baiklah dokter, kami minta bayi kami diuruskan disini saja karena saya takut istri saya akan syok." Kaif kemudian mengurus kepulangan bayinya. Dia juga mengabari kedua orang tuanya di bandung. Ahfaz dan juga Azka dan Alif, mereka semua sangat terkejut. Alif bahkan sempat syok mendengar istri kecilnya telah meninggal dunia. Padahal saat dia pergi, Najma masih baik-baik saja. Mereka semua segera menuju Malang.

Ziyad, Kirana, Zayn dan Arunika langsung meluncur ke Malang juga. Mereka menggunakan perjalanan darat dan akan melewati tol, jadi mungkin kurang dari delapan jam sudah tiba di Malang. Sedangkan Ayya dan Rafi yang baru saja mendarat di jakarta, mereka langsung transit ke Surabaya karena mendengar berita duka itu.

"Pemakaman Najma dilakukan malam itu juga, seluruh keluarga juga sudah berkumpul. Najma dimakamkan di makam pesantren dan yang memasukkannya kedalam liang lahat adalah Kaif dan Alif. Mereka sangat sedih, sedangkan Ashila tidak dapat menyaksikan putrinya dimakamkan karena masih sangat syok.

Di rumah sakit, setelah bayi yang ditukar dengan Najma dibawa Kaif pulang, ibu dari bayi yang meninggal itu kembali dan mencari keberadaan putrinya. Dia mengamuk, lalu dokter yang tadi menangani Najma meminta satpam untuk membawanya ke rumah sakit jiwa.

Sedangkan Najma, kemudian dibawa pulang oleh dokter yang tadi menanganinya. Dia sudah menikah selama sepuluh tahun tetapi belum dikaruniai momongan. kini suaminya sudah meninggal karena kecelakaan. Dokter Sinta, ya nama dokter itu Sinta. Dia sebenarnya mengenal keluarga Kaif, karena dia yang menangani kelahiran Najma dan Aghnia dulu. Dia juga tahu kalau Aghnia pada akhirnya diadopsi oleh Kaif, dokter Sinta akan mengembalikan Najma saat Kaif dan keluarganya sudah tenang. Dokter Sinta akan meminta maaf sekaligus mengembalikan Najma.

"Kaif, kamu yang sabar ya nak! kalian harus mengikhlaskan kepergian Najma. Dia mungkin belum rejeki kalian dan ingat! dia akan menolong kalian kelak di akhirat." Kirana sedang menasehati putra bungsunya. Kaif sangat terpukul dengan kepergian Najma.

"Iya umi, insyaAllah Kaif dan Ashila ikhlas. Kalian tenang saja! kami akan baik-baik saja. Yang Kaif khawatirkanadalah Alif umi, dia sampai saat ini masih berada di kamar Najma. Dia masih belum percaya kalau Najma sudah pergi." Kaif kemudian meminta ijin kepada uminya untuk menemui Ashila. Sementara Kirana kemudian menemui Alif di kamar Najma.

"Alif sayang, kamu harus mengikhlaskan Najma sayang. Mungkin kalian belum berjodoh. Jangan membuat sedih Najma sayang! kau menyayangi Najma kan?" Kirana memeluk Alif, cucucnya itu kemudian menangis dalam pelukan Kirana. Setelah mendengar beberapa nasihat Kirana, Alif mulai tenang dan mau keluar dari kamar Najma. Alif kini sudah mulai mau mengobrol dengan Zayn dan Arunika.

Setelah Kirana menasehati Alif, dia kembali berkumpul bersama Ziyad, Ayya, Rafi, Azka dan Ahfaz.

"Kak ... Kakak harus ikhlas ya sayang! suatu saat nanti, Allah akan memberi jodoh yang lebih baik dari Najma. Kakak harus tabah, agar Najma bahagia disana." Azka memeluk putranya. Sedangkan Fawwaz juga ikut memeluk kakaknya. Alif mengangguk, dia sudah mengikhlaskan keperian Najma hanya saja sepertinya dia belum percaya kalau istri kecilnya sudah tiada saat Najma sama sekali belum mengenalnya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login