Download App

Chapter 17: MENGENANG

Ketika aku memasuki pintu pemakaman aku menoleh ke arah Arif, terlihat olehku kesedihannya kembali hadir mengingat mendiang saudara sepupunya.

"Maafkan aku Rif...."

"Tidak ada kata maaf dan terimakasih untuk sahabat By... Ayo kita masuk, karna makamnya kebetulan ada ditengah"

Akupun melangkah mengikuti Arif berjalan di belakangnya karena dia yang tau dimana letak makam kak Rizky.

Tak jauh dari tempaku dan Arif berdiri, aku melihat ada banyak orang duduk dan melingkari sebuah makam, munkin mereka sedang mengirim Do'a pada keluarganya yang meninggal,

Jika acara pemakaman tidak mungkin, dari tadi sepi-sepi saja, hanya di makam itu saja ada sekitar 7 orang.

"Ruby... Kamu lihat itu....!!!" kata Arif menunjuk gerembolan orang yang juga kuperhatikan dari tadi.

"Iya Rif... Kenapa?" tanyaku sambil menebak-nebak dalam hati.

"Makam itu, yang banyak orangnya itu makam kakak, dan salah satu dari mereka adalah mama dan papa kakak, ayo kita kesana...!!!"

Aku tidak langsung melangkah kesana, aku merasa malu, tapi kupikir lagi, buat apa aku malu? Aku hanya mengirim doa pada mendiang putra mereka, dan siapa aku mereka tidak tau bukan?

Akhirnya akupun melangkan tetap di belakang Arif.

Ketika tiba di sana Arif mengucapkan salam pada mereka dan di jawab oleh mereka yang kebetulan sudah selesai berdoa dan akan meninggalkan tempat.

"Assalamualaiku..."

"Waalaikumussalam...." jawab mereka bersamaan.

"Arif...?"

"Iya tante... Ini teman saya yang dulu juga teman almarhum kakak, ingin mendoakan langsung di makam kakak, karna dia dari jauh dan dulu tidak sempat melayat" Kata Arif.

"Oh iya nak, silahkan... Kamu dari mana memangnya? Dan kenal Rizly dimana?"

"Saya dari bandung tante, dulu saya seangkatan sama Arif namun beda kelas, dan kak Rizky dia kakak kelas saya"

"Maaf ya dek, apa kamu Ruby yang nelfon sekitar seminggu lalu?"

"Iya pak..." jawabku dan sempat berfikir kalau si bapaknya kak Rizky ingat juga.

"Yasudah kalian kalau mau berdoa silahkan, kami tunggu kalian di luar pintu makam ya..." kata ayahnya kak Rizky.

Duh itu artinya dia menunggu kami dan kami akan ngobrol... Ah... Gimana ini aku malu...

Tapi ya sudahlah kenapa malu, orang cuma teman, dimana-mana juga tidak ada ceritanya aku gadis yang ngejar-ngejar kak Rizky semasa hidupnya dulu, jadi... Hadapi saja ok.

Setelah membaca beberapa kali Alfatehah dan 3 sruat qul dan surat Yaasin kami beranjak meninggalkan makamnya.

Ternyata benar, keluarga besar Arif termasuk ortu almarhum masih menunggu kami.

"Ruby... Maaf ada sesuatu yang sepertinya harus om sampaikan ke kamu, tapi tidak bisa sekarang"

"Apa om?" tanyaku penasaran.

"Kapan-kapan saja kamu datang ke rumah ya... Jika tidak tau mungkin bisa Arif jemput kamu, bisa kan Rif...?"

" Iya om bisa..."

"Ya sudah kami pulang dulu karna masih ada yang harus kami kerjakan, lain kali kita ngobrol lagi ya Ruby..."

"Iya om..." kataku sambil melihat mereka semua berlalu.

Kami berjalan melewati jalan setapak, aku masih ingin bersama Arif bukan untuk pelampiasan rinduku pada kak Rizky ke dia tapi aku masih ingin ngobrolin tentang almarhum dengannya orang terdekatnya.

Di sebuah bukit dengan rumput yang hijau dan segar di pandang mata aku langsung duduk begitu saja, ke tekuk kakiku dan kusembunyikan wajahku dengan menunduk bertumpu di atas lututku.

Aku menangis terisak-isak, aku menangis terus, ku puas-puaskan air mata yang selalu ku tahan selama ini ku tumbapahkan semuanya, sesekali aku juga berteriak dan menangis kencang.

"Ruby... Kamu ini kenapa? Tadi saja kamu diam, dimakam kakak juga diam bertemu dengan orang tua kakak juga baik-baik saja tapi kenapa kau sekaran eh...? Malah nangis gitu kaya anak kecil mana kenceng lagi, kamu tidak malu ya?"

Tapi aku masih saja diam tidak menjawab, aku masih terus menangis, tenggorokanku rasanya seperti ditekan ke dalam hingga menyulitkan untuk aku berbicara.

"Sudahlah Ruby ikhlaskan"

"Rif... Kamu tidak tau apa yang aku alami selama ini... Kamu bisa bilang begitu karna kamu tidak mengerti... Andai saja kamu tau Rif... Kamu ga akan berkata begitu..."

Kataku terbata-bata.

"Maafkan aku Ruby, aku hanya tidak bisa melihat sahabatku bersedih saja"

Karna lelah menangis kepalaku rasanya sampai berat, kusandarkan kepalaku di bahu Arif, aku masih terus saja menangis membiarkan buliran-buliran ini terbebas agar tidak meracuni diriku.

"Rif... Kamu lihat ini...?" kataku sambil memegang leontin yang ku kenakan.

"Ini aku dapatkan dari kak Rizky, ketika aku akan ke Bandung hari itu juga dia datang lewat mimpiku, dia berpesan agar aku menjaganya selama aku masih mencintainya, dan dia juga menggunakan setengah hati dari leontin ini."

"Tapi aneh Rif... Yang ku pakai biasanya adalah kalung milik Bella, tapi ketika aku bangun kalungnya berubah begini. Dia bilang kelak kita akan bertemu dan menyatukan kedua leonting ini Rif... Seperti cinta kami..."

"Rif... Kamu tau tidak...?"

"Apa Ruby? Katakan saja semua apa yang ingin kau katakan padaku, jangan biarkan semua menjanggal di hatimu"

"23 Mei 2001 lalu kak Rizky mengirim surat padaku, pesannya masih sama, dia minta aku jaga kalung ini"

"23 Mei 2001 Ruby...?" Tanya Arif kaget.

"Iya.. Ini aku ada bukti, aku simpan semua surat2 darinya, namun yang ku bawa adalah surat pertama dan terakhir saja, dan itu selalu kubawa kemanapun aku pergi"

"Ruby... Surat itu di tulis setelah sehari dia meninggal..."

"Iya.. Kemarin lewat telfon papanya kak Rizky juga bilang gitu..."

"Lalu apa lagi Ruby?"

"Banyak Rif... Setahun terakhir dia mengirimkan surat padaku setiap minggu tanpa mencantumkan alamatnya. Jadi aku hanya menerima tanpa membalasnya"

"dan terakhir dia kirim surat saat kelulusannku, dia ucapkan selamat dan menulis nomor telfonnya, aku di suruh nelfon dan dari situlah aku baru tau kalau dia sudah tiada..." kataku mulai meneteskan air mata lagi setelah mulai tenang.

"Iya Ruby... Kakak waktu itu setelah lulusan dia naik motor satria milik Yuda, dia  yang membonceng Yuda, Yuda tak tau apa-apa saat itu dia lagi asik muter musik di radio mininya pakai had sed.

Dan tau-tau Yuda merasa dirinya terbang melayang, dia jatuh kesawah, tubuhnya terpental.

Dia bilang dulu ketika dia terjatuh dia sempat pingsan tapi tak lama kemudian dia sadar dan menghampiri Rizky yang sebenarnya sudah tak bernyawa.

Jadi mereka itu mengalami kecelakaan tunggal, keduanya sama-sama tak pakai helmet, entah remnya blong atau gimana saat dalam mecepatan tinggi dan melewati tikungan, tiba-tiba motor yang mereka kendarai menabrak tugu perbatasan daerah.

Awalnya Yuda mengira Rizky pingsan, di goyang-goyangkan badannya tetap saja dia diam, karna dia tak mendapati luka sedikitpun si sekujur tibuh Rizky, dia berusaha tertawa menghibur diri dan berkata.

"Riz.. Ayo lah bangun dulu, jangan tidur disini, tidur dirumah aja, ayo bangun Riz...!!!" tapi Rizky tetap diam dan tak merespon, Yuda mulai panik dan takut.

Lalu dia mengankat kepala Rizky, yang semulanya tidak ada apa-apa, tiba-tiba saja darah keluar dari hidung, telinga dengan deras dan sempat dua kali Rizky memutahkan darah segar banyak sekali.

Dan dari situ Yuda tau kalau tulang belakang rizky remuk dan Rizky sudah tiada"

Aku tak bisa berkata apa-apa mendengar cerita Arif, aku hanya diam saja tak mampu bereaksi, dan lagi-lagi aku pingsan untuk yang kesekian kalinya.

Aku tak menyangka dia harus pergi seteragis itu.

Entah berapa lama aku tak sadarkan diri, kini aku tersadar sudah berada di rumah, di kamar hanya ada kakaku saja, tapi di luar aku mendengar seperti ada tamu.

"Kakak... Siapa yang datang?"

"Ruby... Kamu sudah sadar?" tanya kakaku Liana lalu berlari mendekatiku.

"Siapa yang di ruang tamu kak?"

"Mereka orang tua dan keluarga almarhum Rizky Ruby, tadi mereka yang mengantarmu katanya kamu pingsan ketika habis dari pemakamannya?"

"Boleh aku menemui mereka kak?"

"Iya boleh, ayo kakak bantu !!!"

Dengan di bantu kakaku aku berjalan ke ruang tamu untuk menemui mereka sekalian berterimakasih karna sudah di antarkannpulang.

"Terimakasih ya om tante sudah mengantarkan saya pulang"

"Ruby.. Kamu uda sadar nak..." kata mamaku.

"Ruby... Ini yang om maksutkam tadi di pemakaman sana, ini milik Rizky dan suruh menyampaikan padamu" kata Ayahnya kak Rizky.

"Apa ini om?" kataku sambil menerima kotak itu, dan aku buka ternnyata isinya sebuah kalung.

Ku ambil kalung itu dan ku kuluarkan miliku yang terselip dalam bajuku, aku saling memandang dengan kakaku dan ku tempelkan leontinnya dan ternyata cocok dan kini menempel menjadi satu, sempurna sudah bentuk hati yang utuh. Dan sekarang dalam satu leontin ini ada dua kalung dan leontin ini tak dapat dipisah atau dijadikan dua seperti semula yang membuat aku dan yang lain heran.

"Kakak... Kenapa bisa jadi begini?"

"Itulah mungkin yang namanya cinta, walau sudah berbeda alam tapi kalian masih saja saling mencintai dan menunggu satu sama lain maka terjadilah keajaiban dari cinta kalian sindiri" Ucap Arif.

****************

Sejak saat itu aku jadi lebih tertutup lagi, jika dulu aku masih mau bicara dengan kakak dan kedua orang tuaku saja, kini malah aku semakin menutup diri pula dari mereka.

Aku lebih suka menyendiri  di dalam kamar.

Tak lagi kupikirkan kuliah atau masa depanku, yang ku tau aku mencintai Rizky dan dia masih menungguku di alamnya sana.

Alam kami memang beda tapi tidak dengan cinta kami.

Kami masih sama-sama setia dan menunggu.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C17
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login