Download App

Chapter 20: Sombong

Keesokan harinya...

Pagi yang cerah. Langit kebiruan tanpa diselimuti awan itu tampak ke kelabu kekal, membuat Ellera dan Sellena semakin bersemangat menjalani praktek bertema jenderal.

Bukan hanya wajib untuk mereka yang skill-nya sekelas Seniman Dunia. Namun, praktek kali ini benar-benar membuat semangat keduanya semakin tinggi, dikarenakan nilai yang paling tinggi nantinya akan lolos masuk kompetisi pameran global. Kapan lagi, pikir Ellera dan Sellena. Hal itu dikarenakan sebelumnya keduanya tidak berniat mengikuti praktek ini. Akan tetapi, jiwa-jiwa seni mereka memberontak, dn alhasil memutuskan untuk mengikutinya.

Meski begitu, keduanya tidak akan bertanding, melainkan berkelompok dua pasang. Dan itu yang membangkitkan semangat Ellera dan Sellena untuk mengikuti praktek menegangkan ini.

Ellera dan Sellena telah mengenakan pakaian praktek yang sudah di sediakan oleh pihak kampus. Keduanya tampak bersemangat dan antusias untuk memecahkan rekor seni lagi. Saling bertukar pikiran memang yang memperkuat pertahanan tim. Apalagi keduanya memiliki ketertarikan yang setara dengan seniman-seniman terkenal di berbagai penjuru dunia.

"Gue deg-degan. Tapi kenapa mereka biasa aja, ya?" ujar salah satu mahasiswa yang kebetulan terpilih mengikuti praktek luar kota ini. Cewek itu sudah tahu bahwa dirinya mungkin akan tidak terpilih nantinya. Namun, ia bertekad sebisa mungkin. Modal tekad dan tidak akan mudah goyah, kunci utamanya.

"Gue justru yakin banget, kalo mereka berdua yang menang. Makanya gue nggak deg-degan. Gue pasrah. Meskipun nggak kepilih, tapi gue seneng bisa kepilih ikut praktek yang hanya bisa diikuti beberapa mahasiswa pilihan saja. Dan gue salah satu diantaranya. Kita harus semangat meskipun kemungkinan besar tidak terpilih. Teknik dasar memang sangat mudah. Sedangkan teknik umum, kita harus benar-benar berbeda dengan mereka. Sebisa mungkin kita harus bertukar pikiran," sambung salah satu mahasiswi cewek yang berkelompok.

Tempat praktek kali ini begitu terbuka. Namun tidak akan panas, karena iklim di daerah sini sangat sejuk. Apalagi di dataran tinggi.

Tak henti-hentinya Ellera dan Sellena menghirup udara segar beraroma khas teh. Mereka cukup gembira saat menyatu dengan alam.

"Gue pengen deg-degan kaya yang lain, tapi kenapa ngga bisa? Sialan gue emang," sombong Ellera.

Memang ada benarnya, dirinya tidak merasakan kegugupan sama sekali disaat-saat seperti ini. Apalagi karya-karyanya yang sudah banyak diminati. Dan ia tidak takut jika tak terpilih, justru bosan. Namun menagih juga untuknya. Ellera tidak akan menyia-nyiakan hobby-nya dalam berkarya seperti ini.

"Sombong mulu, heran. Gue malah deg-degan karena takut di marahin mama nanti pas pulang. Ngga bisa bayangin gimana mulutnya. Pasti menggelegar tuh mulut. Abis gue!" tandas Sellena. Dirinya hanya takut jika pulang nanti malah diusir bukannya di sambut. Hal itu karena dirinya ikut-ikutan Ellera kabur dari rumah.

"Sorry, ya. Karena gue lo terkena dampaknya," ucapan Ellera sedikit lirih. Ia pun menyadari, jika dirinya memang terlalu membesar-besarkan masalah. Namun itu tidak bisa dihindari. Dirinya akan semakin menjadi-jadi jika suya,dah dibuat sakit hati oleh seseorang.

"Percuma si lo minta maaf. Karena gue tetep di omelin nantinya," hembus Sellena mendongak ke kiri kanan—menggertak lehernya—menciptakan bunyi suara yang renyah. "Heuhh ... sudah, kita fokus dulu sama praktek hari ini. Nyokap urusan belakangan. Yang penting karya kita dipamerkan, ya, ngga? Hahaa...." Raut wajahnya kembali gembira saat praktek akan dimulai.

"Nyokap—? Kenapa nyokap gue berbeda?" Ellera berseloroh menepuk rahang Sellena yang mengeras.

"Tuh, kan. Gue tampol nggak salah ni gue. Lo yang mancing," tabok Sellena balik. Tabokannya berbeda dengan Ellera. Sellena dengan berani menabok area yang tidak diinginkan.

Argh!

"Sialan lo!" Mengerang kuat. Membalasnya dengan menendang-nendang kaki Sellena. Dan Sellena pun lari untuk menghindari pukulan Ellera.

Beberapa anggota yang mengikuti praktek itu sampai terbahak-bahak melihat tingkah laku Ellera dan Sellena, disaat praktek hampir dimulai seperti ini.

"Kemana perginya mereka berdua?" Salah satu mentor pria berlari tangkas mencoba mengejar Ellera dan Sellena yang semakin menjauh. Namun itu hanya beberapa detik saja. Karena ia harus membuka acara praktek penting itu. Mentor itu tak mengejar kedua bestie itu sampai kena.

"Ahhkkk ... siall, gue cape. Udah, Elle gue cape." Sellena terengah-engah. Berjongkok. Membuang nafasnya perlahan.

"Itung-itung olahraga ga, sih. Arrgghh kenapa gue gampang haus," umpatnga letih. Sama halnya dengan Sellena, Ellera juga terengah-engah setelah berlarian seperti itu tadi.

***

Chatting group

Circle 🌹

[Elsana] : Ley, kuliah berangkat sama siapa? Sama papa lo lagi? Kalo engga berangkat sama gue yuk? Pake mobil gue?

[Elsana] : Gimana?

[Elsana] : Kalo iya gue tungguin di basemen parkir.

[Elsana] : Sekarang!

[Elend] : Tumben pagi banget? Kesambet apa?

[Esme] : Esme ikutttt...

[Elend] : Ikut kemana? Kan ini hari minggu.

[Esme] : Ikut ke kampus! Mau liat kampus, Kak Reiley.

[Elsana] : Apa-apaan sih, Esme. Kita buru-buru, nanti juga pastinya nggak langsung pulang.

[Elend] : Kalian kenapa sih? Bukannya ini hari minggu? Pagi amat heran.

[Reiley] : Bentar @Elsana. Gue baru selesai make up.

[Esme] : Ciee pake riasan. Ngeri wkwk ...

[Elsana] : Sebenernya nggak kuliah sih, tapi ijin ke bokap nyokap kuliah haha.

[Elend] : Waduh, Reiley mau lo ajak bohong kek gitu? Dan kenapa orang tua lo pada percaya? Gila cheat nih pasti haha.

[Reiley] : @Elsana, eh lo aja yang ijin kek gitu. Gue mah ijin keluar terus terang.

[Esme] : @Reiley, mungkin, Kak Elsana takut kena semprot sama Tante Cendarny. Tapi kok bisa percaya, ya? Kan ini hari minggu haha.

[Elsana] : Gue juga heran, bisa-bisanya mama lupa hari.

[Reiley] : Tunggu, gue otw turun. Esme, kalo mau ikut, lain kali aja ya sayang. Kita berdua bener-bener nggak bisa di ganggu gugat hari ini. Sorry, Esme.

[Elend] : @Esme, haha kena MENTAL. Mampus nggak di ajak. Yuk ke apart 50 aja, kita main badminton disana. Gimana? Gue pusing ngerjain tugas muluu. Dah rampung dikit-dikit.

[Esme] : @Elend, yaudah deh. Karena nggak di ajak. Yuk badminton aja. Bisa-bisanya kita nggak di ajak.

[Elend] : Haha, okeeyyy.

***

"Eh sorry, ya lama. Gue abis kejar-kejaran sama mama," ujar Reiley ngos-ngosan. Beberapa barang yang ia bawah berserakan. Bahkan ada juga yang berjatuhan.

"Hah kejar-kejaran?" Kedua bola mata Elsana menyorot tajam ke arah Reiley. Ia tidak jadi menyalahkan mesin mobil.

"Iya, gue tiba-tiba nggak di ijinin. Ngeselin deh mama. Mana gue udah buat janji sama si Jay. Yakali gue batalin gitu aja. Baru pertama kali gue kejar-kejaran sama mama kek gini." Reiley membenarkan posisi rambutnya yang agak berantakan karena berlarian.

"Jadi Lo mau ketemu sama tunangan lo itu? Wahh ... tapi kenapa? Lo udah suka sama tuh cowok?" Elsana menanyakan terlalu dalam.

"Lah, gimana, si lo, Els. Kan dia calon suami gue! Tunangan gue! Bebas dong gue ketemu sama dia. Lo kira gue, ngga tau kalo lo juga mau ketemu sama temen Jay nanti? Tau mah gue!"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C20
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login