Download App

Chapter 29: Sebuah permainan

Tanpa sengaja Sienna menabrak seseorang saat berjalan menuju toilet.

"Maaf maaf, saya tidak sengaja," kata Sienna.

Orang itu langsung pergi berlalu tapi sebelumnya tangannya masuk ke dalam tas yang dikenakan Sienna. Sienna melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi. Setelah menuntaskan hasratnya, Sienna memakai dalamannya lagi lalu ia keluar dari kamar mandi sambil memegangi perutnya. 

"Ada-ada aja nih perut, enggak bisa kompromi apa, kalau lagi makan jangan sakit perut dong," kata Sienna.

Sienna merogoh tasnya lalu ia mengambil bedak dan lipstiknya lagi kemudian mengoleskannya ke wajahnya. Setelah itu, Sienna menaruh kembali alat make upnya ke dalam tas, tapi tiba-tiba ia mengernyitkan dahinya saat merasa ada sebuah kotak beludru berwarna biru di dalam tasnya.

"Dari siapa ini? Seingat aku, Samuel tidak memberikan apa pun hari ini. Aku simpan dulu aja deh, nanti aku ingat-ingat dulu yang kasih," gumam Sienna.

Sienna balik ke meja makan lalu ia mendudukkan dirinya di samping Samuel. Sienna mengambil sendok lalu ia kembali memakan makanan yang tadi ia tinggalkan.

"Samuel, Papa sudah punya kontak wedding organizer kamu, jadi kamu tidak usah pusing, kamu tinggal melangkah dan meresmikan pernikahan kamu dengan Sienna saja," kata Victor.

"Untuk masalah souvenir, aku sudah memesannya juga," kata Pedro.

"Wah wah! Kalian ini ter the best ya," balas Vina.

"Hahaha, iya. Memang suami kita ini kalau menyangkut pernikahan anak-anak pastinya gercep banget," kata Jenny.

Sienna sangat senang melihat suasana yang begitu menyenangkan saat ini. Sesekali Sienna dan Samuel ikut berbicara juga.

Ting

Ponsel Samuel berbunyi. Samuel mengambil ponselnya yang di meja lalu ia membaca pesan yang masuk.

"Sayang, kamu beneran mau nikah sama Sienna? Enggak bakal kangen main sama aku lagi?" kata seorang perempuan di dalam pesan tersebut.

"Sialan," gumam Samuel sambil menghapus pesan tersebut.

"Sayang, pesan dari siapa?" tanya Sienna yang duduk di sebelah Samuel.

"Ini biasa, tawaran asuransi kesehatan. Malas aku menerimanya," jawab Samuel.

"Oh gitu," kata Sienna tersenyum ke arah calon suaminya.

Mereka semua sudah menyelesaikan makan dan minumnya. Sienna dan Samuel pulang bersama dengan mobil Victor, sedangkan Victor dan istrinya naik ke mobil calon besan mereka karena mereka menginap di hotel yang dekat apartemen Samuel dan Sienna. Samuel menyetir mobil sendiri menuju apartemen mereka.

"Sayang, kamu bahagia kan mau menikah denganku?" tanya Sienna menatap ke arah Samuel.

"Iya, Sayang. Aku sangat bahagia, emang ada yang bilang ke kamu aku tidak bahagia bersama kamu, hmm?" kata Samuel.

"Tidak sih," balas Sienna lirih.

"Sudah kamu istirahat aja dulu, pejamkan matamu. Nanti aku bangunin saat kita sudah sampai," kata Samuel.

Sienna memejamkan matanya menikmati alunan musik dari radio mobil.

Drt drt

ponsel Samuel bergetar di dashboard mobilnya. Samuel tadi sengaja mematikan nada suaranya menjadi getar saat ini. Samuel mencengkram setirnya saat melihat siapa yang meneleponnya.

"Perempuan sialan!" Harusnya aku berhati-hati bermain dengan seorang gadis tidak tahu malu seperti itu," gumam Samuel sambil melirik ke arah Sienna yang tertidur.

Samuel tetap tidak mau mengangkat telepon itu. Dia akan segera menikah dengan gadis di sampingnya, tidak ada yang bisa mencegah ataupun merusaknya.

Sesampainnya di gedung apartemen, Samuel memarkirkan mobilnya.

"Sayang, bangun," pinta Samuel lembut sambil menepuk-nepuk pipi Sienna.

"Hmm, nanti limat menit lagi," balas Sienna.

"Aku kiss cium kalau kamu enggak mau bangun," goda Samuel membuat Sienna langsung membuka matanya.

"Ihh, kamu mah godain aku mulu," kata Sienna.

Samuel mematikan mesin mobilnya lalu ia membuka pintu mobil dan membukakan pintu untuk Sienna. Sienna turun dari mobil, tangannya digenggam erat oleh Samuel. Mereka memasuki lift menuju kamar apartemen mereka. Saat sudah sampai di dalam apartemennya, Sienna perlahan melepas genggaman tangan Samuel. Dia sudah mengantuk dan ingin tidur di kamarnya, walaupun mereka tinggal bersama tetapi mereka tidak satu kamar.

"Sayang, malam ini tidur sekamar yuk," ajak Samuel sambil menarik lagi tangan Sienna yang terlepas tadi.

"Hah?" beo Sienna.

"Tapi kalau kamu keberatan, tidak apa-apa kok," Sayang," balas Samuel.

"Maaf, aku tidak bisa, Samuel. Sabar ya, kan kita sebentar lagi menikah," kata Sienna lembut.

perlahan Samuel melepaskan tangan Sienna. Sienna sudah berjalan ke kamarnya, Sedangkan Samuel hanya menatap nanar ke arah punggung Sienna yang sudah menghilang dari hadapannya. Ponsel Samuel bergetar kembali, Samuel merogoh ponsel di celananya lalu mengambilnya.

"Sialan!" pekik Samuel lalu ia keluar dari apartemen.

Sienna yang diam-diam mendengar Samuel berteriak kebingungan.

"Kenapa samuel keluar? Apa gara-gara aku menolaknya," kata Sienna merasa bersalah.

Samuel masuk ke dalam apartemen lainnya yang berada di samping apartemen miliknya sendiri.

"Ada apa? Kamu mencariku kan? Aku sudah bilang jangan menelepon jika aku sedang bersama keluargaku dan juga Sienna," kata Samuel dengan nada kesalnya.

"Iya, Sayang. Maafin aku ya," kata wanita itu sambil menempelkan bibirnya di tubuh Samuel.

"Aku harus kembali ke apartemenku," balas Samuel.

"Malam ini saja temani aku ya," pinta wanita itu.

Samuel menghelakan napasnya kasar lalu ia mendudukan dirinya di sofa di depan televisi yang menyala.

"Sayang," kata wanita itu lembut sambil duduk di pangkuan Samuel.

"Apa mau kamu?" tanya Samuel.

"Aku ingin dimanjain, ayolah," rengek wanita itu.

Samuel menggeram saat melihat wanita di hadapannya mulai menggerakkan tubuhnya naik turun di atas miliknya yang mulai mengeras. 

"Main sebentar ya, Sayang," pinta wanita itu.

Wanita itu turun dari pangkuan Samuel lalu ia berjongkok kemudian membuka celana yang dikenakan oleh Samuel hingga tersisa boksernya saja. Samuel membantu wanita itu membuka celananya dan boksernya hingga terpampang miliknya yang sudah mengacung. 

"Wahh, punya kamu begitu indah," kata wanita itu sambil membelai milik Samuel, setelah itu memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Sangat nikmat, Sayang. Terus gerakan bibirmu lebih cepat," balas Samuel sambil menggenggam rambut wanita itu dan memaju mundurkan kepala wanita itu.

Sesekali wanita itu hampir tersedak karena milik Samuel hampir menyentuh tenggorokannya. 

"Arghhh!" teriak Samuel mengalami pelepasannya di dalam mulut wanita itu.

"Telan, Sayang," perintah Samuel yang memastikan wanita itu menelan semuanya.

Samuel menarik wanita itu untuk bangun lalu ia menempelkan bibirnya dengan wanita itu dengan rakus, suara cecapan mereka menggema di apartemen itu.

"ehmm!" teriak wanita itu, suara kenikmatan keluar dari bibirnya.

Samuel bermain lidahnya di rongga mulut wanita itu dan mengabsen mulut wanita tanpa ampun. Samuel melepaskan pangutannya pada wanita itu, tangannya bergerak merobek baju tidur seksi milik wanita itu hingga terpampang bukit kembar  wanita itu yang sudah menegang. Samuel tahu wanita di hadapannya selalu mempersiapkan yang terbaik untuk dirinya hingga tidak memakai dalaman agar mempermudah dirinya. Samuel menggendong wanita itu lalu mendudukannya di sofa tidur di ruang tamu.

"Buka kakimu, Sayang," pinta Samuel dengan seringainya, menatap milik wanita itu yang sangat basah dan berkedut meminta lebih.

Samuel menjulurkan lidahnya ke bulatan kecil merah milik wanita itu membuat wanita itu memekik dan tubuhnya melengkung ke belakang saat merasakan sensasi dari lidah Samuel yang benar-benar membuatnya merem melek.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C29
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login