Download App

Chapter 2: Prolog

"Ndra, mau sampai kapan kamu ngejomblo kayak gini terus. Cari pacar apa gimana kek!" kata Edo kepadaku saat makan di warteg sepulang kerja.

"Belum dapat yang pas saja, sih," sahutku sembari nyeruput kopi panas.

"Mau cari yang kayak apa lagi sih, Ndra?" tanya Edo.

"Gimana ya, susah dijelasin juga."

"Di kantor kan banyak cewek, tuh. Apa enggak ada yang pas juga buat kamu?"

"Bukan seperti itu kriteriaku, Do!" Aku mengela napas kasar.

"Yang kayak apa lagi, sih? Secara kamu tuh, ganteng, tajir, mapan. Banyak cewek yang naksir kamu. Tapi kamu tuh, dingin banget. Sumpah, enggak habis pikir aku sama kamu,q Ndra. Bisa-bisa jadi bujang lapuk kamu!" kata Edo agak kesal dengan jawabanku.

"He-he-he."

Aku Indra, diusia yang sudah menginjak tiga puluh tahun,  masih saja menyendiri. Entahlah, hati ini belum menemukan gadis idaman yang pas. Meski di tempat kerja banyak gadis cantik juga menarik, tapi tak ada satu pun yang bisa meruntuhkan hatiku.

"Do, sudah mau magrib, nih. Pulang, yuk!" ajakku kepada Edo.

"Ayuk. Mampir enggak, nih?"

"Besok sabtu saja aku nginep tempat kamu, Do."

"Okelah kalau begitu."

Edo adalah sahabat sejak SMA. Bagiku, Edo lebih dari sekedar sahabat. Semenjak dua tahun yang lalu kedua orang tuaku meninggal dunia karena kecelakaan, aku sudah menanggap Edo seperti sodara kandungku sendiri.  Juga Bapak Ibunya Edo, yang aku anggap orang tuaku sendiri.

😎😎😎

Sampai rumah aku langsung rebahkan badan di atas kasur.

Mataku menatap ke arah langit-langit kamar. Terlintas lagi seyum manis itu.

Senyum manis seorang perempuan berbaju syar'i, yang hampir tiap hari menyapa saat aku sedang mencuci mobil ataupun menyiram tanaman di halaman depan.

Entah kenapa ... semenjak kedatangan pendatang baru yang tinggal di sebelah rumah sebulan yang lalu, hatiku sedikit terusik.

Namanya Rahma, dia sudah bersuami dan memiliki dua orang anak yang sudah besar-besar. Suaminya bekerja di luar kota. Pulang tiap hari Sabtu sore dan berangkat lagi hari Senin pagi.

Anak sulungnya sudah sekolah di bangku SMP, sedangkan anak keduanya masih SD. Tapi sepertinya hampir lulus SD, karena dilihat dari postur tubuhnya yang sudah seperti anak SMP.

Ada sesuatu di dalam diri Rahma yang selalu membuatku terbayang bayang hingga sekarang. Senyum manisnya, juga kepribadian dia yang berbeda dengan yang lain.

Meski Rahma berpakaian syar'i, tapi dia tetap kelihatan tomboynya. Kulihat dari aksesoris yang dia pakai, seperti gelang karet dan gelang manik-manik warna hitam. Jam tangan cowok warna hitam yang mirip seperti yang aku pakai. Juga sandal gunung dan tas slempang kecil merk e***r  yang selalu menemani ke mana pun dia pergi.

Motornya pun, bukan layaknya motor emak-emak pada umumnya. Rahma selalu memakai motor kopling model besar warna hitam. Iyaa, aku perhatikan Rahma sangat suka dengan warna hitam, seperti aku.

Dia orangnya begitu ramah kepada siapa saja, meski baru dikenal dan tak pandang bulu. Kelihatan sangat supel. Bahkan, Bang Udin tukang angkut sampah di komplek elite ini juga selalu disapanya.

Tiap pagi, setelah mengantar anak-anaknya berangkat sekolah. Dia selalu beres-beres dalam rumah sembari nyetel musik bergenre rock, seperti mettalica, dream teater dan masih banyak lagi.

Ternyata selera musiknya pun sama. Karena rasa penasaranku yang amat sangat dengan keseharian Rahma, pernah beberapa kali sengaja memperhatikan  dia dari balik jemuran yang ada di loteng lantai dua.

Kebetulan loteng rumahku menghadap langsung ke halaman belakang rumah Rahma dan kebetulan juga waktu itu pintu belakangnya masih terbuka lebar. Jadi aku bisa melihatnya langsung.

Ternyata, di rumah Rahma sangat berbeda. Dia selalu berpakaian sporty. Jins pendek dan kaos tangtop. Menampakkan tubuh atletisnya. Bahkan rambutnya dipotong cepak seperti laki-laki.

Kulihat, di telinganya hanya memakai anting sebelah kiri saja. Anting warna silver dan kalung rantai kecil warna silver juga.

Cara duduknya pun nyaris seperti laki-laki, tapi tiap keluar rumah, dia begitu berbeda. Dia selalu menutup auratnya. Bahkan kakinya pun selalu dibalut kaos kaki.

Rahma sangat menjaga auratnya saat di luar rumah. Meski sekedar menjemur pakaian atau menyapu teras sekalipun, Rahma selalu tertutup rapat. Sungguh takjub dibuatnya.

Benar-benar berbeda. Ternyata, dibalik pakaian syar'i-nya, ada seorang perempuan yang cantik, atletis dan sangat tomboy.

Sosok wanita idamanku yang aku cari selama ini. Jujur, aku paling suka dengan cewek tomboy yang bisa menjaga auratnya. Tapi sayang, dia sudah memiliki seorang suami yang sangat mencintainya.

Andai aku ... aah sudahlah.

😎😎😎

"Rajin amat nyuci mobilnya, Mas Indra," sapa Rahma yang tiba-tiba mengagetkanku.

"I-iya ini, Mbak," jawabku tergagap dan salah tingkah.

Jujur, tiap disapa Rahma, aku slalu tergagap menjawabnya. Bahkan jantung pun ikut berdegup kencang, seolah aku sedang disidak oleh atasan.

Padahal dia lebih tua dari aku, tapi selalu saja membuat mati gaya jika disapanya.

Aku sendiri bingung, kenapa seperti ini. Bahkan aku pun tak sanggup untuk menatap matanya terlalu lama. Hanya bisa menatapnya dari kejauhan saja, setelah berlalu dari hadapanku. Itu juga sudah membuat bahagia.

Waraskah aku?


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login